“Kamu beneran putus sama Gala?” tanya Mondy ketika dirinya sedang berada di kosan Bintang. Sore hari setelah perkuliahannya selesai gadis itu selalu mampir kekosan Bintang jika sahabatnya itu tak ada jadwal kencan dengan Gala.
Tapi akhir-akhir ini Bintang selalu memiliki waktu luang sehingga membuat Mondy merasa penasaran. Apalagi disekitaran kampus juga beredar kapar tentang putusnya jalinan asmara dua bintang kampus itu tepat sebulan yang lalu.
“Iya.”
“Kenapa?”
“Udah males.”
Jawaban-jawaban singkat dari Bintang membuat Mondy langsung mencubit gemas pipi sahabatnya itu. Mondy tahu dengan jelas bagaimana Bintang sangat menyukai Gala, dan sampai terakhir mereka bertemu, keduanya masih saling melempar tatapan sayang dan cinta. Sampai-sampai Mondy mau muntah melihatnya.
“Masih belum mau ngaku juga?”
“Apaan sih Mon?” Bintang menepis tangan sahabatnya itu dan menjauhkannya dari pipi.
“Kamu thu, nggak mau jujur sama aku. Sebenarnya kalian ada apa? Terakhir waktu tanding basket baik-baik aja?” desak Mondy yang merasa sebal karena Bintang tak kunjung mengatakan alasan yang sebenarnya.
Belum lagi ditambah kemarin Mondy melihat Gala menggandeng seorang gadis. Mungkin saja kekasih baru pria itu. Bukan hal yang sulit untuk Gala bisa mendapatkan kekasih baru dengan cepat mengingat reputasinya sebagai pria tampan dan juga tajir dikawasan kampus mereka.
“Dia selingkuh kan?”
Dengan malas, Bintang melirik Mondy dan melengos lagi. “Anggap saja begitu.”
“Jadi benar perempuan yang kemarin pergi dengan Gala itu selingkuhan dia?”
Gadis yang ditanya Mondy hanya mengangkat bahunya. Ia terlalu malas dan-terlalu sakit hati dengan pria itu.
Sempat beberapa kali Bintang mendengar kabar jika Gala terus mencari dirinya dikampus juga dikosan. Namun Bintang sudah berpesan jika Gala mencarinya, bilang saja ‘ia tak ada’, atau ‘tak tahu’ mungkin menjadi jawaban terbaik.
Menghindar jadi jalan yang dipilih Bintang karena tak ingin kembali terjerumus dengan pesona sang casanova. Biarlah jika ini yang terbaik untuknya, Bintang akan menjalani dan menguatkan hati sampai dirinya lulus kuliah.
“Aku kira dia udah insaf. Tahunya masih aja jadi playboy cap ikan teri. Biar aku samperin ya..”
Mondy berdiri dan langsung meraih tas selempangnya. Gadis itu tidak takut dengan apapun dan akan melabrak siapapun yang berhasil menyakiti orang-orang tercintanya.
“Eh eh... Mau ngapain Mbak Mondy? Udah biarin ajalah. Aku percaya. Karma pasti berlaku buat dia.”
Mondy cukup mengerutkan dahinya mendengar ucapan Bintang. “Jadi kamu nyumpahin dia?”
“Iya.”
“Apa?”
“Adeknya nggak bisa bangun kalau mau berhubungan sama cewek lain selain aku.”
“Whaaaat? Jadi kamu mau balikan sama dia?”
Bintang menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak semudah itu Ferguso. Dia akan menyadari kesalahannya padaku dan bertekuk lutut meminta maaf. Dan kalau saat itu tiba, aku nggak akan memuluskan jalannya. Biar saja dia tahu rasa.”
Sebuah kotak berwarna pink menjadi perhatian Bintang saat ini. Dengan langkah pasti, bintang mendekati kotak itu dan meraihnya, melihat isi didalam kotak yang merupakan boneka pemberian Gala.
Diangkatnya boneka beruang yang berwarna sama dengan kotaknya. Lalu dihempaskannya lagi. dicarinya benda-benda lain yang selama setahun ini didapat dari pria itu. Tak perlu lagi disimpannya. Untuk apa? Hanya menambah rasa sakit saja.
“Mau kamu apain barang-barang itu?” tanya Mondy dengan terus memperhatikan gerak gerik Bintang.
“Mau aku balikin.”
“Jual aja dibarang loak, laku pasti. Lagian masih bagus-bagus.” Mondy mengangkat tas sering Bintang pakai kekampus. Dan Mondy baru tahu ternyata tas itu pemberian dari Gala.
“Nggak mau.” Ditariknya kasar tas yang sedang dipegang sahabatnya itu lalu dihempaskan kembali kedalam kotak. Tak banyak barang karena memang Bintang selalu menolak jika Gala mau membelikannya sesuatu. Semua barang itu dia terima karena Gala sudah membelinya terlebih dahulu tanpa memberi tahu Bintang sebelumnya.
Ada juga beberapa foto yang sengaja ia pajang, untuk membuatnya selalu kuat menjalani kehidupan karena ada Gala disampingnya. Namun mulai saat ini, Bintang harus mencari penguat yang lain karena sosok yang selalu membuatnya kuat justru menggores luka baru dalam hatinya.
Dikemasnya barang-barang itu menjadi satu kedalam kotak pink yang berukuran besar. Hari ini ia berencana untuk menemui Gala dan menyerahkan kembali semua barang pemberian pria itu.
“Mau kemana?” tanya Mondy yang sudah kembali duduk dan menikmati cemilannya.
“Cari Gala.”
“Memangnya kamu tahu dia dimana?”
“Biasanya kalau jam segini nongkrong di sekre Mapala sama teman-temannya. Kalau mau ikut, nggak usah banyak nanya.” Bintang begitu saja meninggalkan Mondy yang langsung mengikutinya dari belakang.
Dia tidak akan membiarkan Bintang pergi sendiri menemui pria sebrengsek Gala.
Letak kosan bintang tidak terlalu jauh dari kampus. Cukup berjalan kaki beberapa menit saja sudah sampai jika ingin santai. Tentu saja jalan ini menjadi salah satu kenangan yang sering dilewati Bintang dan Gala.
Terngiang dibenaknya, disuatu sore saat gerimis tiba-tiba turun. Mereka berdua sedang melewati jalan setapak ini. Gala yang memakai jaket jeans langsung melepasnya dan meletakkannya diatas kepala Bintang. Saat bintang menolak, Gala justru merangkulnya dan akan marah jika Bintang melepas jaket itu.
Banyak kejadian manis lainnya yang terjadi disana. Tentu saja bisa diingat dengan baik oleh bintang.
Mungkin setelah ini ia akan mengubah rutenya, ke jalan depan yang bisa dilewati kendaraan agar tak mengingat romantismenya dengan Gala disini. Atau pindah kosan sekalian mungkin lebih baik.
Bintang dan Mondy baru saja tiba di kampus yang masih ramai dengan para mahasiswa yang enggan pulang sebelum matahari terbenam. Mereka langsung menuju sekre Mapala-tempat dimana Gala biasa menghabiskan waktu sorenya.
“Ga.. Ada cewek kamu tuh.” Salah seorang mahasiswa yang duduk diluar sekre memanggil Gala yang tengah berbaring didalam Sekre.
Dengan wajah kusut ia keluar dan menemui Bintang. Ada perasaan bahagia dihati Gala bisa melihat gadisnya lagi-ralat, mantan kekasihnya itu.
“Nih!” Tanpa basa basi Bintang langsung menyerahkan kotak yang dibawanya dari kosan.
“Ini apa?” dibukanya kotak tersebut dan tahulah Gala, bahwa barang-barang yang ada didalam adalah pemberian darinya. “Ini kan buat kamu.”
“Aku nggak butuh. Bawa pulang lagi aja. Atau buang sekalian.”
Bintang langsung membalikkan badannya meninggalkan Gala.
“Tunggu, Bi.. Kamu harus dengar penjelasan aku dulu.” Dibuangnya kotak itu begitu saja dan Gala langsung memeluk Bintang dari belakang.
Dapat dirasa oleh bintang hawa tubuh Gala yang panas menerpa punggungnya. ‘Mungkinkah Gala sakit?’ tanya Bintang dalam hati.
“Jangan pergi dulu. Aku mau ngomong sama kamu.”
Bintang memegang lengan Gala yang melingkar didepan dadanya. Semakin yakinlah Bintang jika pria itu tengah sakit. Ditariknya tangan Gala sehingga tak lagi memeluknya. Dengan keadaan yang sangat dekat, Bintang membalikkan badannya.
“Aku nggak mau lagi ketemu sama orang yang udah ngerendahin aku. Jalani aja hidup kamu dan selamat berbahagia dengan wnaita-wanitamu.”
Meski rasa khawatir menguasai hatinya, namun rasa sakit hati masih menjadi pemenangnya. Bintang pergi meninggalkan Gala yang hanya berdiri terpaku menatap kepergiannya. Pria itu tahu dengan pasti kesalahan terbesarnya, ‘menyakiti Bintang dengan ucapannya.’
To Be Continue...
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Bintang ramah. 3 tahun sudah Bintang mengajar disalah satu Sekolah Taman Kanak-kanak di Bandung. Dan hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi Bintang harus tampil seceria mungkin di depan siswa siswi barunya.“Selamat pagi Ibu Guru..” Anak-anak itu menjawab sapaan Bintang. Ada pula yang masih menangis memandangi keluar jendela, memastikan orang tuanya masih menunggu diluar atau justru meninggalkannya.“Selamat datang di TK Pelita Bunda. Perkenalkan, nama ibu Bintang Ayudia Hapsari. Kalian bisa panggil Ibu Bintang,” ucap Bintang diawal perkenalan dirinya. “Coba, ibu mau kenalan dulu dong sama anak-anak ibu. Nanti kalian maju kedepan satu-satu dan sebutkan nama serta nama ayah dan ibu kalian ya..”
“Ibu mau kok jadi mamanya Samudra.. Tanpa harus menikah dengan Papanya Samudra..” Bintang menambahkan penjelas dalam kalimat terakhirnya. Ia tak mau Sam salah sangka.“Beneran Bu? Ibu bisa jadi mama Sam?” Sam kembali memeluk Bintang dengan mata berbinar. “Terima kasih ya bu udah mau jadi mama Sam.”‘Ya tuhan, anak sekecil ini harus hidup tanpa ibunya?’ ucap Bintang dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya kehidupan Sam tanpa ada seorang ibu disampingnya. Bintang semakin mengeratkan pelukannya.Pertama kali dalam hidupnya Sam menjalin komunikasi bersama orang lain dan itu sangat menyenangkan. Biasanya ia hanya sendiri di Rumah, ditemani pengasuhnya.“Hhmmm,
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.Pesan teks masuk.081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, tapi Gala masih belum bisa tidur. Ia berdiri didepan jendela kamar Sam, memandang dengan tatapan kosong keluar jendela. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, terutama tentang Bintang.Terdengar suara gerakan dari tempat tidur, membuat Gala membalikkan badan dan melihat Bintang sedang berdiri dibelakangnya.“A...anda su..sudah pulang?” tanya Bintang terbata. Ia terkejut karena terbangun masih berada dikamar Sam dan ada laki-laki asing disana. “Maaf saya ketiduran tadi waktu membacakan buku cerita. Karena Sam sudah membaik dan andapun sudah disini, saya permisi,” sambungnya.“Tidak baik seorang gadis pulang sendirian. Tidurlah disini sampai pagi,” pinta Gala tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Binta
Bintang menunduk dan mulai meremas-remas tangannya. “Tasku ketinggalan dikamar Sam!”“WHAT??”“Kunci rumah, mobil, dan ponsel semuanya ada ditas itu. Kunci serepnya dibawa Mondy. Semalam dia menghubungiku kalau malam ini akan menginap dirumah saudaranya,” Bintang mencoba menjelaskan. Dan berusaha untuk tidak panik.“Kalau begitu kita kembali saja. Nanti aku antar lagi,” ucap Gala menenangkan. Ia masih berdiri dengan tangan diselipkan kedalam saku celana. “Hmm, atau aku hubungi Johan untuk membawa tas dan sepatumu. Lagi pula mobilmu masih disana.”“Mungkin ide yang ke dua lebih baik dari pada harus mondar mandir,” jawab Bintang.