"Katakan padaku hal yang paling kamu takutkan sebagai seorang dokter.""Aku takut saat melihat tanda-tanda vital pasien mulai melemah.""Kenapa?""Karena kemungkinan malaikat maut sedang berada di sana"DEGKimi tersentak dan seketika membuka kelopak matanya lebar-lebar. Jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin nampak membasahi pelipisnya. Sudah lebih dari sebulan ini, dokter cantik berumur dua puluh enam tahun itu mendapat mimpi yang seolah menjadi teror baginya. "Mimpi buruk lagi?" Kimi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kayla-temannya. Dokter cantik berumur dua puluh enam tahun itu lantas berdiri dari kursinya. Kimi memilih mengayunkan kakinya ke kamar mandi untuk mencuci muka. Selesai menyapukan air ke seluruh wajahnya, Kimi memandangi pantulan dirinya dari cermin yang tepat berada di depan bak cuci tangan. Menyedihkan, ia bahkan seolah lupa bagaimana cara tersenyum. Perubahan pada diri Kimi terjadi setelah kepergian Noah-kekasihnya satu bulan yang lalu. Pria yang men
"Kamu ke mana lagi sih Richie? Masa setiap ada masalah kamu selalu pilih minggat dari rumah, kamu lebih parah dari seorang cewek yang lagi PMS tahu ga?"Suara seorang wanita terdengar dari sebuah ponsel yang tergeletak di atas pantry. Seorang pria berwajah blasteran sibuk menyeduh kopi sambil terus mendengarkan suara itu. "Mama sedih tahu, pulang lah! Mama kesepian.""Mama bisa pergi dengan teman-teman mama seperti biasa," jawab Pria itu sambil menyandarkan punggungnya ke pantry. Satu tangannya dia pakai untuk memegang cangkir dan menyesap cairan hitam di dalamnya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menekan simbol merah -mematikan panggilan itu. "Halo! Richard! Richaaarrrrrddd."Wanita bernama Nova yang merupakan mamanya pun berteriak kesal. Jika bisa ingin rasanya dia membawa sapu lidi untuk mengancam anaknya agar mau pulang ke rumah. ___Richard Tyaga, 27 tahun biasa dipanggil Richie. Pria itu meletakkan cangkirnya sambil menatap lurus ke tembok. Pikirannya menerawang, b
Perkataan Kimi jelas membuat Mina tak habis pikir, mungkinkah pikiran Kimi sedangkal itu? Bibirnya kelu, sedangkan saudara tirinya itu hanya menatapnya dengan pandangan mata sayu.“Jangan berpikiran bodoh Kim! Ingat mami sama papi!”Kimi membalas larangan Mina yang mengandung kecamasan dengan sebuah candaan lagi, “Kamu akan menjadi orang pertama yang akan aku hantui setiap malam kalau sampai aku mati bunuh diri.”“Kimi!”“Aku hanya bercanda!” Kimi melingkarkan tangannya ke lengen Mina. “Jangan menganggap serius, aku masih ingin pergi ke tempat-tempat yang ingin aku singgahi, aku juga ingin menemukan lelaki yang baik untuk bisa kujadikan suami.” Kimi memulas senyum. Namun, tak berselang lama senyumnya seketika hilang berganti dengan sebuah hembusan napas kasar. “Kenapa?” Mina lagi-lagi cemas dengan perubahan mood saudaranya itu.“Aku ingin berhenti bekerja di rumah sakit itu, aku tidak sanggup lagi. Terlalu banyak kenangan bersama Noah di sana.”Kini Mina ikut mengembusakan napasnya k
Sebelum pulang ke rumah, Richie sengaja pergi ke rumah temannya yang seorang produser musik. Richie memang bekerja menjadi seorang penulis lagu karena begitu menggilai dunia seni dan musik sejak kecil, bahkan beberapa lagu ciptaannya dinyanyikan oleh penyanyi terkenal dan sangat sukses di pasaran. Namun, Richie memakai nama lain sebagai pencipta lagu, agar tidak ada yang tahu identitas aslinya-'Riga' singkatan dari namanya sendiri Richard Tyaga. Keluarganya pun sudah mengetahui pekerjaanya ini tapi tidak pernah berkoar-koar karena Richie meminta mereka merahasiakannya. Karena hal ini juga lah kakak kandungnya-Daniel tak pernah menuntutnya bekerja di perusahaan mendiang sang papa. Kebahagiaan Richie adalah kebahagiaan Daniel, hingga kejadian yang membuat Daniel murka beberapa hari yang lalu menjadi awal keputusan pria itu. Meskipun Daniel sudah menikah, Richie masih saja berusaha menyatukannya dengan mantan kekasihnya. Rasa bersalah Richie yang setahun lalu membuat Daniel dan Abel be
“Uhuk.” Richie berpura-pura batuk. Setelah mengambil minuman di dalam lemari pendingin, pria itu mendekati Ghea-kakak iparnya yang sedang sibuk membuat teh di pantry.“Kenapa? ada apa? sudah ngambeknya.”Sindiran Ghea membuat Richie salah tingkah, cukup sudah. Ia berjanji, ini kali terakhir dia minggat karena kesal. Menggaruk rambut kepalanya yang gatal karena belum keramas, Richie memberanikan diri menanyakan sesuatu ke sang kakak ipar.“Apa kamu mungkin mengenal CEO ABI TV?”“Kenapa?”“Apa istrinya galak?”Ghea melipat kening mendapati pertanyaan sang adik ipar yang dirasanya sangat aneh. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari kakak iparnya itu, kini pikiran Richie sudah berubah. “Sudahlah, tidak usah dijawab! aku hanya iseng bertanya,” ucapnya sambil berlalu.“Kenapa aku merasa wajah gadis itu tidak asing,” gumam Richie sepanjang perjalanannya menuju ruang keluarga untuk menemani sang mama.---Menyandarkan punggung di sofa dan memeluk bantal dengan nyaman, Kimi menatap lay
Lama Kimi terdiam di parkiran rumah sakit tempatnya bekerja. Ia masih ragu untuk turun dan menginjakkan kaki keluar, apa lagi masuk ke dalam sana. Meskipun setuju untuk bertahan satu bulan lagi, setelah diberikan libur selama satu minggu, tapi Kimi takut akan goyah dan memilih terus bertahan bekerja, jika banyak rekan atau seniornya yang mempengaruhi keputusannya nanti.“Ayo Kim semangat! bulatkan tekatmu, jangan goyah!” gumamnya sambil menyambar tas lalu mematikan mesin mobil. Gadis itu turun dan meraih jas snellinya di kursi penumpang sebelum benar-benar mengunci mobilnya.Kimi berjalan masuk dengan langkah tak bersemangat, gadis itu tak sadar gerak-geriknya sedari tadi diamati oleh seseorang dari dalam mobil. Ya, siapa lagi kalau bukan putra kesayangan Nova dedengkot perkumpulan MAPAN.Seminggu yang lalu Daniel mengalami sebuah insiden kecelakaan, untuk itu Richie berada di rumah sakit dan mengurus kakaknya itu.“Jika dia dokter dan bekerja di rumah sakit ini, kenapa aku tidak meli
Sara syok, ia benar-benar terkejut saat putri kesayangannya bercerita bahwa sudah mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja. "Kim, kenapa? Lalu kamu mau ngapain? nganggur?" Sara begitu kecewa. Kimi memilih diam dan tidak memberitahu alasan sebenarnya ke sang mami. Sejujurnya Kimi bingung dan juga merasa bersalah. Pertama, gadis itu bingung karena harus merogoh tabungannya beberapa bulan ke depan untuk membayar cicilan apartemen. Kimi sadar ini tidak mungkin dilakukannya setiap bulan, jadi dia harus segera mencari pekerjaan demi cicilan. Kedua, Kimi merasa bersalah ke orangtuanya, terutama ke sang mami-Sara, tapi sebagai orang yang berkecimpung di dunia medis, Ia sadar harus menjaga kewarasannya. Menurut Kimi, dirinya sudah berada diambang batas kemampuannya untuk menjaga kesehatan mentalnya jika terus bertahan di sana. "Nanti Kimi cari kerjaan deh Mi, untuk sementara aku mau nganggur dulu," Jawab Kimi, ia menggigit bibir bawahnya takut jika kena sembur Sara. Faraj ya
Richie masih menatap Kimi dengan seringai nakalnya, Ia masih tak menyangka gadis seimut Kimi sudah memiliki anak. Cincin yang melingkar di jari manis gadis itu, Richie yakini sebagai cincin pernikahan. Ia sengaja mencuri kesempatan, membiarkan Kimi masih memegang erat kedua lengannya di balik kemeja biru yang dia kenakan.Masa bodoh kali ini, jika harus menjadi pebinor pun aku rela. Richie masih menatap wajah Kimi, hingga dia tersadar dan bertanya, “apa kamu mengingatku?”Kimi menggelengkan kepalanya berpura-pura. Sejujurnya dia takut karena pernah memarahi Richie secara membabi buta saat Biru menendangkan bola dan mengenai kaca jendela mobil pria itu. “Apa kamu sudah meminta ganti rugi ke orang yang kartu namanya aku berikan kepadamu?”Richie menggeleng.“Kenapa?” tanya Kimi lagi.“Bisakah kamu melepaskan cengkeramanmu dari lenganku?”Kimi seketika melepaskan pegangannya ke Richie, ia sempat oleng lagi karena ternyata heel sebelah sepatunya patah. Beruntung dia tidak terjerembab kem