Share

6. Regina Meyer

Suara itu bagaikan mimpi buruk bagi Valerie di masa lalu. Gadis itu berjengit sesaat kala namanya dipanggil, reaksi tubuhnya jauh lebih jujur ketimbang kata hatinya.

“Kelayapan ke mana saja kau ini?? Aku sudah menunggu lama di depan apartemen bobrokmu!!” keluh Regina, dia menyilangkan kedua lengan di depan dada seraya memberi Valerie sebuah tatapan yang bersifat ancaman.

Regina Meyer, kakak perempuan Valerie yang berbeda ibu dengannya adalah anak perempuan kesayangan Tuan Meyer. Apabila dibandingkan dengan Valerie, maka Regina adalah buah hati yang begitu disayang dan dimanja dalam Keluarga Meyer, karena itulah sifat Regina menjadi sangat angkuh dan semena-mena, menganggap dirinya yang paling berkuasa dan yang lainnya harus tunduk padanya.

Walaupun Regina memiliki sifat yang buruk, di mata Tuan Meyer dan Keluarga Meyer lainnya gadis itu tidak lebih dari anak kecil yang manis. Regina memiliki wajah cantik yang imut, kemudian dia juga pandai mengambil hati orang lain dengan tingkahnya yang manja tetapi tidak menyebalkan, karena itulah Regina bisa menjadi kesayangan dan favorit banyak orang di Keluarga Meyer.

“Kenapa tidak menjawab, apa mulutmu itu bisu?!” Regina terlihat tidak sabaran, nadanya begitu ketus ketika menghardik Valerie.

Ketusnya Regina dan diamnya Valerie adalah sesuatu yang wajar dilihat ketika keduanya bersama. Hubungan Regina dan Valerie tidak bisa dikatakan baik. Regina membenci Valerie karena gadis itu merupakan anak haram ayahnya, ditambah lagi dengan pengaruh Madam Meyer membuat kebencian Regina kepada Valerie semakin menjadi-jadi.

Ketika keduanya masih kecil, Regina selalu membuat Valerie menderita, bahkan tak jarang dia melukai gadis itu tetapi orang lain masih membela Regina layaknya semua hal yang buruk adalah salah Valerie sendiri.

Perlakuan buruk Regina kepada Valerie terus berlanjut sampai keduanya tumbuh dewasa, terutama setelah ayah keduanya membawa Valerie ke kediaman utama. Berbeda ketika mereka masih anak-anak, Regina yang sudah beranjak dewasa memiliki cara yang lebih kejam dan bisa menutupinya dengan baik dari pandangan mata orang lain.

Reputasi Valerie yang buruk di mata banyak orang juga tidak luput dari campur tangan Regina, gadis itu tidak pernah melewatkan kesempatan untuk membuat Valerie menjadi semakin buruk. Bagi Regina, kehadiran Valerie tidak lebih dari sebuah lalat yang sangat mengganggu.

“Mengapa kau kemari, Regina?” tanya Valerie setelah dia mengambil napas dalam-dalam. Valerie mencoba untuk mengendalikan rasa panik yang tadinya menjalari tubuhnya karena kehadiran Regina.

Karena apa yang Valerie terima di masa lalu, tidak heran kalau tubuhnya bereaksi ingin menghindar ketika Regina memanggil namanya. Meskipun Valerie telah berubah banyak dan masa hidupnya di dua dunia terdahulu jauh lebih lama ketimbang di dunia asalnya, trauma yang Valerie miliki masih membekas dalam hati gadis itu.

Tingkah Regina begitu arogan, memandang rendah Valerie layaknya gadis itu tidak lebih dari seekor semut kecil yang bisa dia injak sesuka hati. Anak haram seperti Valerie tidak seharusnya hidup dan menampakkan dirinya di depan Regina.

Jantung Valerie masih berdebar kencang, dia pun secara tidak sadar juga mengepalkan kedua tangan sebelum kemudian menyembunyikannya di belakang punggung. Pengaruh Regina kepada dirinya jauh lebih besar dari perkiraan Valerie sebelumnya, tetapi Valerie harus bisa mengakhirinya agar dia tidak terus-terusan terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya. Dia bukanlah seorang pecundang seperti di masa lalu, dan Regina yang ada di depan Valerie ini tidak lebih dari seorang gadis manja yang mengandalkan statusnya untuk menekan Valerie.

Degup jantung Valerie perlahan-lahan kembali normal, hatinya yang beberapa waktu lalu terasa gundah kini sudah menjadi tenang, seperti ekspresi wajahnya yang mulai dari awal sampai sekarang tidak berubah sama sekali, masih begitu tenang.

Regina yang tidak menyadari perubahan emosi dalam diri Valerie pun tidak berhenti di situ saja.

“Aku mendengar beberapa hari yang lalu kau bermalam di kamar hotel dengan seorang pria tua. Apa sekarang kau mulai berkencan dengan orang yang usianya sama seperti Papa?” Sebuah senyum muncul di bibir Regina, nadanya juga terdengar mencemooh ketika menanyakan hal itu kepada Valerie.

Regina melanjutkan perkataannya lagi. “Valerie, apa keberanianmu itu berasal karena kau sudah menemukan seseorang yang bisa mendukungmu dari belakang? Meskipun itu artinya kau harus menjual dirimu kepada seorang pria tua.”

Apa yang Regina ucapkan itu sebenarnya sangat menusuk hati seseorang yang mendengarnya. Regina ingin melihat wajah Valerie menjadi merah padam karena rasa marah yang dia miliki, sayangnya keinginan Regina tersebut tidak lebih dari sebuah keinginan saja, wajah Valerie masih kalem dan tenang seperti biasanya.

Tidak perlu menjadi seorang yang pintar untuk menerka arti tatapan yang Regina berikan kepada Valerie. Semua itu tidak jauh dari rasa jijik dan juga meremehkan yang Regina miliki untuknya.

“Regina, sebelum mengucapkan sebuah kebohongan, kau harus memikirkannya terlebih dahulu apakah kebohongan yang kau ucapkan itu masuk akal atau tidak. Aku tidak meladeni seseorang yang bicaranya melantur,” ujar Valerie dengan kalem, seolah-olah orang yang barusan diejek oleh Regina bukanlah dirinya.

Regina yang mengharapkan kemarahan Valerie setelah diejeknya merasakan kedua matanya terbelalak lebar. Dia merasa ragu dan berpikir kalau ucapan yang terlontar dari mulut Valerie tersebut tidak lebih dari khayalannya semata, mata mungkin seorang pengecut yang tidak berani melawan ketika Regina menindasnya selama ini mengucapkan sesuatu seperti itu kepadanya?

“Apa?” tanya Regina, masih tidak yakin.

Valerie tersenyum kecil, rasa panik yang tadi dia rasakan karena kemunculan Regina di tempat pertama sudah menghilang, hanya menyisakan rasa kebas dalam hati Valerie.

“Aku bertanya mengapa kau ke sini,” lontar Valerie, berbeda dengan yang dia ucapkan tadi.

“Bukan itu yang kau katakan tadi!!” tunjuk Regina.

Bukannya Valerie yang seharusnya marah karena diejek oleh kata-kata pedas dari Regina, rupanya Regina lah yang duluan naik pitam karena ucapan kecil yang terlontar dari mulut Valerie. Situasi keduanya berbanding terbalik, Valerie menikmati pemandangan bagaimana wajah putih Regina mulai menjadi merah padam.

“Apa kau mengatakan kalau aku tuli dan bodoh?!!” seru Regina dengan wajah yang masih merah karena amarah, sadar kalau Valerie mencemoohnya.

Valerie mengedipkan mata, terlihat lugu seperti orang yang tidak mengerti apa-apa.

“Apa aku mengatakan kau bodoh dan tuli?” tanya Valerie, kilatan kecil di kedua mata biru langit itu mengkhianati ekspresi lugunya. “Kau salah dengar dan tidak mengerti.”

“Tetapi ucapanmu menuduhku seperti itu secara tidak langsung!!” tunjuk Regina.

“Aku tidak mengatakan apa-apa, namun kalau kau merasa ucapanku itu mengatakan dirimu bodoh dan tuli, itu bukanlah salahku karena kau sangat sensitif dengan kenyataan yang kau akui,” sahut Valerie, ada sebuah nada sarkatis tipis yang terdeteksi dalam ucapan Valerie.

Kemarahan yang dirasakan oleh Regina terlihat dengan jelas pada wajah cantiknya, warna merah di wajahnya berubah menjadi sedikit keunguan dan amarahnya ingin meledak-ledak. Regina merasa ucapan sarkatis yang Valerie katakan tersebut ditunjukkan terhadap dirinya, mencemooh gadis itu sebagai seorang bodoh dan juga tuli.

“Jalang, apa sayapmu terlalu keras hanya karena sudah menemukan seseorang yang bisa mendukungmu?! Jangan sombong!” seru Regina.

Valerie mengambil satu langkah ke belakang ketika Regina datang menghampirinya, dia juga dengan cekatan menangkap tangan Regina yang ingin menampar pipinya. Tanpa mengucapkan apapun lagi maupun mengindahkan bagaimana ekspresi Regina menjadi sangat buruk, Valerie langsung memiting tangan gadis itu sebelum kemudian mendorongnya pergi menjauh darinya.

Bagaimana mungkin Regina menjadi tandingan Valerie ketika berurusan dengan adu fisik sekarang ini. Karena dorongan yang Valerie lakukan, Regina yang tidak bisa mengontrol keseimbangannya pun langsung terjatuh dan terduduk di atas lantai. Rasa sakit mulai menjalari area pantat Regina yang bertemu dengan kerasnya lantai dingin tersebut.

“Akkh…. Kurang ajar!!!” umpat Regina, dia meringis kesakitan.

Jangankan merasa kasihan melihat ekspresi kesakitan Regina, Valerie yang menjadi tersangka pendorongan tersebut hanya menatap sosok saudara kandungnya tersebut dari atas, tidak tampak seperti orang yang ingin membantu Regina.

Tatapan sepasang manik biru langit tersebut begitu dingin, seperti dia melihat barang mati yang tidak penting di hadapannya.

“Tidak hanya IQ-nya yang kurang, mulutnya pun juga bau,” gumam Valerie, sindiran kecil itu ditunjukkan kepada Regina.

Valerie melihat Regina masih ingin melakukan perhitungan terhadap dirinya, terutama setelah ejekan itu keluar dari mulutnya.

Dalam hati Valerie berpikir, apa yang Valerie lakukan hari ini sampai dia bisa bertemu dengan petasan lokal semacam Regina Meyer? Valerie tidak ingat dirinya melakukan sesuatu yang berlebihan sampai menarik perhatian Keluarga Meyer akhir-akhir ini, tetapi nyatanya serendah apapun Valerie mencoba untuk menyembunyikan profilnya, Regina tetap datang berkunjung dan mencari masalah dengannya.

Sepertinya horoskop Valerie tidak cocok dengan Keluarga Meyer, tanpa ada alasan yang jelas anggota keluarga ini selalu datang untuk mencari masalah dengannya. Dalam hati Valerie ingin sekali menghela napas panjang, dia merasa lelah.

“Katakan padaku apa yang membuatmu sampai datang ke tempat ini!” pinta Valerie.

Gadis itu menghiraukan tatapan penuh kemarahan yang Regina berikan padanya, Valerie hanya ingin tahu mengapa tiba-tiba Regina datang ke apartemen ini. Valerie tidak bertanya alasan Regina menyerangnya secara verbal ketika bertemu, pada dasarnya Regina sudah sering melakukan itu setiap kali keduanya bertemu, sehingga Valerie tidak merasa terkejut lagi.

Apabila biasanya Valerie hanya ingin menyembunyikan diri dari pandangan Regina dan langsung menundukkan kepala seraya ingin menghilang saat bertemu dengan gadis itu, kini Valerie melakukan hal yang tidak biasa. Tidak hanya Valerie terlihat tenang ketika melihat Regina menghampirinya, dia juga bisa membalas ucapan Regina dengan penuh percaya diri.

Dalam hati Regina berpikir kalau Valerie benar-benar tidur dengan Bos Walker dan percaya kalau dirinya bisa melawan Regina dengan dukungan Bos Walker. Walaupun Regina masih merasa marah karena kelancangan Valerie kepada dirinya, tetapi Regina merasa senang setelah tahu Valerie mengkhianati tubuhnya sendiri demi sebuah dukungan.

Bibir Regina berkedut sesaat, begitu pula dengan kilat penuh cemooh yang terpancar dari kedua maniknya.

“Heh… sepertinya setelah melayani pria tua yang sudah bau tanah, rasa kepercayaan dirimu semakin tinggi. Kau sama saja seperti pelacur yang kau sebut sebagai ibu, dua-duanya sama-sama seorang jalang,” tuduh Regina.

Regina berkacak pinggang, tingkah angkuhnya terlihat, begitu pula dengan cemooh yang begitu kentara pada matanya. Dia memandang rendah Valerie.

“Yang dikatakan orang-orang benar. Apabila darah kotor mengalir dalam tubuh seseorang, mereka akan menjadi orang kotor. Ibumu seorang pelacur yang tidak keberatan menggoda suami orang, tidak kusangka kau yang merupakan anaknya juga melakukan hal yang sama,” hina Regina.

Sebelum Valerie mengatakan sesuatu untuk menangkis serangan verbal Regina, Glory yang tinggal dalam kesadaran Valerie terlebih dahulu merasa marah.

[Valerie, jangan menghalangi sistem ini! Sistem ini ingin membuat perhitungan dengan Regina!!!]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status