Share

Bab 2. Pernikahan dibatalkan

Sampai diruang tamu, Aurora melihat dua keluarga berkumpul. Ada kedua orang tua Erick juga, dan ditengah mereka ada Erick, sedangkan ditempat duduk lain ada Papa dan ibu tirinya. Saat bersamaan, Alice datang membawa nampan berisi cemilan dan meletakkannya diatas meja yang dilapisi dengan kaca.

Sikapnya sangat baik dan sopan, tidak seperti biasanya yang angkuh, iri dan suka mengganggunya. Kali ini yang dia lihat, Saudari tirinya terlihat seperti seorang anak yang sangat baik dan penurut.

Terus memperhatikan, Aurora tidak menyadari kalau Alice telah melihatnya dari sana. Alice berseru memanggil namanya, "Kak Aurora sudah datang."

Hanya saat ada Erick, Alice akan memanggilnya dengan sebutan 'Kak'.

Semua orang diruang tamu langsung menatapnya, dan berdiri, Aurora merasa gugup, apalagi dengan penampilannya. Tetapi dia tetap berjalan mendekat dan menyapa Erick dan calon mertuanya.

Kedua orang tua Erick justru menatapnya dengan dingin, tidak seperti biasanya yang hangat. Dia merasa gugup dan tersenyum dengan ragu-ragu, lalu menyapa, "Paman, bibi, apa kabar? kapan kalian datang?"

Setiap bertemu, Ibunya Erick pasti akan mendekatinya dan memeluknya layaknya putri kandung, karena mereka tidak mempunyai anak perempuan. Erick adalah anak satu-satunya.

Tetapi kali ini, Wanita setengah abad itu mundur dan mengerahkan tangannya saat dia hendak mendekatinya. "Jangan mendekatiku!" Suaranya terdengar seperti jijik dengannya. Ada apa?

Aurora menatap Erick, laki-laki itu seperti menyimpan amarah. Saat dia hendak mendekati Erick, Tuan Hirawan ayahnya tiba-tiba sudah berdiri didepannya.

Laki-laki berusia hampir 60 tahun itu tidak pernah menatapnya dengan kasih dan sayang, tetapi kali ini raut wajahnya membuatnya takut. "Papa..." Suaranya sangat gugup.

"Dari mana saja kamu?" Sentak Tuan Hirawan, kedua matanya menatap dengan tajam.

Aurora merasa sangat gugup dan ketakutan, sampai meremas ujung kemeja putih yang dipakainya. Bukan miliknya, tetapi milik laki-laki asing itu, dres yang dipakai semalam lengannya sobek dan beberapa bagian atas. Jadi dia menutupinya dengan kemeja itu.

"Mulut kamu sudah bisu? Jawab!!!" Sarkas Hirawan penuh amarah.

Aurora langsung kaget sampai tubuhnya gemetar. Dia sering dimarahi, dicaci-maki oleh ibu tirinya dan Alice, bahkan kadang kala papanya, bila dia tidak nurut. Tetapi kali ini, kemarahan yang tercetak jelas digurat wajah tua itu sangat membuatnya ketakutan. Ditambah beberapa foto yang dilirik diatas meja, didalam foto itu ada seorang gadis berciuman mesra didepan kamar mandi, dan itu dirinya!

Aurora menahan dirinya, lalu menjawab dengan terbata, "Aku... Aku dari..."

Plak

Dia pernah dipukul, tapi oleh ibu tirinya. Dia pernah didorong sampai jatuh dari tangga, tapi oleh Alice. Dan papanya tidak pernah membelanya, meski begitu, tangannya tidak pernah terangkat menyentuh menyakiti fisiknya. saat yang melakukan cap 5 jari itu ibu tirinya, Aurora akan terima!

Aurora memegang pipinya yang terasa panas dan pedih. Hadiah tak terduga dari ayah kandungnya, dia menengadahkan kepalanya menatap laki-laki setengah abad yang berdiri berlinang air mata didepannya. "Kenapa, papa...?"

Mereka yang menyaksikan hanya miris dan tidak ada yang mencegah, Sama sekali tidak ada rasa iba. Erick hanya tersenyum dengan getir. Seorang penghianat pantas mendapatkannya!

"Aku membesarkanmu dengan tanganku. Kamu tidak menghargaiku aku tidak masalah! Tetapi kamu tidak pernah melihat... Perjuangan papa untuk mendidikmu menjadi gadis yang baik. Kamu mencoreng nama baik, papa! Papa sangat menyesali, anak yang papa bangga-banggakan didepan orang-orang... Kelakuannya sangat kotor!"

Seperti ditusuk ribuan jarum, Aurora lemas mendengar kemarahan papanya. Kejadian malam tadi, sudah sampai dikeluarganya. Secepat itu. Air matanya luruh tanpa bisa di cegah.

"Erick membatalkan pernikahanmu. Dan dia akan menikahi Alice!"

Duarrr

Masih belum mampu menjawab pertanyaan papanya, Ibu tirinya membuka suara yang membuat hatinya patah dan hancur berkeping-keping!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status