Anisa dilarikan ke rumah sakit, air ketuban telah pecah. Namun, ia belum merasakan kontraksi apa-apa. "Bayinya terlilit tapi pusar, serta air ketubannya sudah keruh."Abas dan Bu Asih saling menatap. Abas belum mengerti apa tindakan yang harus ia ambil. "Lakukan apa pun yang terbaik, Dok," ujar Abas. Sang Dokter mengangguk. Ia pasti akan mengambil tindakan yang tepat. "Air ketuban keruh kemungkinan bayi dalam kandungan sudah bab, jika dibiarkan bisa-bisa ia keracunan di dalam kandungan."Abas semakin panik. Ia tak tahu harus bagaimana. "Untuk prosedur operasi caesar kami membutuhkan tandatangan, Pak Abas sebagai suaminya."Abas mengangguk ia segera menandatangani surat yang diberikan sang dokter. Usia kandungan Anisa memasuki minggu ke 39 saat USG dua hari lalu jika posisi bayi masih di atas belum berada pada posisi yang tepat untuk melahirkan secara normal. Sebelum operasi Anisa harus melakukan puasa terlebih dahulu. Wajah wanita itu terlihat pucat, banyak ketakutan yang diriny
Bu Zani khawatir tentang masa depan Bumi. Pasti akan banyak biaya untuk kedepannya. Susu, pakaian serta lainnya. Entahlah sepertinya Kinar terlalu gegabah dengan mengambil keputusan tersebut. "Bumi, udah wangi, udah minum susu juga tidur, ya, Nak." Bu Zani bicara pelan.Akan tetapi, kehadiran Bumi pun membawa dampak positif bagi Kinar bila dia kini lebih mudah untuk tertawa."Nar, kamu taukan mengurus anak itu bukan hanya memberikan kasih sayang saja, tetapi pasti memiliki biaya, lalu kamu akan membiayainya dari mana?" tanya Bu Zani. Sudah satu minggu Bumi tinggal bersama mereka dan Kinar pun banyak menghabiskan waktu dengannya. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir memberi pertanda agar ibunya tidak bicara lagi. Kinar beranjak dari kasur. Ia segera keluar dan menemui ibunya yang berada di ruang tamu. "Kinar nanti akan bekerja lagi, Ma," ujar Kinar. Senyumnya begitu semringah. Ya, hadirnya Bumi pada kehidupan Kinar membuat semangat baru. Kini ia akan kembali mencari pekerjaan kemb
Wisnu menatap kantor yang dirinya pimpinan kini gulung tikar. Awal kehancurannya adalah saat Kinar keluar tiba-tiba, semua membatalkan kerja sama hingga ia tak mendapatkan keuntungan. Dirinya telah mencari pengganti untuk posisi Kinar, tetapi justru membuat perusahaannya semakin hancur. "Pa, tolong suntikan dana."Pak Hartawan sudah tak mau lagi membantu perusahaan anaknya itu. Wisnu selalu gegabah dalam mengambil keputusan dana sebanyak apa pun akan habis. "Pa, lalu bagaimana dengan aku? Aku memiliki istri yang harus dinafkahi," ungkap Wisnu. Pak Hartawan, melepas kacamatanya. Ia memijat pangkal hidungnya itu. "Kamu bisa menjadi karyawan di perusahaan yang papa pimpin," ujar Pak Hartawan. Mata Wisnu membulat, ia menjadi bawahan di perusahaan papanya? Dirinya ingin menolak, tetapi tahu sifat seorang Hartawan bila telah mengambil keputusan tak ada satu orang pun yang dapat mengubahnya. Wisnu keluar dari ruangan papanya dengan wajah kecewa. Kariernya benar-benar hancur. Lelaki it
“Nar, sudah membuat susu untuk Bumi?” tanya abu Zani. “Iya, Bu. Tapi aku mau buat makanan dulu buat Abas, kalau dia pulang tidak ada maafkan kasihan,” ujar Kinar dengan senyum tipis.Bu Zani mengerutkan kening, apa yang terjadi dengan Kinar anaknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu, apa yang terjadi pikirnya. Ia menghampiri sang anak lalu bertanya apa yang di maksud olehnya. “Nar, Abas mau datang?” tanya Bu Zani pelan. “Iya, Bu. Tadi kami video call, dia senang karena aku sudah melahirkan anaknya. Bumi itu anak aku dan Abas,” ujar Kinar. Bu Zani cemas, lalu memegang bahu sang anak. “Nar, sadar kamu. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Bumi anak putri yang kamu adopsi, bukan anak kamu dan Abas.” Kinar menepis tangan sang ibu, tatapannya begitu tajam hingga membuat Bu Zani ngeri. Tidak mungkin sang anak mengalami gangguan jiwa, tapi memang dari gejala terlihat seperti itu. Ia langsung menarik Kinar untuk sadar dengan apa yang ada di pikirannya.Bu Zani menepuk-nepuk
“Nisa! Kamu pikir hidup di rumah ini serba gratis?” Ibu Atik berteriak kencang saat sang menantu tak kunjung datang.Wanita dengan rambut memutih itu lalu mengambil keranjang berisi baju kotor miliknya. Ia tak tahan melihat keranjang itu masih berisi dan Anisa malah santai-santai.“Bu, ada apa berteriak. Aku sedang merapikan bekas masak, sebentar lagi Mas Wisnu pulang,” bantah Anisa.“Kamu kerja aja lelet, masak dari tadi belum kelar juga, bagaimana sih kamu? Cepat masukan ini ke mesin cuci, sudah bagus anak saya mau menikah dengan gadis kampung seperti kamu,” cerca Bu Atik.Anisa hanya bisa beristighfar di hati. Demi kebaikan bersama pun akhirnya ia hanya diam dan tak melawan apa yang di katakan sang mertua.Dengan kasar Bu Atik menendang keranjang baju itu hingga berantakan. Anisa pun menunduk memungut baju yang kini berserakan di lantai. Ia tak tahu bagaimana bisa ibu mertuanya begitu membencinya.Bu Atik kembali ke ruang TV, ia duduk sembari minum teh dengan cemilan kue brownis ya
“Kamu pikir proses bayi tabung itu mudah? Sudah mahal, belum tentu berhasil. Kamu mau buat suami kamu bangkrut, hah?” Suara melengking Bu Atik membuat Anisa menunduk.Tidak menyangka ibu mertuanya mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Anisa tak berani menatap Bi Atik yang sudah bertolak pinggang di ambang pintu. Dalam sebuah pernikahan belum terasa sempurna jika belum adanya kehadiran sang buah hati. Apalagi ketika sudah memasuki tahun keenam Anisa dan Wisnu belum juga mendapatkan momongan anak. Belum lagi permintaan sang ibu untuk segera memiliki cucu dalam waktu dekat ini pun membuat Anisa dan Wisnu kerap membahas masalah itu.Anisa menggigit bibir bawah saat Bu Atik dengan lantang menolak usaha terakhir mereka untuk memiliki anak. Apalagi sang suami adalah anak laki-laki yang sangat di harapkan memiliki keturunan.“Ma, kita coba dulu,” ujar Wisnu.“Enggak, bagi mama tidak ada kata mencoba. Ibu beri pilihan, menceraikan Anisa atau menikah dengan wanita lain.”Jantung Anisa te
Malam tiba, Anisa pun kembali mencoba mencari tahu tentang wanita selingkuhan suaminya. Saat Wisnu terlelap tidur, ia mulai kembali membuka whatsApp milik suaminya, dan mulai menjelajahi semua pesan yang ada di sana. Awalnya Anisa tidak melihat sesuatu yang aneh dari aplikasi whatsApp suaminya. Sampai pada akhirnya, dirinya melihat pesan yang disematkan oleh suaminya dan Anisa begitu yakin jika itu bukan nomor whatsApp miliknya karena profil yang terpasang di sana berbeda.Akhirnya, dengan bermodal rasa penasaran, Anisa membuka profil pemilik pesan yang disematkan itu dan betapa terkejutnya Anisa saat melihat profil itu terpasang sebuah foto wanita dengan baju yang kurang bahan. Memang, Anisa akui wajah wanita itu cukup cantik, tetapi masih kalah jauh dengannya. Wanita itu berkulit kuning langsat sedangkan dirinya putih bersih.Setelah puas memandangi foto wanita itu, Anisa mulai membuka pesan yang dikirimkan wanita itu pada suaminya.[ Sayang, kamu ke mana saja, sih? Kenapa gak datan
Bu Atik geram dengan sikap Anisa, tapi mencair saate terdengar ketukan dari pintu arah depan. Ibu Wisnu yang penasaran langsung saja membukakannya dan yang datang ternyata adalah anak perempuannya.Dengan antusias, ibu Wisnu menyambut kedatangan anak perempuan yang sudah menikah dan jarang sekali berkunjung ke rumahnya. Namun, kini dia datang dengan anaknya pula. Dengan gemas ibu Wisnu mencium pipi cucunya. Ibu Wisnu segera mengajak anak perempuannya masuk dan duduk di sofa."Nisa! Tolong buatkan minum! Cucu dan anak Ibu kemari! Cepat!" teriak ibu Wisnu.Anisa yang tidak ingin bertengkar pun segera membuatkan minuman yang diminta mertuanya. Setelahnya, Anisa keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman untuk iparnya serta anaknya.Seulas senyum Anisa berikan pada iparnya itu. Namun, bukannya membalas dengan senyuman yang sama, iparnya itu justru tertawa mengejek. Anisa hanya diam, tak ingin terlalu menanggapi iparnya itu. Memang, sejak awal dirinya datang ke rumah