Share

Bab 5

Travis tahu betul bahwa orang yang bisa menyumbangkan 20 miliar pasti berasal dari keluarga kaya raya. Dia tentu harus menyanjung orang seperti ini.

"Namaku Josh." Josh berbalik, lalu duduk dan menyilangkan kakinya. Kemudian, dia berbicara lagi, "Pak, aku nggak menyumbangkan uang ini sembarangan. Aku punya 2 permintaan."

"Katakanlah," ujar Travis seraya menganggukkan kepala. Dia sudah menduga akan hal ini sebelumnya.

Josh menyesap teh yang diberikan sekretaris Travis sebelum menyahut dengan tidak acuh, "Pertama, pecat dosen bernama Daniel. Kedua, kamu harus menjamin aku nggak perlu mengulang pelajaran apa pun meski aku terus bolos."

"Bukan masalah," timpal Travis tanpa mempertimbangkan sedetik pun. Memecat seorang dosen hanya hal sepele. Lagi pula, masih ada banyak dosen di universitas. Uang 20 miliar ini tentu jauh lebih penting.

"Baiklah. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggumu lagi. Kuharap Pak Travis bisa segera memecat dosen itu," ujar Josh sembari bangkit dari tempat duduknya. Tujuannya untuk memecat Daniel sudah tercapai.

"Aku akan mengantarmu," ucap Travis sambil mengikuti di belakang. Dia pun mengantar Josh keluar dari ruangannya.

Sesudah Josh pergi, Travis memerintahkan sekretarisnya, "Periksa data tentangnya, aku ingin tahu dia berasal dari keluarga mana."

Josh yang bisa mengeluarkan uang 20 miliar dengan begitu mudah sudah pasti memiliki latar belakang yang kuat. Travis yakin akan hal ini.

"Baik," sahut sekretaris itu segera.

....

Pukul 14.00, di ruang kelas.

"Josh, kamu pergi mencari Daniel si Kejam tadi? Apa dia bersedia memaafkanmu?" tanya Rubeus yang semeja dengan Josh.

"Dia menolakku. Aku nggak minta maaf padanya, justru dia yang harus minta maaf," jawab Josh dengan nada datar.

"Apa? Josh, kamu nggak sakit, 'kan?" tanya Rubeus lagi yang bingung.

"Tenang saja, aku sangat baik. Daniel hanya akan dipecat karena sudah menyinggungku," ucap Josh seraya menyunggingkan senyuman.

"Josh, kamu masih bilang nggak sakit? Kamu mulai berbicara omong kosong. Sebaiknya, kamu segera cari Daniel untuk minta maaf. Akan sangat merepotkan kalau dia menyulitkanmu saat ujian semester," nasihat Rubeus dengan panik.

Menurut Rubeus, mahasiswa miskin seperti mereka tidak boleh menyinggung para dosen. Obrolan keduanya pun terdengar oleh Armand Ezra yang duduk di belakang.

Armand adalah teman sekelas Josh. Ayahnya berbisnis bahan bangunan sehingga keluarga mereka sangat kaya. Selain itu, mereka juga mengenal beberapa preman yang berbahaya. Itu sebabnya, meskipun Armand selalu bersikap sombong dan semena-mena di dalam kelas, tidak ada yang berani menyinggungnya.

"Josh, kamu bilang Daniel si Kejam telah menyinggungmu dan harus dipecat? Haha. Kamu benar-benar pintar membual. Lucu sekali!" kata Armand seraya tertawa. Kemudian, dia berdiri dan bertanya dengan lantang, "Teman-teman, Josh bilang Daniel telah menyinggungnya dan akan dipecat. Menurut kalian, lucu nggak?"

Suara Armand sangat keras sehingga sebagian besar murid di kelas mendengarnya dengan jelas. Ketika mendengarnya, para mahasiswa itu pun menatap Armand dan Josh satu per satu.

"Ya, memang aku yang mengatakannya. Apa ada masalah? Daniel si Kejam telah menyinggungku dan akan dipecat. Dewa pun nggak bisa menyelamatkannya," ujar Josh dengan nada datar.

"Apa? Dewa juga nggak bisa menolongnya? Haha!" Semua orang yang ada di kelas tertawa terbahak-bahak, termasuk Armand.

"Gila, Josh biasanya terlihat sangat patuh. Kenapa tiba-tiba begitu pintar membual?"

"Ya. Dia kira dirinya anak orang kaya? Keluarganya begitu miskin, gimana dia bisa membuat Daniel si Kejam dipecat?"

Sebagian besar siswa di kelas tahu bahwa keluarga Josh sangat miskin. Jadi, tidak akan ada orang yang memercayai ucapannya. Bahkan, Rubeus juga menusuk-nusuk lengan Josh dan berkata dengan lirih, "Josh, kamu cukup membual kepadaku, kenapa malah ke semua orang? Memalukan sekali."

"Rubeus, aku nggak membual," sahut Josh dengan ekspresi serius.

"Sepertinya, kamu benar-benar sakit hari ini," kata Rubeus yang benar-benar pasrah. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Josh sama sekali tidak terkejut dengan reaksi Rubeus. Bagaimanapun, temannya ini sangat memahami kondisi keluarganya.

Kring kring kring! Bel pelajaran dimulai akhirnya berbunyi. Pelajaran pertama sore ini masih pelajaran Daniel. Saat ini, terlihat Daniel memasuki ruangan kelas.

"Pak Daniel." Armand tiba-tiba bangkit dan berkata, "Pak, tadi Josh berbicara omong kosong di kelas. Dia bilang kamu akan dipecat karena sudah menyinggungnya."

Selesai mengatakan itu, Armand tersenyum sambil melipat lengannya. Dia sudah tidak sabar untuk menonton pertunjukan seru.

Begitu mendengarnya, raut wajah Daniel sontak menjadi suram. Dia sudah sangat kesal karena Josh datang ke ruang kantor untuk menantangnya siang ini. Sekarang, dia pun menjadi makin kesal.

Seketika, Daniel membanting bukunya ke meja dan membentak dengan murung, "Josh, sepertinya kamu sudah bosan hidup. Berani sekali kamu memfitnah guru secara terang-terangan. Aku pasti akan menyuruh sekolah menghukummu!"

"Astaga, Josh akan bernasib sial," ujar Armand dan teman-temannya. Mereka bahkan bersiul.

Mahasiswa lainnya diam-diam menggeleng. Murid miskin tidak seharusnya menyinggung para dosen.

"Josh, cepat bantah perkataan Armand. Bilang saja kamu nggak mengatakannya, lalu minta maaf. Kalau nggak, riwayatmu akan tamat," bujuk Rubeus yang terus menggunakan siku untuk menyenggol Josh.

Josh benar-benar berdiri. Di bawah tatapan semua orang, dia berkata sembari tersenyum, "Daniel si Kejam, yang dibilang Armand benar. Aku yang mengatakan semua itu."

Begitu ucapan ini dilontarkan, seluruh ruang kelas menjadi gempar.

"Dia mengakuinya? Dia bahkan menyebutkan julukan Pak Daniel?"

"Astaga, dia benar-benar cari mati. Apa dia nggak mau tamat kuliah lagi?"

Menurut para mahasiswa, Josh ini benar-benar sudah gila. Selama ini, tidak pernah ada murid yang memanggil Daniel dengan julukannya.

Daniel yang berdiri di depan pun tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dia berteriak dengan marah, "Josh, jangan harap kamu bisa lulus kuliah!"

Saat ini, seorang dekan memasuki ruangan kelas dengan membawa 2 orang satpam.

"Pak, kenapa kamu kemari?" Begitu melihat dekan ini, Daniel buru-buru menyunggingkan senyuman.

"Daniel, kamu dipecat. Rektor menyuruhmu untuk segera meninggalkan universitas ini," jawab dekan itu dengan dingin.

"Apa? Aku dipecat? Pak, kamu hanya bercanda, 'kan? Ke ... kenapa aku tiba-tiba dipecat?" tanya Daniel yang ekspresinya berubah drastis.

"Daniel, apa aku terlihat seperti orang yang sedang bercanda? Satpam, cepat usir dia!" perintah dekan itu seraya melambaikan tangannya.

Kemudian, kedua satpam itu bergegas maju untuk menyeret Daniel keluar.

"Pak, kamu pasti sudah salah. Aku nggak mungkin dipecat!" teriak Daniel yang diseret oleh satpam.

Dekan itu pun memberi tahu para siswa untuk belajar sendiri, lalu meninggalkan ruangan kelas.

Saat ini, ruangan kelas benar-benar hening. Semua orang tak kuasa menatap Josh. Mereka teringat pada Josh yang mengatakan bahwa Daniel telah menyinggungnya sehingga akan dipecat. Saat itu, mereka mengira Josh hanya membual, bahkan mentertawakannya. Namun, Daniel justru benar-benar dipecat sekarang.

Ucapan Josh menjadi kenyataan. Jangan-jangan ... memang dia yang menyebabkan Daniel tiba-tiba dipecat?

"Kak Armand, yang Josh katakan benar-benar terjadi. Apa mungkin dia penyebab Daniel dipecat?" tanya seorang siswa kurus yang berada di samping Armand dengan terkejut.

"Mana mungkin, dia hanya bocah miskin. Dia pasti mendengar kabar ini dari suatu tempat, lalu pura-pura nggak tahu. Kemudian, dia tinggal bilang Daniel dipecat karenanya," sahut Armand.

"Benar juga, pasti seperti itu," ujar beberapa siswa yang duduk di sekitar Armand.

"Huh! Dia berani menantang Daniel pasti karena sudah tahu Daniel akan dipecat. Kalau nggak, mana mungkin bocah miskin sepertinya berani melawan dosen," kata Armand dengan sinis.

"Yang Kak Armand bilang benar," timpal beberapa siswa di samping Armand seraya mengangguk.

Para mahasiswa di kelas juga merasa perkataan Armand ini cukup masuk akal.

Sementara itu, Rubeus berkata, "Josh, kamu benar-benar beruntung. Untung saja, Daniel si Kejam tiba-tiba dipecat. Kalau nggak, riwayatmu pasti tamat karena melawannya!"

Josh pun terkekeh-kekeh. Daniel dipecat memang karena dirinya, bukan sekadar faktor keberuntungan.

Di gerbang universitas, Daniel dilempar oleh kedua satpam itu dengan kasar.

"Pak, apa yang sebenarnya terjadi? Kalian seharusnya memberitahuku alasannya," tanya Daniel yang terjatuh di lantai dengan enggan.

"Rektor menyuruhku memberitahumu, kamu telah menyinggung orang yang salah," jawab dekan itu dengan tidak acuh.

"Siapa?" tanya Daniel sembari menengadah.

Dekan itu pun melontarkan jawaban yang singkat, "Josh."

"Apa? Josh?" Daniel bak disambar petir. Dia benar-benar tercengang.

....

Di dalam ruang kelas, para mahasiswa hanya bisa belajar mandiri karena Daniel tiba-tiba dipecat. Namun, banyak siswa yang bermain ponsel.

"Hei, ada yang mengatakan bahwa seorang mahasiswa semester 2 menyumbangkan uang 20 miliar kepada sekolah."

"Dua puluh miliar? Serius?"

"Tentu saja. Situs web resmi universitas sudah membuat pemberitahuan. Lihat saja sendiri kalau nggak percaya. Seluruh universitas gempar karena berita ini!"

....

Kabar tentang sumbangan 20 miliar seketika menyebar di seluruh kelas sehingga semua mahasiswa sibuk bergosip.

"Gila, 20 miliar! Siapa yang menyumbangkannya? Dari kelas mana?"

"Ya, anak orang kaya ini ada di kelas mana?"

Semua orang sangat penasaran dengan identitas anak orang kaya yang muncul mendadak ini. Orang yang sanggup menyumbangkan uang 20 miliar semudah itu tentu berasal dari keluarga kaya raya.

Bahkan, Armand juga sangat terkejut. Meskipun keluarganya kaya, uang jajannya tetap terbatas. Dia tidak akan sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu. Armand pun tahu bahwa tuan muda ini jelas memiliki status yang lebih tinggi darinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status