Share

Bab 4

"Baiklah, aku percaya padamu," ucap Josh sembari menepuk bahu Juan. Bagi Josh yang dulu, dia tidak akan pernah bisa mendekati tokoh penting seperti Juan. Namun, Juan justru bersikap begitu hormat kepadanya sekarang.

Kemudian, Josh menatap para karyawan sambil berkata, "Semuanya, aku akan memberi kalian 10 juta per orang sebagai hadiah pertemuan. Uang ini akan ditransfer bersama gaji bulan depan kalian!"

"Apa? Hadiah pertemuan sebesar 10 juta?"

"Pak Josh, terima kasih banyak!"

Setelah tercengang untuk sesaat, para karyawan buru-buru berseru dengan gembira. Apa ada yang lebih baik daripada uang? Jumlahnya bahkan mencapai 10 juta!

"Dirut baru kita benar-benar murah hati. Begitu datang, dia langsung memberi kita 10 juta. Dia jauh lebih hebat daripada Yakov dan Alex!"

"Benar, kita mungkin akan sukses kalau bekerja untuk dirut yang begitu murah hati!"

....

Para karyawan sibuk berdiskusi. Siapa yang tidak menyukai dirut yang begitu dermawan? Apalagi, Yakov sangat pelit sebelumnya. Itu sebabnya, Josh berhasil memenangkan hati para karyawan secepat ini. Ada ratusan karyawan di perusahaan ini, total uang yang akan dibagi adalah 1 miliaran. Nominal seperti ini tidak akan menyulitkan Josh yang sekarang.

Josh melambaikan tangannya sambil berkata, "Semuanya, uang ini belum termasuk apa-apa. Asalkan kalian bekerja dengan baik, aku jamin kelak akan ada banyak bonus untuk kalian!"

"Mari kita berjuang bersama Pak Josh!" teriak Juan untuk memimpin para karyawan.

"Mari kita berjuang bersama Pak Josh!" Karyawan lainnya pun ikut berseru dengan antusias.

Ketika melihat para karyawan yang begitu bersemangat, Josh mengangguk dengan puas. Walaupun Marcus menyuruhnya untuk tidak perlu melakukan apa pun, Josh tetap ingin mengembangkan bisnis perusahaan karena telah menjabat sebagai dirut. Dia ingin membuktikan kepada kakeknya bahwa dia bukan keturunan orang kaya yang tidak berguna.

Noah yang berdiri di sebelah menyaksikan semua ini. Dia tak kuasa bergumam dalam hati, 'Ternyata, Tuan Muda begitu hebat. Dia bukan hanya membuat manajer baru berkontribusi sepenuh hati, tapi juga memenangkan hati para karyawan. Hm, dia cukup mirip dengan Tuan Marcus."

Penampilan Josh jauh melampaui dugaannya. Noah pun memutuskan untuk melaporkan semua yang dilihatnya kepada Marcus.

....

Bisnis perusahaan cukup stabil. Para karyawan telah menguasai pekerjaan masing-masing dengan baik. Semua pekerjaan juga ditangani oleh Juan dan petinggi lainnya. Jadi, Josh tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Setelah berada di perusahaan sepanjang pagi, dia pun akhirnya pergi.

Selain itu, Josh juga menginstruksi Juan untuk menyingkirkan semua kerabat Yakov dan Alex. Menurut informasi yang diperoleh, banyak kerabat mereka yang bekerja di perusahaan ini. Namun, orang-orang itu hanya makan gaji buta sehingga harus segera disingkirkan.

Saat ini, di kediaman Keluarga Osborne.

Alex yang gusar terus memaki seraya membanting cangkir di atas meja, "Sialan! Berengsek!" Kemudian, dia bertanya dengan enggan, "Ayah, apa kita akan diam begitu saja?"

"Tentu saja nggak. Aku pasti akan membalaskan dendamku hari ini!" sahut Yakov dengan geram.

"Tapi, dia adalah cucu Marcus. Dari perbedaan status saja, kita sudah pasti kalah," ujar Alex tanpa daya.

"Kalau begitu, kita akan melakukannya secara diam-diam. Kita akan mencari beberapa preman untuk melumpuhkan bocah itu," timpal Yakov dengan ekspresi ganas.

Mata Alex seketika berbinar-binar saat berkata, "Ayah, ide bagus. Asalkan kita nggak mengakui, nggak akan ada orang yang tahu kita pelakunya. Kita hanya perlu memberi para preman itu uang supaya mereka bisa bersembunyi di luar negeri untuk sesaat."

"Benar. Aku mengenal beberapa preman, aku akan menelepon mereka sekarang juga," ujar Yakov yang langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Ayah, suruh mereka siksa bocah itu dengan kejam. Kalau bisa, buat dia koma!" teriak Alex.

....

Siang hari, di Universitas Sunrise, di kamar asrama nomor 8112.

"Josh, pagi ini ada pelajaran Daniel si Kejam. Kenapa kamu bolos?" Begitu masuk, seorang pria gendut sudah menghampiri Josh. Dia adalah Rubeus Dudley, satu-satunya teman Josh di universitas ini.

"Aku ada urusan pagi ini," sahut Josh sembari merentangkan tangannya.

"Kamu seharusnya minta izin darinya. Daniel sudah bilang akan membuatmu mengulang pelajaran," kata Rubeus dengan serius.

"Dia ingin menggagalkanku?" tanya Josh seraya memicingkan matanya yang dingin.

Nama asli Daniel si Kejam adalah Daniel Baker. Dia adalah salah satu dosen di Universitas Sunrise. Akan tetapi, Josh memiliki kesan yang sangat buruk terhadapnya. Daniel ini sangat galak sehingga mereka memanggilnya si Kejam. Orang seperti ini tidak pantas menjadi seorang dosen.

"Josh, kamu cari saja dia untuk minta maaf. Setelah memohon, dia mungkin bisa memaafkanmu. Pasti sangat merepotkan kalau dia benar-benar membuatmu mengulang pelajaran," nasihat Rubeus.

"Tenang saja, aku akan mencarinya. Tapi ...." Josh tiba-tiba menyunggingkan senyuman sinis. Jika itu dulu, Josh mungkin akan meminta maaf kepada Daniel. Namun, sekarang dia adalah cucu dari orang terkaya di barat daya. Dia tidak mungkin memohon kepada Daniel lagi.

....

Di dalam ruang kantor dosen, Josh langsung masuk karena pintunya tidak dikunci.

Saat ini, Daniel sedang menonton film. Ketika mendengar ada yang mendorong pintu, dia buru-buru mematikan layar komputernya dan menoleh untuk melihat.

Begitu melihat Josh, amarahnya sontak membeludak. Bagaimanapun, Josh telah mengganggunya dan membuatnya terkejut. Dia membentak dengan murung, "Josh, kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk? Apa kamu begitu nggak tahu aturan? Kamu juga berani bolos pagi ini. Apa kamu tahu konsekuensinya?"

"Pak Daniel, aku datang karena masalah ini," sahut Josh seraya berjalan ke hadapan Daniel.

"Oh? Kamu ingin memohon kepadaku supaya nggak menggagalkanmu? Mudah saja," ujar Daniel yang menggosok jari tangannya untuk menyiratkan uang.

Josh pun tersenyum sinis. Dia sudah tahu bahwa Daniel akan meminta uang darinya. Jadi, dia duduk di kursi sebelah sambil menyilangkan kakinya dan berkata, "Maaf, aku bukan datang untuk memohon, tapi ingin memberimu kesempatan. Kalau kamu tahu diri, segera lupakan masalah bolos pagi ini. Kalau nggak ...."

"Kenapa memangnya?" tanya Daniel sembari tersenyum jahat.

Josh menyipitkan matanya dan menjawab, "Kalau nggak, kamu akan mendapat konsekuensi berat."

"Apa? Konsekuensi berat? Memangnya apa yang bisa dilakukan mahasiswa sepertimu? Haha!" balas Daniel yang tidak bisa menahan tawa. Meskipun galak, Daniel ini hanya berani pada orang-orang yang penakut seperti Josh.

Kemudian, Daniel menyingkirkan senyumannya dan menggebrak meja sambil memaki, "Bocah, kamu sudah membuatku marah hari ini. Kamu harus meminta maaf dan memberiku 10 juta sebagai bentuk ketulusanmu. Kalau nggak, aku akan membuatmu gagal dalam ujian semester, bahkan nggak bisa mengambil ijazah!"

Menurut Daniel, bocah miskin seperti Josh pasti akan memohon ampun setelah dia mengancamnya.

Mendengar ini, raut wajah Josh menjadi masam. Dia menimpali, "Pecundang sepertimu benar-benar nggak pantas menjadi guru. Kamu pasti akan menyesal karena nggak menghargai kesempatan yang kuberikan."

Seusai berbicara, Josh langsung berjalan ke luar. Sementara itu, Daniel sontak meninju meja karena kesal dengan sikap Josh. Dia berteriak, "Berengsek, berani sekali kamu berbicara begitu. Aku jamin, kamu yang akan menyesal nanti!"

Menyinggung dosen di universitas adalah hal yang sangat tidak bijak. Daniel telah bertekad, dia bukan hanya akan menggagalkan Josh, tetapi juga akan menyulitkannya saat mengikuti pelajarannya lagi. Dia akan membuat Josh tidak bisa mendapatkan ijazahnya. Dengan cara ini, dia baru bisa melampiaskan amarahnya.

Di sisi lain, Josh yang telah keluar dari ruang kantor pun menggeleng dan bergumam, "Dia benar-benar nggak pantas menjadi guru."

Josh benar-benar merasa jijik dengan Daniel ini. Sebenarnya, dia hanya perlu mengeluarkan uang untuk mengatasi masalah bolos ini. Namun, Josh tidak akan melakukan hal seperti itu. Dia ingin Daniel menerima konsekuensi yang lebih berat.

Josh akhirnya tiba di luar ruang kantor rektor. Setelah mengetuk pintu, rektor menyuruhnya masuk.

Terlihat Travis Ford yang mengenakan jas sedang duduk di dalam sana. Travis mendongak untuk melirik Josh sekilas, lalu lanjut membaca koran dan bertanya, "Ada masalah apa, Nak?"

"Pak Travis, aku ingin menyumbangkan uang untuk universitas," jawab Josh dengan santai.

"Menyumbang? Nak, kami menerima niat baikmu. Tapi, universitas nggak kekurangan uang. Simpan saja untuk dirimu sendiri," balas Travis sembari membaca korannya.

Josh tertawa, lalu berkata, "Pak, aku ingin menyumbang 20 miliar," ujar Josh.

"Apa? Dua puluh miliar?" Travis buru-buru meletakkan korannya, lalu menatap Josh dengan terkejut. Penampilan anak ini tidak terlihat seperti orang yang mempunyai uang 20 miliar.

"Beri aku nomor rekening universitas. Setelah mentransfernya, kamu akan tahu aku berbohong atau nggak," kata Josh lagi.

Sesudah berpikir sesaat, Travis akhirnya membacakan nomor rekening universitas kepada Josh.

"Sudah, coba diperiksa," ujar Josh yang sudah selesai mentransfer dengan cepat.

"Tolong telepon bagian keuangan, tanya mereka apa ada uang 20 miliar masuk ke rekening," perintah Travis kepada sekretarisnya yang duduk tidak jauh dari sana.

Sekretaris itu mengangguk, lalu bergegas menelepon untuk memastikan. Kemudian, dia melaporkan, "Pak, bagian keuangan bilang baru saja menerima uang 20 miliar."

Travis seketika menarik napas dalam-dalam. Dia tidak menduga bahwa hal ini sungguhan. Ini adalah sumbangan terbanyak yang pernah diterima Universitas Sunrise.

"Cepat buatkan teh untuk anak ini, ambil teh kesukaanku," perintah Travis lagi. Kemudian, dia segera menghampiri Josh sambil tersenyum dan berkata dengan ramah, "Nak, cepat duduk. Siapa namamu? Kamu dari keluarga mana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status