Share

Bab 8

"Dua puluh miliar? Bukan masalah," sahut Josh seraya mengangguk.

"Oke, sepakat!" Pria botak itu langsung menyetujuinya. Ketika berhadapan dengan orang yang begitu murah hati, etika kerja sama sekali tidak penting.

Josh langsung mentransfer 10 miliar untuk mereka. Begitu menerima notifikasi dari bank, pria botak itu pun tersenyum lebar.

"Sekarang, kalian sudah bisa memberitahuku siapa yang mengutus kalian, 'kan?" tanya Josh.

"Yakov yang mengutus kami," jawab pria botak itu langsung.

"Yakov?" Josh memicingkan matanya yang dingin. Setelah mentransfer 10 miliar lagi, keempat orang ini pun menurunkan Josh sesuai dengan janji mereka.

Sesudah mobil van hitam itu pergi, Josh bergumam dengan tatapan yang dipenuhi niat membunuh, "Yakov dan Alex, sepertinya kalian sudah bosan hidup."

Setelah memecat kedua orang ini, Josh tidak berniat untuk mencari masalah dengan mereka. Namun, karena mereka berani menyewa preman untuk mencelakainya, Josh tentu tidak akan diam saja.

Kemudian, Josh mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Juan. "Juan, aku ada di Jalan Field. Cepat jemput aku, ada masalah yang ingin kubahas denganmu."

....

Setengah jam kemudian, sebuah Mercedes-Benz berhenti di hadapan Josh. Juan berjalan turun dan bertanya, "Pak, kenapa kamu berada di tempat sepi malam-malam begini?"

"Kita bicara di mobil," sahut Josh yang langsung masuk ke mobil. Setelah itu, dia baru menceritakan kejadian barusan.

"Lancang sekali Yakov ini!" teriak Juan dengan geram sesudah mendengarnya. "Pak, mereka berdua menggelapkan banyak uang perusahaan selama ini. Aku sudah mengumpulkan banyak bukti. Mereka pasti akan ditahan selama belasan tahun kalau kita menuntut mereka. Bahkan, 20-an tahun juga bisa kalau kita memanipulasi beberapa data."

"Serius? Kalau begitu, biarkan mereka bertobat di penjara. Aku serahkan masalah ini kepadamu," ujar Josh seraya menyipitkan matanya.

Awalnya, Josh berniat untuk membunuh Yakov dan Alex. Setelah dipikirkan kembali, ada bagusnya juga kalau membiarkan mereka dipenjara dan menghabiskan sisa hidup mereka dengan penyesalan.

"Tenang saja, Pak. Aku pasti akan mengurus semuanya," timpal Juan dengan yakin.

"Juan, Perusahaan Material Fortune adalah pemasok perusahaan kita, 'kan?" tanya Josh. Ini adalah perusahaan keluarganya Armand.

"Benar." Juan menganggukkan kepalanya.

"Kalau aku mengakhiri kerja sama dengan mereka, apa akan berdampak besar untuk perusahaan?" tanya Josh lagi.

"Tidak, kita hanya perlu mencari perusahaan lain. Banyak perusahaan bahan bangunan yang ingin bekerja sama dengan kita. Perusahaan Material Fortune bisa bekerja sama dengan kita juga karena mereka menyuap Yakov dan Alex," jelas Juan.

"Oke, aku sudah mengerti." Josh menganggukkan kepalanya.

"Pak, beberapa mitra sudah tahu bahwa kamu adalah dirut baru perusahaan. Mereka ingin bertemu denganmu, termasuk Perusahaan Material Fortune yang kamu sebutkan tadi," lapor Juan. Sesudah berhenti sejenak, dia meneruskan, "Aku sudah mempersiapkan acara kecil dan mengundang para bos itu. Kamu hanya perlu menemui mereka. Bagaimana?"

"Oke, kamu atur saja," timpal Josh seraya mengangguk.

Kemudian, Juan mengemudikan mobilnya untuk mengantar Josh kembali ke universitas. Sementara itu, acara kecil itu akan diadakan hari Sabtu ini.

....

Di kediaman Keluarga Parker.

"Vance, kamu yakin cucuku sudah aman?" tanya Marcus yang sedang menelepon.

"Ya, Tuan. Aku terus mengikuti Tuan Muda. Dia telah diantar kembali ke universitas," jawab orang di ujung telepon dengan suara serak.

"Syukurlah. Apa kamu tahu cara apa yang digunakan cucuku supaya selamat dari para preman itu?" tanya Marcus.

"Tuan, aku tidak tahu." Setelah berjeda, Vance Harper bertanya lagi, "Tuan, apa aku harus membunuh Yakov dan Alex untuk Tuan Muda?"

"Nggak perlu, biar cucuku mengatasinya sendiri. Anggap saja ini latihan untuknya. Vance, terus lindungi dia secara diam-diam," perintah Marcus.

Sesudah mengakhiri panggilan, Noah tersenyum sembari berkata, "Tuan Muda hebat juga. Dia berhasil mengatasi masalah ini dengan kemampuannya sendiri. Padahal, aku kira Vance harus turun tangan untuk membantunya."

"Benar, aku juga mengira dia nggak akan sanggup mengatasinya. Siapa sangka, dia berhasil selamat dari marabahaya ini. Bagus, bagus sekali!" puji Marcus sambil mengelus janggutnya dan tersenyum puas.

"Aku benar-benar penasaran dengan cara yang digunakan Tuan Muda," ucap Noah dengan rasa ingin tahu.

"Haha. Aku juga, aku akan menanyakannya lain kali." Marcus pun tertawa terbahak-bahak.

....

Keesokan siang, di vila Keluarga Osborne. Alex dan Hazel duduk di ruang tamu.

"Tuan Muda Alex, apa Josh si bajingan benar-benar akan bernasib sial hari ini?" tanya Hazel.

"Tenang saja. Dia pasti akan berakhir mengenaskan kali ini," jawab Alex sambil tersenyum. Dia mengira bahwa rencananya dan ayahnya sudah pasti berjalan dengan lancar.

Saat ini, Yakov turun dari lantai atas. Dia berkata dengan cemas, "Kenapa masih belum ada kabar dari mereka? Ponsel si Botak juga nggak bisa dihubungi."

Sesuai dengan rencana mereka, pria botak yang mereka sewa seharusnya sudah membereskan Josh kemarin malam. Namun, sampai sekarang masih belum ada kabar apa pun. Parahnya, ponsel si Botak bahkan tidak bisa dihubungi.

Alex mulai merasa khawatir saat mendengarnya. Dia bertanya, "Ayah, apa mungkin terjadi masalah?"

"Nggak mungkin, rencana kita sangat sempurna. Mungkin, ponsel si Botak kehabisan baterai. Coba kita tunggu sebentar lagi," balas Yakov.

Saat ini, pintu vila mereka diketuk seseorang. Alex buru-buru maju untuk membuka pintu. Dia berseru, "Pasti si Botak kembali untuk melapor. Aku akan membuka pintu untuknya!"

Melihat ini, Yakov bergegas mengikuti. Setelah pintu dibuka, mereka malah melihat Juan. Keduanya pun terkejut dan berteriak, "Ju ... Juan, kenapa kamu datang?"

"Pak Josh menyuruhku memberi tahu kalian bahwa dia sangat baik sekarang. Trik yang kalian mainkan sama sekali nggak berguna," sahut Juan sembari tersenyum.

"A ... apa katamu? Dia baik-baik saja?" Yakov dan Alex sama-sama membelalakkan mata. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana Josh selamat dari rencana mereka yang begitu sempurna.

"Benar, Pak Josh baik-baik saja. Tapi, kalian sudah membuatnya marah. Jadi, riwayat kalian yang akan tamat," kata Juan yang tersenyum sinis.

Tiba-tiba, 7 hingga 8 petugas polisi menerobos masuk. Mereka menahan Yakov, Alex, dan Hazel.

"Apa yang kalian lakukan?" teriak Yakox dan Alex sama-sama. Sementara itu, Hazel ketakutan hingga wajahnya pucat pasi.

"Yakov, berapa banyak uang yang telah kalian ambil dari perusahaan? Bukti sudah ada di tanganku. Sekarang adalah saatnya untuk menangkap kalian. Jumlah sebesar itu sudah cukup untuk membuat kalian dipenjara untuk seumur hidup," ejek Juan.

"Apa?" Yakov lagi-lagi terkejut. Dia tentu tahu berapa banyak uang yang telah digelapkannya selama ini.

"Awalnya, Pak Josh hanya ingin memecat kalian tanpa berniat untuk menindaklanjuti perbuatan kalian. Tapi, kalian benar-benar nggak tahu diuntung. Berani sekali kalian mencelakai Pak Josh! Kalian sendiri yang cari mati!" hardik Juan.

"Ayah, gimana ini? Aku nggak mau dipenjara!" teriak Alex yang sudah diborgol dengan ketakutan.

"Semua ini gara-gara kamu. Kalau kamu nggak merebut pacar Josh, mana mungkin akan seperti ini!" bentak Yakov setelah menampar putranya.

"Bawa mereka pergi!" perintah polisi yang memimpin sambil melambaikan tangannya. Kemudian, Yakov dan Alex langsung dibawa pergi.

Ketika melihat keduanya dibawa pergi, Hazel yang berdiri di dalam vila hanya bisa termangu. Jika Alex dipenjara, itu artinya dia akan kehilangan segalanya. Hazel sungguh menyesal karena telah mengakhiri hubungannya dengan Josh karena Alex. Jika tidak, dia pasti akan menjadi calon istri dari seorang dirut. Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.

....

Di sisi lain, Josh tidak berkuliah pagi ini. Dia pergi ke showroom untuk membeli mobil. Sebagai seorang pria, Josh tentu memiliki beberapa pemahaman tentang mobil meskipun dulunya sangat miskin. Dia sudah tahu mobil apa yang akan dibeli.

Di depan toko mobil Lamborghini, terlihat Josh yang tersenyum sembari bergumam, "Ini tempatnya."

Josh pernah melihat Lamborghini yang melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan. Penampilan keren mobil ini seketika memikat Josh, bahkan dia masih mengingat jelas sampai sekarang. Bisa dipastikan bahwa ini adalah mobil terkeren yang pernah dilihatnya.

Waktu itu, Josh pernah berfantasi tentang mobil ini. Namun, dia tahu bahwa dirinya yang begitu miskin tidak akan bisa membeli mobil ini. Namun, sekarang dia adalah cucu dari orang terkaya di provinsi barat daya dan memiliki sangat banyak uang. Impiannya pun menjadi nyata.

Jadi, ketika berencana untuk membeli mobil, hal pertama yang tebersit di benak Josh tidak lain adalah Lamborghini. Dia ingin mewujudkan impiannya.

Josh memasuki showroom. Biasanya, pelanggan di toko seperti ini sangatlah sedikit sehingga sangat sepi. Bagaimanapun, tidak banyak orang yang bisa membeli Lamborghini.

"Sebentar!" Begitu masuk, seorang pramuniaga pria menghentikan Josh. Dia langsung mengenali Josh sehingga bertanya, "Eh, bukannya kamu Josh?"

"Siapa kamu?" tanya Josh yang merasa pria ini sangat familier.

"Aku Garry Carter, teman SD-mu. Kamu sudah lupa?" balas pramuniaga itu seraya tersenyum.

Begitu mendengar nama ini, Josh seketika mengingatnya. Dia menimpali sembari tersenyum, "Garry, kamu sudah sukses sekarang."

"Ya, lumayan." Garry sengaja membusungkan dadanya. Ketika melihat pakaian Josh yang murahan, dia langsung yakin bahwa kehidupan Josh sangat buruk. Setidaknya, jauh lebih buruk darinya. Itu sebabnya, dia bersikap sangat sombong di hadapan Josh.

Kemudian, Garry menatap Josh dan berkata sambil tersenyum, "Josh, kenapa kamu kemari? Kamu mau melamar kerja? Kami menjual mobil mewah di sini, jadi nggak akan merekrut karyawan yang seleranya terlalu rendah."

Meskipun Garry tersenyum, nada bicaranya terdengar meremehkan Josh. Mendengar ini, Josh pun membalas dengan nada datar, "Kamu sudah salah paham, aku datang untuk membeli mobil."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status