Sebelum pulang ke rumah, Arga terlebih dahulu mampir ke klinik dokter Andi. Sebelum nya Dokter Andi memberitahu Arga jika hasil tes darah nya sudak keluar."Jadi sebenarnya saya sakit apa Dok?""Dari hasil pemeriksaan laboratorium, tidak ada yang salah dengan darah anda , Pak Arga. Darah anda menunjukkan darahnya orang sehat.""Tetapi kenapa saya masih saja merasa mual dan pusing Dok?""Selain mual dan pusing, keluhannya apa lagi, Pak?""Emm. Penciuman saya menjadi sedikit sensitif, Dok.""Kalau emosi anda bagaimana?""Emm. Entahlah akhir-akhir ini emosi saya tidak terkontrol.""Maafkan saya sebelumnya, Pak Arga. Apa istri anda sedang hamil?""Hah? Maksudnya?""Dari gejala-gejala yang anda sebutkan tadi, ada indikasi anda sedang mengalami Sindrom Couvade.""Sindrom..... Penyakit apa itu Dok?""Sindrom Couvade atau Kehamilan Simpatik, atau bahasa umumnya ngidam. Dari gejala-gejala yang timbul, sepertinya anda sedang ngidam Pak Arga.""Ngidam?" Tentu saja Arga tahu apa itu ngidam, teta
Dengan beralasan ada perlu di luar. Arga menitipkan anak-anaknya kepada ibunya setelah Sholat isya untuk mengantarkan Airin ke dokter kandungan."Aira ikut," rengek Aira."Aira dan Aura sama Nenek dulu sebentar yah. Ayah dan Bunda gak lama kok perginya.""Nenek kenapa Aira gak boleh ikut Ayah?" protes Aira."Ayah dan Bunda mau ada urusan orang dewasa sayang. Anak kecil gak boleh ikut." Bujuk Bu Lastri."Ayah pelit." Aira mencebik, kemudian dengan langkah dihentak-hentakkan masuk ke dalam kamarnya. Ngambek.Airin menatap iba kepada putri sambungnya. "Sudah, kalian berangkat saja. Nanti juga Aira lupa.""Airin nitip anak-anak yah Bu. Assalamualaikum," ucap Airin."Waalaikumsalam."Arga menggegam erat tangan Airin begitu mobilnya berhenti di depan klinik dokter kandungan."Bismillah, tidak perlu tegang.""Iya, Mas. Bismillah."Arga memasuki klinik tersebut dengan menggandeng tangan istri nya.Airin berbaring di atas brakar ketika Dokter Ratih mengoleskan gel di perut nya guna pemeriksaa
Pukul sebelas malam, Arga baru sampai di rumahnya. Saat memasuki kamarnya, Airin sudah tertidur di sofa kamar sembari memeluk sebuah buku. "Maaf sayang, Kamu pasti ketiduran saat menunggu ku," ucap Arga lirih tangannya membelai lembut rambut istri nya.Tidak ingin membangun istrinya, Argapun berjalan perlahan ke arah kamar mandi. Sengaja dia bergegas mandi karena tidak ingin menggendong istrinya dengan pakaian yang masih kotor.Selesai mandi dan berganti pakaian, Arga pun berjalan perlahan mendekati istri nya. Dilihatnya wajah istrinya yang terlihat tenang saat sedang tidur. Diapun segera mengangkat tubuh istrinya untuk dipindahkan ke atas ranjang. Namun baru beberapa langkah dia berjalan, Airin terbangun."Kamu sudah pulang, Mas?" Airin menggeliat dalam dekapan suaminya, tangannya bergelayut mesra di leher suaminya."Kenapa bangun, tidur aja lagi kalau masih mengantuk," bisik Arga mesra, dengan perlahan dan hati-hati diletakkannya tubuh istrinya di atas ranjang."Tadi aku tertidur a
"Anda tidak apa-apa Mas Bayu?" tanya Pak Rudi.Bayu menepis tangan Dewi di pundaknya. "Maaf saya permisi sebentar," ucapnya sembari berjalan menuju toilet.Dewi berdecak kesal melihat reaksi wajah Bayu yang memerah begitu mendengar berita mantan istrinya tengah mengandung, padahal dia sendiri sudah mempunyai anak darinya.Di depan wastafel, Bayu membasuh kasar wajahnya. Setelah mengelapnya dengan saputangan, dia menatap wajahnya di depan cermin, senyum sinis terulas di bibirnya. Bayu berpikir Arga pasti hanya sedang memanas-manasinya. Mana mungkin Airin benar-benar hamil. Bahkan usia pernikahan mereka baru berjalan setengah tahun, sedangkan dulu Airin menikah dengannya selama enam tahun, mantan istrinya itu tidak kunjung juga hamil.Gawai Bayu bergetar, ada panggilan masuk dari Ibunya."Ada apa Ma?""Kamu cepetan ke rumah sakit Bay, Nenekmu sedang kritis," Ucap Bu Fatma."Astaga, iya Mah. Bayu langsung kesana sekarang." Bayu bergegas keluar dari kamar mandi dan berjalan tergesa-gesa
Bayu yang sedang duduk disamping Papahnya sembari memainkan gawai nya sontak menoleh. Dipandanginya lekat-lekat mantan istrinya itu yang berdiri beberapa meter dari nya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya seketika membulat melihat badan mungil Airin dengan perut yang terlihat membesar. Hampir saja gawai nya terlepas dari genggamannya karena terkejut."Tidak mungkin Airin hamil. Tidak mungkin," gumam Bayu, menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan apa yang baru dia lihat. Kedua tangan mengepal kuat sembari menatap jengah kepada Arga.Mendengar nama Airin, Pak Guntur segera berdiri dan menyambut nya."Airin." Pak Guntur mendekati Airin sembari tergugu. Bahunya berguncang menahan tangisnya."Yang sabar yah, Pah." Airin menyapa Pak Guntur didampingi oleh Arga."Iya, Rin. Terimakasih sudah mau datang. Tolong temui Ibuku, Rin. Dia sangat merindukanmu," pinta Pak Guntur sembari terisak. Dia bahagia sekaligus sedih dengan kedatangan Airin. Airin menatap wajah suaminya memi
Dua Minggu setelah kepergian Nenek Salma, rumah keluarga Pak Guntur sudah mulai terlihat normal seperti biasanya. Tidak ada lagi papan karangan bunga belasungkawa yang berjejer disekitar pagar rumah. Hanya Pak Guntur yang masih terlihat bersedih. Sedangkan Bayu sudah sibuk lagi di kantor, dan Bu Fatma juga sudah mulai bermain-main dengan cucunya yang beberapa hari lagi akan genap berumur setahun."Sebentar lagi Queena ulang tahun, Mas. Kita belum buat persiapan apa-apa untuk ulang tahun pertamanya," ucap Dewi kepada Bayu yang baru pulang dari kantor."Sepertinya kita tidak bisa merayakan nya sekarang, Wi. Kamu tau 'kan Papah masih berduka.""Tapi ini kan ulang tahun pertamanya, Mas. Masa gak di rayain di hari H nya.""Kita rayakan kecil-kecilan saja. Tidak perlu mengundang tamu. Cukup keluarga saja.""Gak mau. Apa kata teman-teman ku kalau ulang tahun pertama anak direktur perusahaan besar tidak dirayakan. Aku maunya dirayakan di hotel seperti kemaren.""Kamu ngerti dong, Wi!" Bentak
Bayu memarkirkan mobilnya di depan komplek sekolahan elit. Sudah duapuluh menit lebih dia menunggu seseorang dari dalam mobilnya. Dan akhirnya orang yang dinanti-nantikannya pun turun dari sebuah mobil Mercedes dengan menggandeng kedua putrinya menuju gerbang sekolah.Disaat Bayu sedang serius memperhatikan seorang penumpang yang baru turun dari Mercedes mewah tersebut, gawainya bergetar. Ada panggilan masuk dari Mamanya."Ada apa Mah?""Dewi kabur, Bay. Dewi kabur membawa Queena.""Apah....!""Iya Bay. Sejak dari pagi Quena sama Dewi gak keliatan. Kamarnya kosong, pengasuh yang biasa jagain Queena juga gak tau kemana perginya mereka. Nomornya Dewi juga tidak bisa dihubungi, Bay. Kamu dimana sekarang? Cepetan pulang." Bu Fatma berbicara sembari menangis."Iya, Mah. Bayu pulang sekarang."Setelah berbicara dengan Mamahnya, Bayupun mencoba untuk menghubungi istri nya, Dewi. Namun seperti
Kamar ini memang sudah seperti ini suasananya sejak kedatangannya pertama kali. Tidak ada yang berubah, dan diapun tidak pernah berkeinginan untuk merubahnya demi menghargai privasi suaminya. Adapun mengenai foto, Airin memang tidak pernah memajang foto di dalam rumahnya.Airin menghela nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. Dia berfikir Nesya berkata seperti itu mungkin karena dia teringat dengan almarhum kakaknya. Mungkin dia tidak rela jika laki-laki yang sangat dicintai Almarhum kakaknya itu menikah lagi, pikir Airin."Nesya ini chargernya." Airin menyodorkan charger HP yang tadi diminta oleh Nesya."Oh iya. Terimakasih." Nesya menerima charger tersebut tanpa menatap wajah Airin. Pandangannya masih sibuk mengamati suasana kamar Airin."Mba Airin, Gak papa kan kalau aku pakai kamar mandinya? Mau balik lagi ke depan jauh. Sudah kebelet soalnya.""Oh iya gapapa. Silahkan pakai saja.""Assalamualaikum istriku sayang," ucap Arga tiba-tiba dari ambang pintu yang sudah terbuka."Waalaikum