Share

Bab 4

Russel berseru, “Akhirnya kau datang juga, Brotherku yang kaya raya!” Dia langsung memberikan pelukan hangat kepada Raymond.

Ketika mendengar kabar bahwa Marvin telah bebas dan berkunjung ke kediaman Winston, Raymond langsung bergegas pagi ini ke sini. Dia ingin melihat langsung seperti apa wajah dan badan si mantan napi.

Di ruang tamu, Raymond menatap Marvin dengan pandangan hina. “Hei! Kau pria kotor, kau seharusnya tidak berada di sini! Jika kau memang dapat keberuntungan bebas dari hukuman penjara, seharusnya kau bekerja serabutan atau dagang sesuatu di online shop. Kau tidak pantas mengurus bisnis besar!”

Melihat gaya Raymond yang arogan dan tengil, Gennifer makin benci, makin lama hatinya makin sulit menerima tawaran apapun dari Keluarga Harvard. Gennifer tambah jijik. Dia membela suaminya, “Sombong! Kau lebih tidak pantas berada di sini karena kau bukan siapa-siapa!”

Seketika hening, dan pandangan menuju kepada Gennifer. Selama ini, jika mendapat tekanan, Gennifer jarang bicara dan lebih banyak pasrah meskipun hatinya sangat menolak. Baru kali ini dia tampil lebih berani, bisa jadi alasannya karena ada Marvin di sampingnya.

Terkejut, Elena langsung menyela, “Gennifer, kau tidak boleh bicara seperti itu! Kau harus mengormati Putra Harvard!”

Derick pun sama. Dia malah marah sama putrinya. “Jangan pernah lagi kau membentaknya, Gennifer!”

Russel langsung merangkul Raymond karena tidak keenakan. “Gennifer sedang ada masalah. Maafkan kalau barusan dia kurang sopan. Silakan duduk, saudaraku. Kau mau minum apa?” Russel memperlakukan Raymond sangat berbeda ketika dia memperlakukan iparnya sendiri. Sungguh keterlaluan.

Derick dan Elena selaku pemegang kuasa, tentu perhatiannya akan lebih condong kepada Raymond, ketimbang menantu mantan napi itu, dari segi apapun. Setelah mendapat tekanan dan rayuan maut dari Russel, akhirnya Roderick dan Elena bersikukuh agar Raymond saja lah yang harus menjadi suami dari Gennifer.

Ketika Raymond dan Marvin disandingkan, menurut Roderick dan Elena, ibarat zamrud dan kerikil. Sebuah perbandingan yang tidak berimbang. Dari bisnis misalnya, Rock Electra adalah satu per lima puluh dari total bisnis Harvard Corp. Jauh melanting.

Satu-satunya cara untuk membangkitkan bisnis Keluarga Winston adalah menjalin kerja sama dengan Harvard Corp. Itulah opsi yang ada di kepala mereka dan tidak ada opsi lain. Sebuah pilihan harga mati. Jika berpaling, dalam waktu beberapa bulan ke depan mereka akan bangkrut.

Russel mempersilakan Raymond duduk pas di sebelahnya, lalu berkata ramah, “Saudaraku, jika kau belum pernah melihat napi pengkhayal menyedihkan, sekarang lihatlah. Dia sudah ada di depan mata kita!”

Raymond tercengang bahagia. Ada sunggingan sinis di sudut bibirnya. “Bahkan rupanya lebih buruk dari yang aku bayangkan. Jika saja dia menyerah dan memilih menjadi orang biasa, dia akan menjadi lebih baik, Russel.”

Russel mencebik remeh. Dia mendengus dan berkata, “Aku baru tahu, selepas dari penjara, muka akan menjadi tebal dan rasa malu akan hilang, rupanya.”

Dadanya mulai sesak. Marvin menatap wajah dua orang itu cukup lama. Ya, mereka berdua lah dalang

sebenarnya. Untuk saat ini Marvin memang tidak bisa berbuat banyak, tapi tunggulah nanti, dia akan membungkam mulut-mulut sampah ini.

Raymond congkak dan sengaja ingin cari muka. Jika dia memang mau baik, harusnya sudah dari dulu. Dan satu lagi, kalau dia memang cinta sama Gennifer, tapi anehnya dia bersikap dingin dan tidak peduli. Lucunya, sikap tersebut tidak disadari oleh Keluarga Winston.

Raymond berkata santai, “Aku akan bantu Winsoil selama satu bulan ini dalam persediaan minyak mentah. Minggu depan akan aku usahakan. Tidak ada syarat apapun, tapi satu saja.”

Derick, Elena, dan Russel senangnya minta ampun. Mendengar omongan Raymond barusan, seolah mereka mendapat tambahan satu nyawa untuk hidup di dunia. “Apa syaratnya?” tanya Roderick sangat penasaran.

Dengan menggagahkan diri, Raymond menjawab dingin, “Suruh mantan napi ini menjilat telapak sepatuku sekarang!”

Gennifer yang pertama bereaksi. “Kau sudah gila, Raymond! Jangan kau remehkan suamiku!”

Sebelum ocehan Gennifer memanjang, Elena buru-buru memotong, “Stop, Gennifer! Kau jangan ikut campur! Selama satu tahun kau selalu gagal dalam mengurus bisnis keluarga, kau tidak bisa diandalkan!”

Russel menyabarkan adiknya. “Tenang, Dik. Lebih baik kau diam dan menyimak saja. Menjilat telapak sepatu jauh lebih baik daripada kita semua pening selama sebulan penuh. Dan aku yakin, Marvin akan memilih menjilat telapak sepatu Raymond daripada mendekam dalam bui meskipun selama satu hari.”

Bagi Keluarga Winston, tawaran yang diberikan oleh Raymond barusan tidak berpengaruh sama sekali bagi mereka. Apapun yang akan dilakukan oleh Marvin, mereka terima saja. Jika Marvin melakukannya sampai seribu kali pun, mereka tak peduli.

Meskipun status sebagai mantan napi tidak bisa dihilangkan seumur hidup, Marvin adalah orang yang selalu menjaga kehormatan dan nama baiknya. “Aku tidak terima! Hei kau Raymond, waktu satu minggu yang kau usahakan itu tidak ada apa-apanya. Aku yang akan mencukupi kebutuhan minyak mentah Winsoil selama satu bulan, besok!”

Semua orang pun tercengang.

Biji mata Russel rasanya mau lepas saking kagetnya. “Kau, Ipar Menyedihkan! Berhenti berkhayal! Aku tahu kau menjadi agak gila selepas dari penjara, tapi kami mohon untuk tidak menunjukkan kegilaanmu pada kami!”

Derick ternganga. Apa menantunya sudah gila? Besok? Marvin akan menyediakan persediaan minyak mentah selama satu bulan? “Marvin, kau bahkan gagal mengurus dirimu sendiri, bagaimana mungkin kau akan membantu bisnis keluarga kami?! Hentikan omong kosongmu!”

Raymond berdiri dan bertepuk tangan, seolah memberikan kesan kagum terhadap Marvin. Dia mencibir hina, “Kau baru saja keluar dari penjara, Bodoh, jangan pernah buat dirimu malu di depan keluarga istrimu sendiri. Jilat telapak sepatuku sekarang, dan kami akan melupakan omongan gilamu barusan.” Raymond menyilangkan tangan di dada dengan gaya penuh keangkuhan.

“Kita bertaruh!” tantang Marvin. “Kalau kau memang laki!”

Raymond tersenyum sebelah sembari memicingkan matanya. “Astaga! Apa yang mau kau pertaruhkan, Gila?!”

“Aku tahu bahwa harga minyak mentah khusus untuk Winsoil selama satu bulan adalah satu milyar dollar. Jadi .....”

“Hahaha.” Russel dan Raymond terpingkal-pingkal geli. Menurut mereka, Marvin terlalu polos. Anak SMA saja bisa buat pernyataan seperti itu.

Raymond tersenyum mengejek. “Pintar juga kau selepas dari sekolah S3 di dalam sel tahanan. Haha.”

Gennifer sangat resah. Dalam benaknya, dia berpikir bahwa Marvin akan memberikan taruhan sama seperti dia bertaruh kepada Russel. Gennifer berdegup jantungnya. Apa yang didengarnya saat ini sungguh tidak masuk akal. Dia pasrah.

Marvin meluaskan pandangannya lalu berkata tegas, “Baiklah, jika besok ada pasokan minyak mentah senilai satu milyar dollar ke Winsoil, kau Raymond, akan menjilat telapak sepatuku! Jika aku gagal, aku akan bercerai dari istriku, lalu silakan kau nikahi!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status