Perasaan Sora dibuat tidak tenang setelah menyadari dua orang pria berbaju hitam mengikutinya sejak ia keluar dari dalam minimarket membeli sebuah roti untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar. Sora terus melangkah menjauhi kedua pria tersebut hingga akhirnya langkahnya terhenti saat tubuhnya tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.
"Aw..." Sora mengusap pelipisnya yang terasa sakit. Sedetik kemudian ia mendongak untuk melihat siapakah orang yang baru saja ia tabrak. "Tu-tuan Langit." Sora terbata. Tubuhnya bergetar hebat hingga membuat roti yang tadi ia beli jatuh ke atas tanah. Sora tak memperdulikan roti tersebut. Perlahan sepasang kakinya melangkah mundur berniat kabur dari Langit. Ya, ia harus pergi dari pria itu sebelum Langit berniat buruk kepadanya.Dua orang pria yang sejak tadi mengikuti Sora bergerak cepat menahan langkah Sora saat menyadari wanita itu hendak kabur."Apa yang kalian lakukan. Lepaskan aku!" Sora berteriak. Bukan hanya roti di tangannya saja yang terjatuh ke atas tanah. Kini, tas berisi pakaiannya pun ikut terjatuh.Langit melangkah mendekati Sora dengan tatapan tak terbaca. Kemudian, ia memberikan perintah lewat tatapan mata agar kedua anak buahnya melepaskan tangan Sora."Anda mau apa, Tuan? Saya mohon biarkan saya pergi dari sini!" Pinta Sora terbata sambil mengatupkan kedua tangannya.Langit dapat melihat jika Sora sangat takut melihat wajahnya. Maka dari itu, ia memilih menurunkan egonya dengan bersikap lembut pada wanita itu agar tidak kabur. "Tenanglah, saya tidak berniat jahat kepadamu." Kata Langit.Seakan tak percaya, Sora menggelengkan kepalanya. "Saya mohon biarkan saya pergi dari sini, Tuan. Saya berjanji akan pergi jauh dari kehidupan anda dan keluarga. Saya tidak akan membuat kehadiran anak ini menjadi aib untuk anda. Saya berjanji untuk diam." Mohon Sora. Walau awalnya ia menolak kehadiran anak di dalam rahimnya, namun kini ia sudah sadar dengan kesalahannya dan sangat menyayangi janinnya."Kau sudah salah paham. Saya tidak berniat buruk kepadamu."Sora kembali menggeleng. Nampaknya ibu hamil itu sangat tidak percaya pada Langit.Langit menghela napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa kesal. "Bisa kita bicara sebentar untuk menyelesaikan permasalahan di antara kita?" Kali ini Langit yang meminta. Dan permintaannya itu lantas saja dijawab gelengan kepala oleh Sora. "Kita bisa berbicara di depan toko roti yang berada di sana. Kau bisa berteriak jika saya berniat jahat kepadamu." Tawar Langit seraya menunjuk sebuah toko roti yang berada di seberang jalan.Sora masih nampak enggan. Namun setelah Langit meyakinkannya kembali, akhirnya ia luluh juga. Dan di sinilah Langit dan Sora berada. Di depan sebuah toko roti yang nampak cukup ramai dengan kedatangan pengunjung."Saya ingin memberikan penawaran kepadamu untuk permasalahan kita saat ini." Kata Langit membuka percakapan di antara mereka.Kepala Sora mendongak. Menatap wajah Langit yang tengah menatapnya dengan intens. "Penawaran apa maksud anda?" Tanyanya terbata."Sebagai bentuk tanggung jawab saya kepada dirimu dan anak kita, izinkan saya untuk menikahimu. Dengan menikah, saya bisa menjagamu dan memastikan kebutuhanmu terpenuhi selama mengandung anak saya. Dan tawaran yang saya maksud, kita bisa bercerai setelah anak kita lahir nanti. Kau mendapatkan hak asuh penuh atas anak kita dan aku akan tetap memberikan nafkah bulanan untukmu dan anak kita." Terang Langit."Saya tidak setuju. Saya bisa merawat anak ini dengan baik tanpa harus menikah dengan anda." Sora menyahut dengan cepat. Menikah dengan Langit menurutnya bukanlah sebuah solusi. Terlebih ia tidak mencintai pria itu."Kehidupan seperti apa yang akan kau berikan untuk anak kita nanti? Jangankan memberikan kehidupan yang layak untuknya setelah dia lahir nanti, untuk tempat tinggalmu saat ini saja kau tidak punya." Tekan Langit.Sora terkesiap. Perkataan Langit memang benar adanya. Sudahlah tempat tinggal tidak punya, untuk makannya esok hari pun Sora tidak tahu harus bagaimana mengingat uang yang ia punya hanya tinggal sepuluh ribu saja."Percayalah, menikah dengan saya bukanlah pilihan yang buruk. Sama seperti dirimu, saya juga tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak saya cintai. Tapi permasalahan kita saat ini bukan hanya tentang cinta, namun juga pertanggung jawaban saya sebagai pria yang sudah melecehkanmu."Sora tergugu. Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Langit."Jangan egois, pikirkan nasib anak kita. Saya akan memberikan tempat tinggal yang layak untukmu jika kau bersedia menikah dengan saya. Satu lagi, saya tidak akan tinggal di tempat yang sama denganmu jika kau menginginkannya." Lanjut Langit.Perlahan Sora mengangkat kepalanya yang tertunduk. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya ia mengangguk mengiyakan perkataan Langit. "Saya setuju. Tapi saya membutuhkan surat perjanjian untuk itu. Saya tidak mau anak yang saya lahirkan nanti anda ambil hak asuhnya." Pinta Sora. Ia harus berjaga-jaga sebab ia sadar siapa Langit dan bagaimana kekuasaannya.Langit langsung menyetujuinya. "Pengacara saya akan membuat surat perjanjian itu secepatnya untuk kita."Sora kembali menundukkan kepalanya setelah cukup lama menatap wajah Langit."Sekarang ayo ikut dengan saya. Saya akan membawamu ke tempat tinggalmu yang baru." Ajak Langit.Perasaan Sora mulai meragu. Bayangan malam kelam itu kembali terlintas di benaknya."Percayalah, saya tidak akan berbuat hal buruk kepadamu." Kata Langit seakan tahu apa yang ada di dalam pemikiran Sora.Sora akhirnya luluh. Perlahan ia bangkit dari posisi duduk. Saat hendak meninggalkan depan toko roti tersebut, ia tiba-tiba saja teringat dengan roti miliknya yang tadi jatuh di atas tanah."Saya lapar. Bisakah anda membelikan sebuah roti untuk saya? Tadi roti saya jatuh karena anda."**Nyatanya Langit bukan hanya membelikan sebuah roti saja untuk Sora, namun juga mengajak Sora makan di sebuah restoran mewah sebelum membawanya ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal baru Sora."Kita akan menikah dua hari lagi." Beri tahu Langit setelah ia dan Sora berada di dalam apartemen miliknya.Sora yang baru saja mendaratkan bokong di atas sofa mendongak menatap wajah Langit. "Kenapa cepat sekali?" Tanya Sora pelan nyaris berbisik."Karena saya tidak mau mengundur waktu lebih lama." Jawab Langit seadanya. Selain itu, ia juga tidak ingin terus didesak Bella untuk segera menikahi Sora.Sora memilih diam. Protes pun tiada guna sebab ia sudah menyetujui permintaan Langit untuk menikahinya."Ada satu hal penting yang ingin saya ingatkan kepadamu sebelum kita menikah nanti." Kata Langit lagi.Sora menatap wajah Langit menunggu jawaban."Jangan pernah mengharapkan cinta dari saya selama kita menikah. Karena sampai kapan pun itu, saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain selain kekasih saya." Tekan Langit. Ia merasa perlu mengingati Sora agar tidak berharap lebih dengan pernikahan mereka nanti walau ia tahu jika saat ini Sora tidak menginginkan pernikahan dengannya.***Sora mengangguk setuju. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan perkataan Langit agar tidak mencintai pria itu. Lagi pula, Sora merasa tidak mungkin mencintai pria itu. Karena jangankan untuk mencintai Langit, melihat wajah Langit saja dia sudah takut."Sebentar lagi akan datang seorang pelayan yang bertugas membantumu selama tinggal di apartemen ini. Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan meminta tolong kepadanya." Kata Langit setelah menyampaikan beberapa pesan sebelum menikah dengan Sora."Baik, Tuan. Terima kasih." Jawab Sora pelan.Langit segera bangkit dari posisi duduk. Ia merapikan kemejanya yang sebenarnya tidak berantakan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Langit segera melangkah pergi meninggalkan apartemen dan memberikan pesan pada Theo agar melanjutkan tugasnya di sana.Setelah kepergian Langit, Theo langsung saja menunjukkan pada Sora dimana letak kamar wanita itu. Tak lupa Theo mengingatkan pada Sora agar tidak berani kabur dari apartemen."Selangkah saja anda
Pukul dua dini hari, Sora terjaga dari tidur lelapnya. Mimpi buruk yang menguasai alam bawah sadarnya membuat Sora terjaga dengan napas yang naik turun. "Bibi!" Lirih Sora teringat dengan mimpi buruknya bagaimana Bibi Rida mengusirnya setelah mengetahui dirinya hamil di luar nikah. Bahkan tanpa belas kasih Bibi Rida membiarkan Zoya mendorong tubuhnya yang sedang berbadan dua keluar dari rumah hingga nyaris terjatuh.Air mata meleleh membasahi wajah Sora. Sosok wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri tega memperlakukannya dengan buruk. Bukan hanya pada saat ia ketahuan hamil di luar nikah saja, namun sejak ia masih kecil dan belum mengerti kejamnya dunia."Sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa lagi dalam hidupku. Aku benar-benar kesepian." Lirih Sora merasa sedih. Entah kehidupan seperti apa lagi yang akan ia lewati kedepannya setelah keluar dari rumah Bibi Rida. Sedang memiliki keluarga saja hidupnya sudah terasa pelik, apa lagi setelah ini. Di tengah kesedihanny
Langit menyadari jika kedatangannya membuat napsu makan Sora jadi hilang hingga membuat wanita itu menghentikan aktivitas memakan makanannya. Tidak ingin membuat Sora menyisakan makanan hanya karena dirinya, Langit pun memilih meninggalkan ruangan makan."Habiskan makananmu. Setelah itu temui saya di ruangan tamu." Pesan Langit sebelum pergi meninggalkan Sora.Sora tercenung. Rupanya pria itu menyadari jika kehadirannya bagaikan mood buruk hingga mengganggu napsu makannya. Setelah kepergian Langit, Sora segera menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit. Ia tidak boleh menyisakan makanan yang lezat itu mengingat selama ini ia sangat sulit untuk bisa merasakan menikmati makanan yang lezat seperti yang ia makan saat ini.Selesai menghabiskan makanannya, Sora segera menuruti perintah Langit yang memintanya menyusul ke ruangan tamu. Tiba di sana, Sora melihat pria paruh baya yang tadi datang bersama Langit nampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa."Duduklah." Kata La
Sora dan Langit kini sudah duduk di depan penghulu yang bertugas untuk menikahkan mereka. Sejak awal kedatangannya ke tempat tersebut, Sora lebih banyak diam. Ia hanya bersuara jika ditanya atau diminta pendapat oleh penghulu."Karena kedua mempelai sudah siap, maka kita mulai saja acara akad pagi ini." Kata penghulu.Langit dan Sora mengangguk menyetujuinya. Kemudian tangan Langit pun terangkat berjabat dengan wali nikah untuk memulai prosesi akad nikah mereka pagi itu.Walau acara pernikahannya hari ini bukanlah hal yang diinginkan oleh Sora, namun tetap saja wanita itu merasa gugup saat Langit mulai membacakan kalimat akad untuk menjadikannya sebagai seorang istri."Sah." Dua orang pria yang ditunjuk Langit sebagai saksi di acara akadnya bersuara cukup keras setelah Langit selesai membacakan ijab qabulnya dengan lantang dan jelas.Kedua bola mata Sora berkilat bening setelah menyadari jika kini ia bukan lagi seorang wanita lajang melainkan istri dari seorang pria bernama Langit. Sea
Setelah menebus resep obat dan vitamin untuk Sora di bagian farmasi, Langit langsung saja mengajak Sora untuk pulang. Di tengah perjalanan menuju pulang, Langit tiba-tiba saja membelokkan mobilnya ke arah supermarket saat teringat dengan sesuatu."Kau belum meminum susu hamil sejak satu bulan ini, kan?" Tanya Langit setelah memarkirkan mobilnya di depan supermarket.Sora menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Langit. Bagaimana ia bisa meminum susu hamil sementara ia baru saja mengetahui keadaannya yang sedang berbadan dua baru beberapa hari yang lalu."Kalau begitu ayo kita beli susu hamilnya. Beli juga semua barang yang kau butuhkan selama berada di apartemen."Sora mengangguk dengan ragu. Kemudian keduanya pun turun dari dalam mobil milik Langit.Saat berjalan masuk ke dalam supermarket, Langit sejenak menghentikan langkahnya saat merasa Sora tertinggal jauh di belakangnya. "Kenapa kau jalannya lambat sekali? Seperti siput saja." Kata Langit dengan ekspresi datarnya.Sora ter
Senyuman di wajah Sora terkembang mendengar perkataan Langit. "Anda tidak sedang bercanda kan, Tuan?" Tanyanya memastikan lebih dulu."Memangnya sejak kapan kau pernah melihatku bercanda?" Pertanyaan balasan dari Langit membuat Sora bungkam seribu bahasa.Tanpa membuang waktu lebih lama berbasa-basi dengan Sora, Langit langsung saja melajukan mobilnya menuju tempat penjual makanan yang Sora inginkan saat ini.Nyatanya, bukan hal yang mudah bagi Langit membelikan seluruh makanan yang Sora inginkan. Ia harus berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain mencari jenis-jenis makanan yang berbeda itu.Dengan sabar, ia mengikuti arahan Sora yang tengah menunjukkan tempat penjual makanan yang Sora inginkan terakhir kalinya."Kau yakin mau makan makanan yang di dijual di sini juga?" Tanya Langit memastikan sebelum keluar dari dalam mobil. Melihat suasana di dalam toko yang cukup padat, Langit dapat menebak jika ia akan membutuhkan waktu lebih lama membeli makanan terakhir yang diinginkan S
Sora mengangguk saja mengiyakan perkataan Langit. Efek kekenyangan dan sedikit kelelahan karena terlalu banyak beraktivitas hari ini, kedua bola matanya jadi mengantuk dan ingin segera diistirahatkan."Maaf, Tuan. Bolehkah saya istirahat dulu?" Tanya Sora hati-hati. "Boleh. Sekarang masuklah ke dalam kamar dan istirahat. Nanti malam Bi Nina akan membangunkanmu untuk makan malam." Balas Langit.Sora menghela napas lega karena Langit tidak mempersulit keinginannya untuk beristirahat. Tanpa membuang waktu lama, Sora langsung saja melangkahkan kaki menuju kamarnya yang berada tidak jauh dari ruang tengah berada.Langit yang ditinggalkan oleh Sora pun langsung saja memanggil Bi Nina yang kini tengah berada di dapur mempersiapkan makanan makan malam untuk Sora."Bibi, jangan lupa buatkan susu hamil rasa strawberry yang saya beli tadi untuk Sora. Satu lagi, buatkan masakan yang sehat dan bergizi untuknya karena tadi makanan yang dia makan sangat tidak sehat!" Titah Langit.Bi Nina menganggu
Langit baru saja terbangun dari tidurnya saat mendengar suara dering panggilan telefon dari ponselnya. Merasa jika panggilan telefon tersebut adalah penting, Langit segera menyambar ponselnya yang tergeletak di atas nakas."Bi Nina." Gumam Langit membaca nama pemanggil telefon. Setelahnya ia menggeser ikon bewarna hijau di layar ponselnya dan meletakkan ponselnya di daun telinga."Hallo Bi Nina, ada apa?" Tanya Langit setelah mendengar suara Bi Nina memanggil di seberang sana.Bi Nina yang baru saja keluar dari dalam kamar Sora karena ingin memberitahu pada Langit tentang kondisi Sora segera menjawab. "Kondisi Nona Sora tidak baik pagi ini, Tuan. Nona muntah-muntah dan tubuhnya lemas saat ini." Beri tahu Bi Nina.Langit terkesiap. Perasaan cemas mulai menyelimuti hati calon ayah itu. "Apa? Kenapa bisa begitu? Bukannya kemarin dia baik-baik saja?" Tanya Langit keras.Bi Nina langsung saja menjelaskan jika apa yang dialami Sora saat ini adalah hal wajar yang dialami ibu hamil pada umum