Senyuman di wajah Sora terkembang mendengar perkataan Langit. "Anda tidak sedang bercanda kan, Tuan?" Tanyanya memastikan lebih dulu."Memangnya sejak kapan kau pernah melihatku bercanda?" Pertanyaan balasan dari Langit membuat Sora bungkam seribu bahasa.Tanpa membuang waktu lebih lama berbasa-basi dengan Sora, Langit langsung saja melajukan mobilnya menuju tempat penjual makanan yang Sora inginkan saat ini.Nyatanya, bukan hal yang mudah bagi Langit membelikan seluruh makanan yang Sora inginkan. Ia harus berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain mencari jenis-jenis makanan yang berbeda itu.Dengan sabar, ia mengikuti arahan Sora yang tengah menunjukkan tempat penjual makanan yang Sora inginkan terakhir kalinya."Kau yakin mau makan makanan yang di dijual di sini juga?" Tanya Langit memastikan sebelum keluar dari dalam mobil. Melihat suasana di dalam toko yang cukup padat, Langit dapat menebak jika ia akan membutuhkan waktu lebih lama membeli makanan terakhir yang diinginkan S
Sora mengangguk saja mengiyakan perkataan Langit. Efek kekenyangan dan sedikit kelelahan karena terlalu banyak beraktivitas hari ini, kedua bola matanya jadi mengantuk dan ingin segera diistirahatkan."Maaf, Tuan. Bolehkah saya istirahat dulu?" Tanya Sora hati-hati. "Boleh. Sekarang masuklah ke dalam kamar dan istirahat. Nanti malam Bi Nina akan membangunkanmu untuk makan malam." Balas Langit.Sora menghela napas lega karena Langit tidak mempersulit keinginannya untuk beristirahat. Tanpa membuang waktu lama, Sora langsung saja melangkahkan kaki menuju kamarnya yang berada tidak jauh dari ruang tengah berada.Langit yang ditinggalkan oleh Sora pun langsung saja memanggil Bi Nina yang kini tengah berada di dapur mempersiapkan makanan makan malam untuk Sora."Bibi, jangan lupa buatkan susu hamil rasa strawberry yang saya beli tadi untuk Sora. Satu lagi, buatkan masakan yang sehat dan bergizi untuknya karena tadi makanan yang dia makan sangat tidak sehat!" Titah Langit.Bi Nina menganggu
Langit baru saja terbangun dari tidurnya saat mendengar suara dering panggilan telefon dari ponselnya. Merasa jika panggilan telefon tersebut adalah penting, Langit segera menyambar ponselnya yang tergeletak di atas nakas."Bi Nina." Gumam Langit membaca nama pemanggil telefon. Setelahnya ia menggeser ikon bewarna hijau di layar ponselnya dan meletakkan ponselnya di daun telinga."Hallo Bi Nina, ada apa?" Tanya Langit setelah mendengar suara Bi Nina memanggil di seberang sana.Bi Nina yang baru saja keluar dari dalam kamar Sora karena ingin memberitahu pada Langit tentang kondisi Sora segera menjawab. "Kondisi Nona Sora tidak baik pagi ini, Tuan. Nona muntah-muntah dan tubuhnya lemas saat ini." Beri tahu Bi Nina.Langit terkesiap. Perasaan cemas mulai menyelimuti hati calon ayah itu. "Apa? Kenapa bisa begitu? Bukannya kemarin dia baik-baik saja?" Tanya Langit keras.Bi Nina langsung saja menjelaskan jika apa yang dialami Sora saat ini adalah hal wajar yang dialami ibu hamil pada umum
Langit segera mengambilkan nasi beserta lauk pauk ke dalam piring untuk Sora. Setelahnya ia segera menyodorkan sendok berisi makanan tersebut ke arah mulut Sora. "Ayo makan." Kata Langit.Sora tergugu. Berdekatan dengan Langit seperti saat ini sedikit membuatnya takut namun tidak ingin meminta Langit untuk menjauh."Ayo buka mulutnya. Katanya kau mau disuapi makan." Lanjut Langit sebab Sora hanya diam saja.Kepala Sora mengangguk. Kemudian ia membuka mulut dengan gerakan perlahan.Langit segera menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulut Sora setelah mulut Sora terbuka sempurna. Dan di luar ekspetasi, Sora yang awalnya tidak berselera untuk makan kini terlihat lahap memakan makanannya bahkan meminta Langit untuk menambah makanannya.Melihat nafsu makan Sora yang begitu besar karena disuapkan makan olehnya membuat Langit mengulum senyum. Dengan wajah polos yang ditunjukkan Sora saat ini, mengingatkan dirinya pada sosok kekasihnya yang hampir sama polosnya dengan Sora."Qiandra..." tanpa
Tak puas mengomel di depan Sora, Bella langsung saja melakukan panggilan telefon dengan Langit. Setelah panggilan telefon terhubung, wanita itu melampiaskan kekesalannya dengan mengomel panjang lebar pada Langit.Sora yang hanya bisa diam mengatupkan bibir rapat-rapat seraya mengerutkan dahi. Ia merasa amat bersalah pada Langit karena pria itu menjadi pelampiasan kemarahan Bella karena dirinya."Walau kalian menikah tidak berdasarkan keinginanmu, kau tidak bisa bersikap sesuka hatimu seperti ini, Langit. Seharusnya kau itu tinggal di sini untuk menjaga Sora. Bagaimana bila tiba-tiba dia membutuhkan bantuanmu!" Langit di seberang sana hanya diam sambil melangkah ke lift yang akan mengantarkannya ke lantai dimana ruangan kerjanya berada sebab kini ia baru saja tiba di perusahaan. "Kau dengar kata Kakak, kan?" Lanjut Bella karena adiknya itu hanya diam saja."Aku dengar. Semua omelan Kakak terdengar jelas di telingaku." Kata Langit yang akhirnya bersuara."Jangan hanya didengar saja. K
Mulai saat itu, Zoya mulai mencari informasi loker sebagai seorang sekretaris dari teman-temannya yang bekerja di perusahaan besar. Dari semua informasi yang ia dapat, belum ada satu pun loker yang sesuai dengan keinginannya. Tak putus asa sampai di situ saja, Zoya lanjut mencari tahu informasi loker sebagai seorang sekretaris dari sosial media hingga akhirnya mendapatkan loker yang ia inginkan."Sekretaris bos di perusahaan Abimayu?" Gumam Zoya membaca loker yang tertera di layar ponselnya saat ini.Senyuman di wajah Zoya terkembang. Ia sangat tahu sebesar apa perusahaan Abimayu dan pengaruhnya di kotanya. Jika ia bisa bekerja di perusahaan tersebut, ia yakin hidupnya terasa amat bahagia. Selain bisa bekerja di perusahaan besar, ia juga bisa mencoba mendekati salah satu bos yang ada di sana."Aku harus mengirim lamaran pekerjaan secepatnya!" Gumam Zoya. Tanpa membuang waktu lama, Zoya segera menyiapkan beberapa file yang dibutuhkan untuk melamar pekerjaan di perusahaan Abimayu."Zoya,
Sora mengangguk pelan. "Tahu, tapi bayinya menginginkannya, Tuan." Balas Sora lirih.Langit menghela napas dalam-dalam. Jika sudah menyangkut urusan bayi mereka, entah mengapa ia sangat sulit untuk menolak. Langit pun akhirnya berpikir keras bagaimana caranya agar Sora tidak memakan makanan yang dibeli dipinggir jalan tersebut dan menggantinya dengan cemilan yang lebih sehat."Memangnya kau mau makan apa?" Langit bertanya. Mencoba mencari tahu keinginan wanita hamil itu."Saya mau telur congkel, otak-otak dan sosis bakar, Tuan." Jawab Sora mengungkapkan beberapa jajanan yang diinginakannya."Telur congkel?" Ulang Langit. Ia tidak mengetahui seperti apa jajanan pertama yang Sora sebutkan."Iya. Rasanya enak sekali. Apa lagi disiram pakai saos." Balas Sora sambil membayangkan betapa nikmatnya makanan tersebut jika masuk ke dalam mulutnya. Membayangkannya sudah membuat air liur Sora hampir menetes.Merasa penasaran seperti apa makanan yang Sora maksud tersebut, Langit segera mencari tahu
Sora terlalu asik menonton acara televisi sampai tidak menyadari jika Langit dan Bibi Nina sudah selesai membuatkan cemilan untuknya. Kesadaran Sora pun timbul pada saat Langit datang sambil membawakan otak-otak goreng lengkap dengan saos di dalam mangkuk."Ini cemilan yang kau inginkan." Kata Langit setelah meletakkan piring berisi otak-otak di atas meja.Sora memperhatikan cemilan tersebut kemudian menatap pada Langit. "Tuan sudah selesai membuat cemilannya?" Tanyanya tak percaya.Langit dengan cepat mengangguk. Cukup memakan waktu hampir satu jam lamanya ia membuat cemilan tersebut untuk Sora. Dan selama itu pula ia harus berpikir keras bagaimana caranya agar tidak salah dalam mengerjakan apa yang Bi Nina perintahkan kepadanya."Tapi..." Sora menatap otak-otak goreng itu lagi. Bukannya tadi ia menyebutkan tiga macam cemilan, lantas kenapa Langit hanya membawa satu cemilan saja?Menyadari arti tatapan Sora, Langit pun bersuara kembali. "Makan telur congkel dan sosisnya setelah makan