Share

SATU

"Aku tidak pernah menyangka bahwa takdir membawaku ke sini.”

Sebuah mobil menepi di area persawahan daerah Tangerang. Tak

lama kemudian pintu terbuka dan seorang gadis kecil diturunkan begitu

saja, setelahnya kendaraan beroda empat itu melaju, meninggalkan anak

perempuan itu sendiri. Ia menangis ketakutan, tetapi tidak tahu harus ke

mana. Isaknya terdengar memilukan.

Seorang perempuan yang sedang berjalan di sekitaran persawahan

tanpa sengaja mendengar isak tangis anak kecil. Ia mencoba mencari

sumber suara, tidak ada rasa takut sama sekali karena ia seorang

pemberani.

“Astaghfirullah!” pekik perempuan itu saat menemukan anak

kecil yang sedang menangis. Ia terburu menghampiri, kemudian

menggendongnya. “Kamu ngapain di sini, anak cantik?”

Anak itu tersedu. Wajahnya memerah dengan berurai air mata.

Perempuan tersebut memandang penuh iba sembari mengusap

punggungnya, menyeka air mata yang mengalir deras.

“Cup-cup, udah, ya, jangan nangis. Kamu aman sama saya,” ujar

perempuan itu lemah lembut.

“Takut ....” Anak perempuan itu terbata di sela tangis.

“Sekarang udah ada saya. Jangan nangis dan takut lagi, ya.” Perempuan

itu menggendong dengan nyaman meski dalam hati sedang mengomel

karena seseorang sangat tega meninggalkan anak yang sangat manis ini.

Mengenyahkan pikiran kesal, ia pun tersenyum. “Kamu mau ikut saya?”

Anak kecil itu memandangi perempuan yang sedang menggendongnya

dengan saksama. Binar mata teduh itu membuatnya nyaman. Perlahan, ia

mengangguk. “Mau."

“Kalau begitu, mulai sekarang kamu menjadi bagian dari kami. Kamu

panggil saya bunda, ya?” Senyum wanita itu terkembang lebar.

“Iya, Bunda.”

Perempuan itu mengecek keadaan fisik gadis kecil yang ditemuinya.

Untung saja tidak ada kurang sama sekali. Sepertinya, anak kecil ini

berasal dari keluarga berada, ditilik dari pakaian juga aksesoris yang

dikenakan begitu elegan juga glamor. Dugaannya adalah anak kecil ini

diculik, kemudian dibuang di sini.

***

Waktu berlalu. Sejak hari di mana putri satu-satunya diculik, keluarga

itu begitu terpukul. Sudah berbagai cara dilakukan, tetapi usaha mereka

tidak membuahkan hasil sama sekali. Dari menyuruh orang kepercayaan,

hingga detektif, semuanya bermuara pada hal yang sama. Putri mereka

tidak ditemukan.

Kejadian itu mengubah banyak hal. Rumah keluarga Anderson

Elizabeth yang semula ramai pun kini sepi. Sang ayah, Sauqi,

menenggelamkan diri pada pekerjaan. Sang mama, Rossa, lebih sering

melamun karena meratapi kepergian gadis kecilnya. Ketiga anak mereka

juga memilih untuk tinggal di aparteman daripada bersama orang tua.

Kakek dan nenek pun kembali ke tempat tinggal mereka yang berada di

luar negeri.

Pukulan ini membuat Anderson dan Rossa merasa gagal menjadi

orang tua karena menjaga berliannya saja tidak becus. Mereka menyerah

untuk mencari, hanya berharap suatu saat nanti anak mereka akan

kembali. Mereka meyakini itu.

***

Di lain tempat, yaitu pada panti asuhan tempat tinggal gadis kecil

yang didamba kepulangan oleh keluarganya. Pemilik panti tersebut

memutuskan untuk pindah di daerah Jakarta sebab menurutnya tempat

ini kurang layak ditempati, sehingga memilih untuk menjualnya. Berbekal

uang tabungan, dibelilah panti baru yang lebih besar juga nyaman.

Sudah banyak anak-anak panti yang diadopsi, tetapi gadis cilik itu entah

mengapa terus saja menolak, padahal begitu banyak calon orang tua

yang menginginkannya. Ia sudah telanjur nyaman dan enggan berpisah

dengan teman-teman, setidaknya sampai nanti beranjak dewasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status