Share

Mimpi Kelam

“Kamu jadi dateng kan, Lex?”

“Ya. Sebentar lagi aku tiba,” suara Alex di gagang telepon terdengar jelas. “Tapi aku kurang enak juga. Masa’ dua kali sehari kita ketemu. Kemarin sudah. Eh, sekarang pun begitu. Aduh, kapan aku kerjanya?”

“Kamu di Jakarta bukan untuk kerja koq.”

“Jadi?” suara Alex terdengar sedikit kaget. “Untuk apa aku ke Jakarta?”

“Untuk menemani aku. Khususnya saat dinner atau belanja.” Tessa tertawa renyah. “Nggak keberatan kan? Gajimu dibayar full. Don’t worry.”

Skak mat. Alex terdiam sesaat. Tak tahu lagi harus berkata apa, ia lantas mengakhiri pembicaraan.

Saat gagang telepon ditutup, Tessa buru-buru mematut diri di sebuah kaca yang memang ia rancang untuk berada di salah satu sudut ruang kerjanya.

Pantulan bayan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status