Share

Sebuah Ide

Mendengar pertanyaan Phey, Pak Yono tersentak kaget, begitu juga dengan istrinya yang sedang menata hidangan di meja makan. Pak Yono tidak bisa menahan lagi, akhirnya derai tawa laki-laki itu terdengar di seantero ruangan.

“Ya Allah, Non Phey,” ucap Pak Yono masih berusaha untuk mengendalikan tawa.

“Siapa, Pak? Pasti Bu Hamidah, ya?” tanya sang istri.

Pak Yono mengangguk. “Iya, Bu Hamidah.”

Bu Puji menghampiri Phey, lalu mempersilakan gadis itu untuk makan. Belum ada jawaban maupun penjelasan dari Pak Yono maupun istrinya, sehingga Phey menurut, dan duduk di meja makan. Dia masih menatap bergantian pada Pak Yono juga istrinya.

“Ini supaya Non Phey paham, ya? Ibu Hamidah itu enggak sakit, dia sehat walafiat,” kata Pak Yono.

“Tapi kenapa bajunya seperti itu? Memang supaya apa bajunya tertutup semua?” tanya Phey. Dia menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut, lalu bergegas mengunyah dan menelan cepat-cepat. “Enggak kepanasan apa, ya? Kan gerah kalau pakai baju hitam mana tertutup semua.”

“Ada pepatah bilang, Non. Pakai hijab itu, melindungi perempuan dari panas api neraka,” seloroh Bu Puji. “Saya juga kalau keluar rumah pakai hijab.”

“Tapi, pakai yang ditutup sampai semua wajah begitu, Bu? Cadar, kan?” tanya Phey.

“Oh, kalau saya enggak semua. Kan hukumnya enggak wajib. Kalau mau pakai boleh,” jawab Bu Puji.

Rasa penasaran Phey masih berlanjut. “Terus supaya apa pakai cadar?”

“Supaya dijauhi dari fitnah.” Senyum simpul ditunjukkan oleh Bu Puji.

Jujur, Phey tidak paham apa maksudnya. Fitnah seperti apa? Seperti yang terjadi dengan keluarganya sekarang? Terkena fitnah, imbas dari kerusuhan? Pikiran Phey bergelut dengan berbagai pertanyaan.

“Itu namanya niqab, Non,” kata Pak Yono. “Zaman nabi dulu, dipakai untuk menutupi wajah supaya enggak kena pasir. Kan perempuan-perempuan di sana, hidup di gurun pasir.”

Phey mendengarkan penjelasan Pak Yono dengan saksama.

“Ya, dibawa ke sini fungsinya juga sama buat melindungi diri. Meski di sini enggak ada pasir, tetapi pakai niqab juga buat mencegah pandangan laki-laki lain. Kalau yang udah nikah, untuk jaga hati suami biar enggak cemburu, karena wajah istrinya dilihat laki-laki lain,” jelas Pak Yono.

“Ibu, kenapa enggak pakai niqab?” tanya Phey tiba-tiba.

Bu Puji terkekeh. “Kan enggak wajib, Non. Kecuali, si Bapak tiba-tiba cemburuan, ya udah … Ibu pakai aja, supaya Bapak enggak cemberut kalau Ibu pergi ke pasar.”

Pak Yono terkekeh pelan. “Enggaklah. Bapak sih, gimana Ibu.”

“Anak-anak pada ke mana?” tanya Pak Yono, tersadar kedua putra-putrinya tidak ada di rumah.

“Tadi waktu Bapak ke kantor RT, mereka diajak tetangga sebelah, ke kenduri kampung seberang,” jawab sang istri.

“Oh, iya-iya.” Pak Yono mengangguk-angguk, mengiyakan. 

“Ke kantor RT, ada apa, Pak?” tanya Phey.

“Bilang kalau saya ada saudara jauh yang tinggal sementara di sini. Non Phey, maksudnya,” jawab Pak Yono. “Kan harus lapor.”

Tamu wajib lapor 2x24 jam, itu prosedur yang memang sudah menjadi standar di mana-mana. Phey hanya mengangguk singkat.

“Tapi, sementara ini … saya minta Non jangan keluar rumah dulu, ya? Karena, di sini pun mulai menyebar kondisi genting dari ibukota,” tambah Pak Yono.

“Jadi enggak aman?” tanya Phey dan dia mulai ketakutan.

“Aman, Non. Cuma, baiknya Non Phey jangan sering-sering kelihatan dulu sama orang sini,” kata Pak Yono. “Mohon maaf, soalnya Non Phey kan kelihatan berbeda dari orang-orang kampung saya.”

Phey paham, ini tidak jauh dari kondisi fisik yang ia miliki. Phey tidak bisa memilih, harus terlahir dari siapa. Tidak ada keturunan Adam-Hawa yang bisa memilih siapa orangtuanya, seperti apa hidupnya. Hanya saja, setelah kerusuhan terjadi, ada rasa sedih bersarang di hati Phey. Kenapa ia harus dianggap berbeda? Kenapa harus dia yang mengasingkan diri?

Sedangkan Phey, tidak mau hidup terkekang karena keadaan. Mungkin ada jalan, agar Phey tidak merasa terpenjara dalam pengungsiannya.

Melindungi diri.

Dua kata itu terngiang terus di benak Phey selama waktu sarapan bersama itu. Entah mengapa, Phey merasakan harus melakukan sesuatu. Ada gagasan yang terus ia pikirkan, dan sepertinya harus segera ia realisasikan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Qianas Shopp
Ada ada aja Phey... Keinginan tahuannya tinggi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status