Share

Wei Quan Menerima Hukuman

Wei Quan berjalan ragu, begitu pula dua temannya yang mengiringi di belakang. Langkah mereka yang biasanya panjang, kini sengaja dilambatkan untuk mengulur waktu.

“Apa yang kalian lakukan? Guru Lin sudah menunggu sejak tadi,” tegur Hu Lei tidak sabar. Dia sudah berjalan lebih dulu memimpin rombongan, tetapi terpaksa berbalik lagi karena Wei Quan dan teman-temannya tak kunjung muncul. 

“Aku tidak yakin ini ide baik, Guru Lin masih kelelahan. Mungkin pertemuan ini bisa ditunda agar beliau bisa beristirahat lebih dulu,” jawab Wei Quan.

“Apa yang dikatakan Kakak Senior Wei itu benar. Lebih baik Guru Lin beristirahat dulu,” timpal salah seorang pengikutnya. 

Hu Lei menyipitkan mata, diamatinya Wei Quan yang berdiri gelisah. Terlebih lagi ketika Wei Quan menggunakan lengan bajunya untuk mengusap keringat di dahi. 

“Sebenarnya apa yang kamu takutkan Wei Quan? Sejak tadi kulihat tingkahmu sangat gelisah, seakan-akan kamu baru saja melakukan kesalahan besar.” Hu Lei berjalan lebih dekat untuk mengamati mata Wei Quan lebih jelas. 

Wei Quan menghempaskan tangannya dengan gugup. “Apa maksudmu melakukan kesalahan besar, aku hanya tidak ingin guru Lin kelelahan. Apa itu terlalu berlebihan?”

Dia langsung bergegas menuju tempat Lin Hua menunggunya. Meski takut, Wei Quan lebih senang langsung berhadapan dengan Lin Hua daripada menanggung sindiran Hu Lei. 

Wei Quan berhenti sebentar di depan pintu. Tangannya sekali lagi menyeka keringat yang mengalir di kening. Jantungnya berdebar kencang saat membayangkan kemarahan yang akan diterimanya. 

“Guru Lin, murid minta izin untuk masuk,” pintanya. Wei Quan tidak lagi menghiraukan Hu Lei dan dua temannya yang tertinggal di belakang. 

Pintu pun bergeser, Luo Tan telah membukanya sesuai perintah Lin Hua. Wei Quan memandang Luo Tan sekilas, merasakan tatapan tajamnya yang menggetarkan sebelum pemuda itu kembali menundukkan kepala. 

Pemuda itu menyingkir, memberi ruang pada Wei Quan agar maju mendekati guru mereka.

Sementara Lin Hua terus memandang Wei Quan yang kembali terserang rasa gugup. 

Wei Quan meneguk ludah sekali lagi sebelum mengalihkan pandangan ke depan. Lin Hua telah menunggunya dengan pandangan suram, seakan siap menjatuhkan hukuman berat pada dirinya. 

Saat bibir Lin Hua terpisah–

BRUK!

“Murid mengaku salah pada Guru Lin!” Wei Quan mengejutkan mereka karena mendadak berlutut di hadapan Lin Hua. 

Lin Hua tercengang, bola matanya sempat membulat sebentar sebelum kembali seperti biasa. Senyum bermain di bibirnya yang berwarna merah muda. 

“Apa kamu kira permintaan maafmu ini sudah cukup?” tanya Lin Hua tanpa menyuruh Wei Quan berdiri terlebih dulu. 

“Murid tidak mengerti maksud Guru.” Wei Quan masih menundukkan kepala. Diam-diam, hatinya bergetar takut. ‘Astaga, apa Guru Lin berniat mengusirku?!’

“Wei Quan, bukankah kamu sudah mengerti apa kesalahanmu?” 

Tidak ada gejolak emosi dalam setiap ucapan Lin Hua. Namun, Wei Quan merinding ngeri mendengarnya. 

Suara guru Lin terdengar semakin lembut tiap kali dia marah besar.

“M-Murid–”

“Sudahlah,” potong Lin Hua. “Apa pun yang terjadi, setelah ini kamu harus pergi ke altar pendiri untuk merenungkan kesalahanmu.” Lin Hua menyuruh Wei Quan segera berdiri. “Permintaan maafmu tidak akan mengurangi masa berlututmu.”

Mendengar ucapan sang guru, Wei Quan mengerutkan kening dan mengangkat kepalanya untuk menatap Lin Hua. “Guru … tidak mengusirku?” tanyanya dengan wajah konyol.

Lin Hua mengerjapkan mata, bingung. “Untuk apa aku memberikanmu hukuman seberat itu? Kecelakaan yang menimpa Luo Tan bukanlah suatu hal yang diinginkan, melainkan sebuah kecelakaan.” Wanita itu balik bertanya sebelum akhirnya memicingkan mata. “Apa … kamu melakukan kesalahan lain?”

Wei Quan langsung menggelengkan kepala cepat. “Tidak! Tidak! Murid tidak melakukan kesalahan lain!” Dia buru-buru menimpali.

Diam-diam, Wei Quan melirik Luo Tan yang menatapnya datar. Dia kira bocah busuk itu sudah membongkar apa yang sebenarnya terjadi pada Lin Hua. Ternyata, dia salah.

‘Hehe, sepertinya walau wajahnya berubah, tapi sifat pengecut dan bodohnya masih sama,’ maki Wei Quan dalam hati, yakin bahwa Luo Tan tidak melaporkannya karena takut terkena masalah.

Sementara itu, Lin Hua terlihat sedang memperhatikan Luo Tan. Kemudian, dia pun berkata, “Mulai hari ini,” dia tersendat, “maksudkku, tiga hari ke depan setelah kamu menyelesaikan masa hukuman,” wanita itu membenarkan, “dirimu akan bertanggung jawab sepenuhnya pada Chen Yi.”

Wei Quan terperanjat mendengarnya. Dia langsung menegapkan tubuh dan memandang Lin Hua dengan sorot tidak percaya. 

“Guru Lin, aku tidak mengerti.” Wajah Wei Quan menampakkan ekspresi kebingungan dan tidak terima selagi dirinya mengulangi, “Bertanggung jawab … penuh? Atas Chen Yi?”

Dirinya, Wei Quan, murid ketiga terkuat dari Bukit Kesucian milik Lin hua, akan menjadi penanggung jawab penuh seorang murid yang bahkan tidak berhasil menembus tingkat satu kultivator dasar?!

Atas dasar apa?!

***

“Bertanggung jawab … penuh? Atas Chen Yi?” Terdengar suara tawa canggung dari mulut Wei Quan untuk menutupi amarahnya. “Kenapa?” 

Lin Hua tidak ikut tertawa. Matanya yang berbentuk almond membalas pandangan Wei Quan dengan tajam. “Sebagai murid terkuat ketiga sekaligus pemandu murid-murid kelas satu, tentu kamu yang paling pantas untuk mendampingi Chen Yi dalam kultivasinya.”

“Ta-tapi Chen Yi bahkan belum mencapai kultivator tingkat satu, Guru Lin! Dia hanya akan mengalami kesulitan ketika bergabung dengan murid-murid lain.”

Terdengar perhatian, tapi sebenarnya maksud ucapan Wei Quan adalah … dia tidak sudi mendapatkan beban seperti Chen Yi!

Pada saat ini, Lin Hua tersenyum. “Jangan khawatir, Chen Yi sudah berhasil memperlancar nadi meridiannya. Dalam tiga hari, dia sudah bisa berlatih dengan murid lain.”

Mulut Wei Quan kembali terbuka, ternganga dengan pernyataan sang guru. ‘Si bodoh sudah memperlancar meridiannya?’ Dia melirik Luo Tan dengan wajah tidak percaya. ‘Bagaimana mungkin?!’ 

Sebelum Wei Quan sempat menyanggah ucapannya lagi, Lin Hua kembali angkat suara.

“Aku harap kali ini kamu akan menjaga Chen Yi dan memastikan dirinya selamat. Jika sesuatu kembali terjadi ….” 

Lin Hua tidak menyelesaikan kata-katanya.Namun, sorot matanya yang tajam sudah memberikan peringatan jelas pada Wei Quan. 

Satu kali lagi membiarkan Chen Yi berada dalam bahaya, maka hukuman Wei Quan tidak hanya akan berakhir dengan berlutut di altar pendiri!

Punggung Wei Quan basah oleh keringat saat menyadari dirinya tidak lagi memiliki pilihan. 

Mendadak, sebuah suara berkata. “Guru Lin tidak perlu khawatir.” 

Itu suara Luo Tan.

“Kakak Senior Wei pasti akan menjagaku dengan baik.”

Luo Tan yang sejak tadi menunduk kini mengangkat kepalanya, sebuah senyuman tipis terpasang di wajahnya. Hal tersebut membuat Wei Quan merasa sedikit marah.

Tanpa memedulikan tatapan penuh amarah Wei Quan, Luo Tan berjalan maju menghampiri Wei Quan. “Kakak Senior Wei tentunya tidak akan membiarkan siapa pun menindasku, bukan begitu?”

Luo Tan tersenyum tipis seraya menyerahkan pedang milik Wei Quan yang tertinggal di kamarnya. 

Melihat Luo Tan menyodorkan benda itu ke arahnya dengan senyuman, Wei Quan pun tahu  bahwa semua ini adalah ulah Luo Tan!

Ini adalah cara Luo Tan memastikan bahwa Wei Quan tidak bisa melakukan apa pun padanya!

Rahang Wei Quan mengeras sementara matanya mulai memerah. ‘Baj*ngan!’ maki Wei Quan sembari mengepalkan tinju dengan kekuatan penuh. 

Andai mereka hanya berdua, pemuda kurang ajar itu akan dihajarnya sampai mati! 

Namun, Lin Hua ada di ruangan, dan Wei Quan … tidak bisa melakukan apa-apa.

Wei Quan memaksakan sebuah senyuman dan mengambil pedangnya seraya berkata, “Benar. Adik Seperguruan Chen sangat benar.” Dengan mata penuh amarah, dia berkata, “Kakak akan pastikan tidak ada masalah yang terjadi padamu.”

Mendengar hal itu, Lin Hua tersenyum lembut, bangga dengan kerukunan murid-muridnya.

Selagi menatap kedua muridnya, Lin Hua bisa melihat perbedaan mencolok keduanya. Wei Quan memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, tapi dia tampak sulit mengendalikan diri ketika berhadapan dengan orang lain 

Sebaliknya, Chen Yi, yang sekarang memiliki penampilan tenang, sangatlah lemah. Namun, dia sangat mahir menjaga sikap layaknya seorang kultivator tingkat tinggi.

‘Aku harap mereka berdua bisa saling belajar dari satu sama lain,’ batin Lin Hua dengan penuh harap.

Sebuah harapan yang entah kapan bisa tercapai.

“Kalau begitu, kamu sudah boleh pergi, Wei Quan,” ujar Lin Hua.

Wei Quan memberi hormat terhadap Lin Hua, lalu melemparkan tatapan mematikan kepada Luo Tan untuk sesaat sebelum berakhir menganggukkan kepala. 

“Selamat jalan, Kakak Senior Wei,” ucap Luo Tan sembari membungkuk hormat untuk mengantar kepergian sang saudara seperguruan.

Wei Quan memasang wajah dongkol, tetapi dia tidak berani mengatakan apa pun dan berakhir pergi. 

Tepat saat Wei Quan membuka pintu, dia melihat dua murid lain dan Hu Lei menunggu di luar. Tanpa mengatakan apa pun, Wei Quan mendengus dan meninggalkan halaman itu, membuat dua temannya berlari mengejarnya selagi Hu Lei berdiri kebingungan di tangga teras.

Luo Tan menegapkan tubuhnya dan menatap kepergian Wei Quan dengan pandangan dingin. Ada pancaran mata berbahaya dan penuh perhitungan saat dia memerhatikan kakak seperguruan barunya itu.

‘Begitu mudah dibereskan …,’ batin Luo Tan.

Dibandingkan dengan dulu ketika dia berhadapan dengan para tetua perguruan Luo ataupun pemimpin perguruan lain, Wei Quan bukanlah apa-apa.

‘Hanya seorang bocah yang dikuasai arogansinya,’ komentar Luo Tan dalam hati.

Sementara Luo Tan sibuk dengan pikirannya, Lin Hua memerhatikan Luo Tan yang tengah menatap kepergian Wei Quan. Dia pun berdiri dan bertanya, “Apa kamu sudah senang, Chen Yi?”

Saat pertanyaan itu melambung, Luo Tan tersentak dari lamunannya dan dengan cepat berbalik menghadap Lin Hua. Dia tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.

Suara Luo Tan terdengar dipenuhi kepuasan ketika dirinya berkata sembari membungkuk hormat kepada sang guru, “Terima kasih karena Guru Lin telah berkenan memenuhi permintaanku.”

Hu Lei yang berada di luar pintu langsung tertegun. Dia sudah dengar sebagian besar percakapan orang-orang di dalam ruangan tadi. Namun, tidak dia sangka bahwa orang yang meminta Wei Quan menjadi pendampingnya … adalah Luo Tan sendiri?!

Kenapa?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status