Share

Zha Ji si Ayam Goreng

Luo Tan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Mungkin saja kontrak itu terjadi saat ayam kecil tersebut terjatuh ke wajahnya. Namun, kontrak itu jelas kontrak sepihak yang tidak disetujui Luo Tan, dan hal tersebut menunjukkan bahwa ayam kecil itu yang mengabdikan dirinya sendiri kepadanya.

Dengan kontrak sepihak, apa pun yang terjadi kepada si ayam kecil tidak akan berefek pada Luo Tan. Berbeda dengan monster jiwa yang terkontrak dengan persetujuan dua pihak. Kalau monster jiwa terluka, maka tuannya juga akan terluka. Begitu pula sebaliknya.

Namun, mengesampingkan kenyataan itu, Luo Tan tetap tidak menginginkannya. Lagi pula, ayam kecil itu begitu cerewet dan tidak bisa berhenti berkicau!

“Kamu senang, bukan? Tidak semua orang bisa beruntung sepertimu! Aku–”

Sayang, betapa pun Luo Tan tidak menginginkannya, dia tidak memiliki pilihan. Bahkan setelah berkali-kali mengusir ayam kecil itu, monster jiwa itu menolak untuk pergi dan terus mengekornya.

Sejak saat itu, hari-hari Luo Tan tidak lagi terasa damai karena ocehan si ayam kecil yang hobi berceloteh dan membanggakan dirinya sendiri. 

Mengingat semua hal itu membuat Luo Tan memijit pelipisnya. Di kehidupan lalu, dia adalah kultivator terhormat dengan dua monster terkontrak yang jauh lebih mengesankan. Naga Es Legendaris dan Singa Api milik Luo Tan sangat berwibawa dan mampu menjaga sikap maupun tata bicara, tidak seperti si berisik yang saat ini berada di hadapannya!

“Apa kamu tidak bisa diam?!” bentak Luo Tan yang terasa frustrasi terus mendengar cuitan si ayam kecil. 

“Tuanku, tega sekali dirimu memintaku berhenti berbicara. Sedangkan kamu satu-satunya orang yang bisa kuajak bicara di sini!”

Luo Tan merengut. Alisnya yang tebal mengernyit tak suka. 

“Tuanku, Tuanku! Kenapa tidak kamu ceritakan saja kejahatan Wei Quan pada gurumu?! Manusia jahat seperti dia harus segera diberi pelajaran!” Tidak puas hanya berteriak, si ayam kecil mulai melompat-lompat di depan wajah Luo Tan.

Teriakan melengking dan gerakan ayam kecil benar-benar memancing emosi Luo Tan. Diulurkannya tangan saat makhluk itu kembali melompat, lalu diremas gemas. 

“Haruskah aku menggoreng dirimu sesuai namamu agar kamu bisa diam?”

Mata ayam kecil itu berair, lalu dia bertanya dengan suara pelan, “Tuanku … ingin menggoreng Zha Ji?”

(Catatan: Zha Ji artinya ayam goreng)

“Kalau kamu tidak bisa diam, aku sungguh akan menggorengmu,” ancam Luo Tan dengan wajah dingin.

Ayam kecil bernama Zha Ji itu terdiam sejenak, membuat Luo Tan bisa bernapas lega karena ancamannya berhasil. Namun, kelegaan yang dirasakan Luo Tan tidak berlangsung lama. 

Zha Ji memberontak di genggaman Luo Tan hingga terlepas dan mengentakkan kaki di lantai kayu sambil menjerit marah. “Tuanku! Zha Ji bukan ayam goreng, tetapi Feniks Agung yang langka. Bagaimana bisa Tuanku terpikir menggoreng Zha Ji?!”

Luo Tan menarik kaki Zha Ji dengan tangan kirinya. Membuat monster jiwa berbentuk ayam kecil itu harus bergelantungan terbalik. 

Sayapnya dikepakkan lebih cepat karena panik, tetapi Luo Tan hanya menatapnya malas. Tidak sedikit pun kasihan dengan kepanikan monster jiwa terkontraknya itu. 

“Aku baru tahu feniks Agung memiliki bentuk serupa anak ayam kurang gizi,” ledek Luo Tan. 

“Huhuhu, Tuanku Luo Tan memang jahat. Zha Ji kurus karena mengobati tubuh Tuan selama berkultivasi. Tetapi ini balasan yang Zha Ji terima …,” isak Zha Ji kesal.

Sayapnya mulai terkulai lemas. Zha Ji tidak lagi memberontak di tangan Luo Tan, teriakannya berganti dengan suara anak kecil yang menangis sesenggukan. 

Luo Tan menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan kesal. Ucapan Zha Ji membuatnya sadar akan satu hal.

Dirinya bisa terbangun tanpa luka di tubuh Chen Yi … memang akibat Zha Ji.

Hal ini dipastikan oleh Luo Tan ketika dia lanjut berkultivasi dan merasakan adanya aura Qi Zha Ji di dalam tubuhnya. 

Luo Tan tidak bisa mengingat apakah di masa lalu dirinya pernah bersinggungan dengan Zha Ji dan membuat makhluk itu berutang budi padanya, tapi pada kenyataannya Luo Tan memang berhasil terbangun tanpa luka apapun di tubuh Chen Yi. Sesuatu yang nyaris mustahil mengingat saat itu Chen Yi terjatuh dari tebing tinggi.

Demikian, bahkan sebelum Luo Tan menyelamatkan Zha Ji dari monster jiwa serigala, sepertinya … ayam kecil itu sudah lebih dahulu mengenalinya … atau mengenali Chen Yi.

“Sudah, jangan menangis,” ucap Luo Tan seraya menarik Zha Ji ke dalam dekapan. “Aku minta maaf.” Luo Tan mengelus kepala Zha Ji yang berbulu kuning. 

Bulu ayam itu terasa halus sehingga Luo Tan tersenyum tak berdaya saat membelainya, merasa seperti memiliki peliharaan menggemaskan.

Dari lemahnya Zha Ji, Luo Tan yakin ayam kecil itu masih sangat muda. Tidak heran dia tidak bisa berhenti bicara dan penasaran akan banyak hal. Zha Ji sama saja seperti anak bocah yang ingin tahu mengenai segala hal di dunia.

Tepat saat Luo Tan memikirkan hal itu, Zha Ji langsung mengangkat wajahnya dan memandang Luo Tan dengan senyuman lebar. “Jadi, kenapa tuanku Luo Tan tidak membongkar kedok Wei Quan?” 

Pelipis Luo Tan berkedut. Ayam kecil menyebalkan ini … menipunya?!

Dari ekspresi Zha Ji yang tidak lagi sedih, kentara ayam kecil itu baru saja bersandiwara untuk memancing rasa bersalah Luo Tan! 

“Tuanku?” Mata Zha Ji berbinar-binar tanpa rasa bersalah. 

Tidak ingin memperpanjang masalah, Luo Tan pun berkata, “Tidak ada gunanya bagiku kalau langsung membongkar kedok Wei Quan. Guru Lin hanya bisa mengusirnya dari Bukit Kesucian, tetapi dia tidak bisa mengusir murid tidak berbakti itu dari Perguruan Merpati Putih.” Luo Tan memutuskan untuk menjawab pertanyaan Zha Ji agar makhluk itu berhenti merongrongnya. “Lagi pula mengusir Wei Quan hanya akan membuatnya menumpuk dendam. Bisa jadi akan jatuh lebih banyak korban dari pihak murid Bukit Kesucian dan hal itu akan merepotkan Guru Lin lagi.”

Zha Ji menatapnya dengan sabar, menanti penjelasan lebih lanjut dari Luo Tan. 

“Lebih baik aku meminta Wei Quan sebagai pengawas agar pergerakannya kian sempit. Dia akan selalu diawasi Lin Hua dan menjatuhkannya pun jadi lebih mudah.”

Zha Ji memandang Luo Tan kagum. “Tuanku, Anda selicik rubah.”

Mata Luo Tan terpicing seperti busur panah mendengar ucapan Zha Ji. Entah apakah ayam itu tengah menghina atau memujinya.

Namun, kemarahan Luo Tan luntur ketika dirinya teringat kehidupannya di masa lalu. 

“Ya, aku memang selicik rubah,” ucap Luo Tan seraya menatap kosong ke udara dan menembus ruang dan waktu, membayangkan tawa semua orang yang merendahkan dan mengkhianatinya di masa lalu. “Lebih baik menjadi penjahat yang bisa bertahan hidup dibandingkan menjadi orang baik yang secara konyol kehilangan nyawa.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status