Suasana di Gunung Awan tampak suram meski matahari sudah bersinar terang. Kabut mulai menebal ketika Luo Tan mendaki semakin tinggi.Dia berjalan santai tanpa menoleh ke arah manapun. Keadaan sepi seperti sekarang membuatnya merasa lebih tenang. Setidaknya dia aman dari Wei Quan yang terus merecokinya, telinga Luo Tan juga lebih nyaman karena tidak mendengar ocehan Zha Ji.Gunung Awan merupakan tempat yang unik. Ada hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi sehingga menciptakan kesan mistis. Sedang di bagian lain hanya ada hamparan rumput dan bunga liar yang memanjakan mata.‘Monster jiwa seperti apa lagi yang akan kutemukan di sini?’ batin Luo Tan ketika mulai memasuki hutan lebat.“Apa pun monster jiwa yang Tuanku temui, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kemampuanku!”Langkah Luo Tan langsung terhenti ketika mendengar suara melengking khas anak-anak itu. “Aku sudah meninggalkanmu di kamar!” desisnya.Meski ayam kecil itu tidak terlihat di depan mata Luo Tan tetapi dia bisa me
“Tuanku, kamu tidak apa-apa?” Zha Ji yang cerewet semakin cemas karena merasakan majikannya sudah terluka. “Diam.” Luo Tan bangkit dengan sedikit susah payah. “Kalau kamu berbicara sekali lagi, aku akan benar-benar membuatmu menjadi ayam goreng.”Lyo Tan tidak sempat mendengar sahutan Zha Ji karena dia harus berkelit dari serangan serigala perak yang mengamuk hebat. Tampaknya monster jiwa itu murka karena salah satu cakarnya telah terpotong. Mata Luo Tan yang tadinya sudah waspada kini terlihat berbeda. Pupil matanya mengecil sementara dia berusaha mengatur napas. Diamnya Luo Tan membuat serigala perak merasa mendapat kesempatan bagus. Dia melolong panjang sekali lagi lalu melompat dengan memamerkan taring panjangnya. Taring tajam itu dapat mengoyak daging manusia dengan mudah. Namun, Luo Tan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Tangan kanan Luo Tan menggenggam Pedang Roh Pusaka kian erat. Ketika taring serigala perak hanya berjarak beberapa jengkal dari kepala Luo Tan, baru l
“Hewan raksasa apa itu?” “Lihat bulunya yang berwarna keperakan, sudah jelas itu serigala perak!” “Maksudmu monster jiwa serigala perak?!” Leher-leher murid perguruan dari berbagai tingkatan diulurkan lebih panjang sore itu. Hampir semuanya tercengang saat melihat seekor monster jiwa berukuran tidak biasa dibawa ke perguruan mereka. Sementara itu napas Wei Quan mulai mendengus-dengus kelelahan. Meski dirinya sudah mencapai kultivasi level tiga yang dapat menghancurkan batu gunung hanya dengan satu kepalan tinju, tetap saja badannya kelelahan karena membawa monster jiwa raksasa itu. BUM! Debu beterbangan ke berbagai arah ketika Wei Quan menghempaskan tubuh serigala perak ke halaman perguruan. Suara keras yang ditimbulkan oleh Wei Quan membuat perguruan semakin heboh. Bukan hanya murid level rendah, level menengah pun berhamburan mendekati asal suara. "Saudara Wei Quan, dari mana kamu mendapatkan serigala perak ini?" tanya temannya yang ikut tertarik mendengar kehebohan d
Luo Tan menggeleng pelan ketika merasakan kerumunan murid yang semakin banyak. Sehingga halaman perguruan yang sejak tadi sudah ramai kini menjadi sesak oleh mereka yang merasa penasaran. Sebagian dari murid mencibirkan bibir begitu mengetahui apa yang terjadi. Hampir semuanya percaya bahwa Wei Quan telah ikut campur dalam misi kali ini. Hanya segelintir yang memandang Luo Tan dengan rasa hormat. Meski pemuda itu terkenal lemah tapi hasil pengetesan elemen kemarin telah membuktikan dia tak bisa diremehkan begitu saja. “Guru Ma!” Puluhan murid tingkat satu masih ayak di belakang Yu Heng. “Mohon Guru Ma memberikan keadilan untuk kami semua.” “Menurut kalian apa yang harus dilakukan? Sedangkan Wei Quan dan Chen Yi sama-sama bersikeras mereka tidak melakukan kecurangan.” Meski demikian, sesungguhnya Ma Yong merasa penasaran dengan kemampuan Yu Heng maupun Luo Tan. Yu Heng melirik ke arah Luo Tan yang memandang lurus ke depan. Bibirnya membentuk senyum samar, seolah tak menganggap seri
"Sayang sekali," desah Yun Xiang saat melihat Luo Tan terluka. "Sebenarnya pukulan Yu Heng bisa dihindari dengan mudah."Dia datang dengan sedikit terburu-buru begitu mendengar ada keributan yang melibatkan Luo Tan di halaman perguruan. Yun Xiang sempat berharap akan melihat murid itu akan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk melawan Yu Heng. Namun, dia hanya bisa menggelengkan kepala dengan prihatin setelah menyaksikan betapa mudahnya Luo Tan terluka. Tinju Yu Heng bukan hanya membuat Luo Tan terluka tetapi juga menimbulkan kekecewaan pada Yun Xiang. "Wakil Ketua, tampaknya anak itu tidak seistimewa perkiraan kita," gumam salah satu murid kepercayaannya. "Dia belum pantas menerima perhatian Wakil Ketua."Perempuan itu tidak menoleh ke arah muridnya, meski begitu dia pun kembali mendesah lantas menyesali tindakannya yang sedikit terburu-buru. "Apa aku salah mengira?" Yun Xiang masih menatap dari kejauhan, tetapi sinar matanya yang tadi dipenuhi harapan perlahan meredup. Dia pun
"Chen Yi, apa yang kamu lakukan sehingga Yu Heng terluka separah itu?" Ma Yong memegang cangkir tehnya dengan tenang. Namun, matanya diam-diam mengamati reaksi Luo Tan. Luo Tan memandang Ma Yong dengan tatapan polos. "Aku tidak mengerti apa yang Guru maksudkan."Ma Yong semakin lekat menatap murid Lin Hua tersebut. Pemuda itu telah berganti pakaian menjadi serba hitam karena seragam perguruannya ternodai darah dalam pertandingan tadi. Saat ini keduanya berada di kediaman Lin Hua. Sementara itu Wei Quan dipanggil masuk ke dalam kamar untuk mendampingi Lin Hua mengobati luka di tubuh Yu Heng. Sehingga hanya ada Luo Tan yang ditugaskan untuk menemani Ma Yong selama Yu Heng diobati. Walau sesungguhnya mereka sama-sama mengerti Ma Yong bisa saja meninggalkan tempat tersebut dan mempercayakan Yu Heng pada rekannya. Namun, dia enggan pergi. Setidaknya Ma Yong ingin mencari tahu dulu apa yang terjadi di arena. "Kamu tentu sudah mengerti apa yang kumaksudkan," ujar Ma Yong setelah meneguk
“Tuanku,” sapa Zha Ji manis saat Luo Tan masuk ke dalam kamar. Sayapnya yang mungil digerakkan penuh semangat. “Apakah hari ini petualanganmu memuaskan?”Sapaan Zha Ji hanya dibalas oleh lirikan Luo Tan tanpa ada niat untuk menjawabnya.“Tuanku, apakah di kehidupan masa lalumu tidak ada yang mengajarkan sopan santun?” Suara Zha Ji masih terdengar manis saat dia kembali bertanya. Namun, kepura-puraannya segera dikhianati oleh bola matanya yang berputar ke atas.“Di kehidupan masa laluku, anak ayam sepertimu dibesarkan untuk menjadi bahan makanan. Bukan teman berbicara.” Luo Tan terus berjalan menuju tempat tidur tanpa menoleh ke belakang. Paruh Zha Ji terbuka lebar mendengar jawaban Luo Tan. Air mata berukuran besar keluar dari sudut matanya yang disusul dengan tangisan nyaring.“Jadi Tuanku ingin memakan Zha Ji?”Kening Luo Tan mencuat ke atas karena terganggu tangisan Zha Ji. Dalam hati dia kembali menyesali tindakan gegabahnya yang membuat dirinya dan Zha Ji menjalin kontrak.Bahk
“Apa kamu tidak bisa langsung menurut saja? Tidak setiap hari kami memiliki waktu luang untuk mengobrol dengan adik seperguruan, tetapi sejak tadi kamu selalu menolak.” Seniornya berbicara dengan nada menyesal, sepintas terdengar sedikit tuduhan pada Luo Tan karena tidak menghargai niat baik mereka. “Aku bukan berniat menolak kebaikan Kakak Senior tetapi Kakak tahu sendiri aku baru saja berhadapan dengan Yu Heng. Pertandingan tadi membuatku terluka,” ujar Luo Tan untuk kesekian kalinya. Dia mulai bosan menghadapi kedua seniornya yang keras kepala. ‘Benar, Tuanku! Jangan mau pergi bersama mereka!’ Jha Zi berteriak penuh semangat. 'Tinggalkan saja mereka!' Monster jiwa itu terlalu bersemangat sehingga tubuhnya yang semula tersembunyi dalam tabir gaib kini terlihat jelas. Kedua senior Luo Tan terperangah saat menyaksikan seekor anak ayam berwarna kuning tengah mengepakkan sayap dengan paruh menciap-ciap.Luo Tan pun melihat hal yang sama. Dia bergegas maju untuk menyembunyikan Zha Ji