Share

Monster Jiwa Terkontrak

“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. 

Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. 

WHOOSH!

Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. 

TAK! TAK! TAK!

“Ah!” 

Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.

Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.

Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. 

Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada di atas kepalanya. “A-apa sebenarnya salahku sampai diperlakukan seperti ini!?”

Kaki Luo Tan yang panjang dijulurkan lantas menyenggol makhluk di depannya hingga terjungkal ke belakang. “Salahmu adalah mengagetkanku.”

Makhluk itu menciap-ciap, lalu mengepakkan sayapnya yang kecil. Dia mengerahkan seluruh tenaganya sampai bisa bangkit kembali. 

“Manusia kejam tidak berhati! Tega sekali menyakiti makhluk kecil, tidak berdaya, dan lucu sepertiku!”

‘Lucu?’ Luo Tan mengulangi ucapan makhluk itu dalam hati. ‘Sungguh percaya diri.’ 

Luo Tan duduk berjongkok agar bisa mengamati lawan bicaranya. Didengarkannya anak ayam itu terus mengoceh dan mengomel tanpa henti. 

“Sejak kapan hewan bisa berbicara secerewet dirimu?”

“Luo Tan, lihat perlakuanmu padaku! Selama ini banyak kultivator yang menginginkan kontrak denganku, tetapi kamu malah memperlakukanku seperti hewan biasa.” Sayapnya yang kecil dikepakkan dengan cepat. Sesekali menuding ke arah Luo Tan sambil berteriak, “Dasar manusia tidak tahu diuntung!”

Luo Tan memutar mata mendengar umpatan si ayam kecil. “Berisik.” Dia menambahkan, “Andai kamu tidak muncul tiba-tiba, apa aku akan menyerangmu?”

“Jadi, kamu bilang ini salahku?!” Si ayam kecil kembali berteriak marah. “Kalau bukan karena kamu menyelamatkanku dulu, aku tidak akan ….”

Semua ocehan sang ayam kecil masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan Luo Tan. Dia hanya memerhatikan makhluk kecil itu berciap-ciap tanpa henti selagi mengingat bagaimana dirinya bisa terikat dengan ayam cerewet tersebut.

Luo Tan pertama kali bertemu dengan ayam kecil itu saat dirinya masih berada di Gunung Awan. Pertemuan mereka bisa dikatakan hanya kebetulan, tetapi menghasilkan ikatan yang membuatnya harus terbiasa dengan hewan berisik tersebut.

Luo Tan yang waktu itu baru saja mencapai kultivasi tingkat kedua masih bisa merasakan lapar, jadi dia harus berburu makan malam. Dia sedang merangkak di bawah pohon ketika mendengar suara ciap ayam yang panik ketakutan. 

Luo Tan awalnya ingin mengabaikan jeritan minta tolong itu. Namun, suara yang melengking tinggi menusuk gendang telinganya sehingga dia sulit memusatkan pikiran untuk berburu.

“Ciap! Ciap!” teriak sang ayam kecil dengan wajah ketakutan yang berusaha disembunyikan. “Ciap! Ciap Ciap!!”

Celotehan si ayam kecil membuat Luo Tan yang mengamati dari jauh terdiam, merasa hewan itu sangat menarik. Di hadapan seekor monster jiwa serigala yang mengerikan, ayam kecil itu memang ketakutan, tapi masih bisa dengan cerdas menghindar ke atas pohon dan terus waspada sembari menatap ke bawah.

Kalau bukan karena Luo Tan tidak merasakan adanya energi Qi di tubuh ayam kecil itu, dia pasti akan curiga ayam kecil tersebut merupakan seekor monster jiwa.

Luo Tan mengalihkan pandangan kepada monster jiwa dalam bentuk serigala yang tengah berusaha memanjat pohon untuk menangkap ayam kecil itu. Kuku-kuku tajamnya mencakar-cakar pohon, seakan tengah membuat landasan untuk pijakannya. Kalau terus seperti itu, cepat atau lambat ayam kecil yang tidak bisa terbang itu pasti akan tertangkap.

Yang lemah jadi makanan yang kuat, itu adalah aturan rimba. Luo Tan menghormati hal tersebut dan tidak berniat untuk menyelamatkan ayam kecil tersebut. Namun, situasinya adalah … jika Luo Tan mengabaikan serigala tersebut dan lanjut berburu, monster jiwa serigala itu pasti akan mengetahui keberadaannya dan berakhir menyerangnya. 

Dia akan kesulitan jika itu yang terjadi. Karena bisa saja monster jiwa serigala memanggil kawanannya untuk memangsa Luo Tan. 

‘Lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang kemudian,’ pikir Luo Tan seraya mengambil batu berukuran segenggaman tangan di sebelah kaki kirinya. Meski kekuatan Luo Tan belum cukup tetapi dia yakin bisa membidik monster jiwa ganas itu tepat di dahinya. 

Dengan hati-hati, Luo Tan membidik monster jiwa itu, lalu tangannya pun mengayun kencang untuk melesatkan batu di tangan.

WHOOSH! BUK! 

Lemparan Luo Tan langsung mengenai sasarannya. Monster jiwa serigala tidak sempat menghindar, dia pun langsung roboh ke tanah dengan kaki berkelojotan. Tidak lama kemudian gerakan serigala itu pun berhenti sama sekali. 

Karena tugasnya selesai, Luo Tan pun langsung melesat untuk melanjutkan perburuannya. Ayam kecil itu bukan targetnya karena dengan ukuran tubuhnya, Luo Tan tidak akan kenyang sedikit pun!

Namun, baru saja mengambil beberapa langkah untuk pergi, Luo Tan terpaksa menghentikan langkahnya secara mendadak karena pandangannya mendadak gelap.

“Manusia! Manusia! Kamu menyelamatkanku!” teriakan itu mengejutkan Luo Tan, membuatnya langsung mencengkeram erat sesuatu yang tiba-tiba mendarat tepat di wajahnya untuk kemudian dijauhkan agar dirinya bisa kembali melihat.

Tidak Luo Tan duga, dia malah melihat ayam kecil yang terselamatkan itu. Ayam kecil itu mengepakkan sayapnya dan kembali memeluk wajah Luo Tan dengan erat, membuatnya tidak bisa bernapas.

“Tuanku, tuanku! Nyawaku milikmu!”

Bisa mendengar hewan itu berbicara membuat Luo Tan terpaksa menerima suatu kesimpulan. Ayam kecil itu ternyata adalah seekor monster jiwa!

Dengan satu tangan menarik lepas si ayam kecil, Luo Tan mengernyitkan dahi. “Aku menyelamatkan diriku sendiri,” jawabnya ketus seraya melepaskan si ayam sehingga monster jiwa tingkat rendah itu mendarat di tanah.

“Tidak peduli niatmu bagaimana, kamu menyelamatkanku! Oleh karena itu, aku bersedia menjadi monster jiwa terkontrakmu!” Sayapnya yang kecil terus mengepak-ngepak seiringan dengan kalimatnya. 

Luo Tan menatap dingin si ayam kecil. “Tidak perlu.” Lalu, dia pun berjalan pergi. “Jangan ganggu aku dan pergilah.”

Namun, sekali lagi, langkah Luo Tan terpaksa terhenti karena ayam kecil itu. “Akan tetapi, kamu tidak punya pilihan.” Ayam kecil itu tersenyum lebar. “Lagi pula, kamu sudah terkontrak denganku!”

Kepala Luo Tan langsung menoleh cepat dan wajahnya terlihat kaget. “Apa kamu bilang?”

Tepat saat Luo Tan bertanya, dahinya mengeluarkan sinar terang berbentuk api berwarna kuning keemasan bercampur merah. 

Dengan wajah bangga penuh kemenangan, si ayam kecil pun berkata, “Lihat! Kamu sudah terkontrak denganku!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status