Share

Bab 6 Terancam Sengsara

Lusi tersenyum miring, lalu Raka langsung menggenggam erat tangan wanita itu. Tetapi, Lusi mencoba melepaskan diri darinya.

"Lepas dulu, Mas. Aku mau mengambil Hp."

Raka kontan melepaskan genggamannya. Lusi pun dengan cepat mengambil ponsel dari saku. Setelahnya, dia menyetel rekaman.

"Untuk apa kamu menyetel rekaman, Lus?" tanya Raka, terlihat bingung.

"Oh, ini? Aku sengaja merekamnya, biar aku dan kamu sama-sama ingat, apa saja yang sudah kita sepakati bersama." 

Raka masih terlihat bingung, tapi Lusi tetap melanjutkan untuk merekam pembicaraan mereka. Sekarang, situasinya membuat Lusi rugi dari segala arah. Jadi, akan dia pastikan semuanya adil.

Lusi mengajak Raka untuk duduk di ruang tengah. Ini mengantisipasi kalau Alia pulang. Jika anak mereka datang, Lusi akan secepatnya menghentikan pembicaraan itu.

"Nah, Mas. Dengarkan semua yang aku katakan, karena aku malas jika harus menjelaskannya lagi."

Raka diam saja dan Lusi pun langsung mengatakan apa saja yang menjadi syarat dari wanita itu. 

'Semoga kamu tidak jantungan, ya, Mas,' batin Lusi.

"Pertama, kamu tidak boleh tinggal di rumah ini. Karena rumah ini adalah hadiah dari ayahku dan atas namaku, kamu tidak punya hak sedikit pun untuk tinggal di sini, kecuali atas izinku."

Terlihat tubuh Raka tersentak, wajahnya pun menegang. Sepertinya dia kaget dengan syarat yang diajukan Lusi. Wanita itu harap hanya tebakannya saja. Karena, Raka sudah setuju untuk menikahi Mila dan menerima izin dari Lusi.

"Loh, kok gitu sih, Lus? Katanya kamu izinkan aku menikahu Mila, tapi--"

"Tapi, bukan berarti aku mengizinkanmu tinggal di sini, Sayang."

Lusi menekan kata sayang, agar Raka tersudut dengan semua permainan wanita itu. 

'Ayo, Mas. Kita lihat, sampai mana kamu mau menikahi jalang itu.' Lusi masih terus membatin.

"Aku tidak sudi harus seatap dengan bajingan sepertimu," ucap Lusi santai, tapi wajah Raka semakin menegang.

"Kamu boleh menikahi wanita sialan itu, tapi jangan harap bisa menikmati fasilitas di rumah ini. Dan, oh iya. Suruh jalangmu itu untuk pindah dari kontrakanku. Aku akan mensterilkan tempat itu dari perbuatan bejad kalian."

Raka membulatkan mata mendengar perkataan istrinya. Wajah yang semula senang kini berubah memerah. Sepertinya suaminya sedang menahan amarah.

Takut? Tentu, tapi Lusi harus berani. Raka tidak boleh meremehkannya dan dia tidak mau diinjak-injak oleh pria itu.

"Jangan bercanda, Lus! Kalau kamu mengusir Mila dari sana, dia harus tinggal di mana?"

Lusi menggedikkan bahu. "Terserah. Itu urusanmu dan wanita jalang itu. Karena, itu keputusanku. Tinggal pilih, mau menikah atau tidak?"

Raka terlihat bingung. Itu baru syarat yang pertama. Masih ada syarat-syarat lainnya yang harus Raka penuhi kalau memang mau mendapat izin menikah lagi dari Lusi.

Lusi akan buat mereka menderita. Setelah itu, barulah dia akan menceraikan Raka. Cerdas, kan?

"Jangan keterlaluan, Lus. Kamu tega mengusir Mila yang sedang hamil?" tanya  Raka, wajahnya terlihat menegang.

Lusi melipat tangan di depan dada sembari tersenyum miring. "Keterlaluan kamu bilang, Mas? Seharusnya kata-kata itu untuk kamu. Apa kamu pikir, kamu tidak keterlaluan melakukan pengkhianatan dengan teman baikku, sampai hamil pula! Mikir, Mas. Pakai logika kamu!" Lusi menaikkan nada bicara dan terkesan memarahi  Raka.

Tidak perlu lagi cara halus atau mengedepankan tata krama, lagi pula suaminya sudah kehilangan moral. Jadi, sebagai istri yang baik, Lusi akan memberikan pelajaran agar Raka sadar.

Raka terdiam. Raut wajahnya terlihat menahan kesal, tapi juga tak mengatakan apa-apa. Tampaknya dia tersudut.

"Sudahlah, Mas. Aku tidak mau mendebat. Pokoknya, aku mau kamu pergi dari rumah ini. Bawa si jalang itu untuk pergi juga. Terserah kalian mau tinggal di mana, terpenting tidak di tempatku," ujar Lusi santai.

Raka menatap wanita itu dengan nanar. Dia pasti tak menyangka jika Lusi bisa setega ini. Selama ini, Lusi berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya.

Dia selalu perawatan, melayani Raka dengan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Lusi pun menyerahkan pengurusan bisnis-bisnis miliknya untuk dikelola oleh Raka. Itu Lusi lakukan untuk mengangkat derajat suaminya yang dulu hanya karyawan biasa.

Dilimpahkan semua kasih sayang dan apa pun Lusi lakukan demi Raka. Apa saja, sampai Lusi tak pernah perhitungan pada apa pun yang Raka inginkan. Rasanya, dia sudah banyak berkorban. Tetapi, kenapa Raka malah selingkuh? Dan dengan mudahnya mengatakan kalau dirinya jenuh dengan semua yang telah Lusi korbankan untuknya. Bajingan!

"Lus, tolong pikir ulang keputusanmu. Bagaimana kalau Alia menanyakanku?" tanya  Raka, sekarang suaranya melembut. Bahkan terdengar memelas pada Lusi.

Memang dasar laki-laki. Dibuat menderita baru memohon-mohon. Kemarin malah enak-enakkan menanam benih di ladang orang. Lusi merasa jijik.

"Ah, gampang itu, Mas. Aku tinggal bilang saja kalau kamu kerja ke toko cabang, dengan begitu dia tidak akan curiga. Atau, kamu ingin anakku tahu betapa bejadnya kamu?"

Raka membulatkan mata, lalu sorotnya kembali meredup. Dia pasti merasa malu jika Alia tahu seperti apa ayahnya itu. Alia sudah 11 tahun, dan Lusi pikir dia sedikit mengerti apa arti perselingkuhan.

"Pilihlah, Mas. Kamu tinggal di rumah ini, tapi dibenci anak sendiri atau angkat kaki dan cari tempat lain."

Lusi tersenyum puas melihat ekspresi kebingungan dari suaminya. Dia pasti tidak akan kuat jika tidak di rumah ini. Apa pun yang Raka inginkan, tersedia di sini, sedangkan di luar sana, Raka harus mencarinya sendiri. Lusi ingin tahu, apa Raka bisa bertahan tanpa Lusi dan kemewahan ini?

"Aku ingin tahu, Mas. Apa kamu bisa hidup tanpa fasilitas dariku?"

"A-aku ...."

Komen (5)
goodnovel comment avatar
fiano etmon
udah pake koin nonton iklan jga. gk asik jadinya
goodnovel comment avatar
MGoge Boge
masa novel berbayar gk asik jdinya
goodnovel comment avatar
Cicih Sophiana
susah amat baca novel di sini... di suruh nonton iklan 8 selesai... pake kain jg susah gak bisa buka...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status