Share

5. Benar-benar Mengecewakan

“Bagaimana penampilanku?” Kimi mengarahkan layar ponsel dari atas ke bawah, supaya Icha bisa memperhatikan detail penampilannya kali ini.

Dia sedang berada di salon kecantikan dan baru saja selesai dirias. Karena mendadak merasa gugup, maka ia melakukan panggilan video kepada sahabatnya. Dia tahu di jam-jam petang, toko furnitur pasti sedang santai dan tidak akan mengganggu jika ia menyita waktu Icha barang 5 menit.

“Aku tidak pernah melihatmu secantik ini, Kim,” puji Icha dengan tulus. “Kau terlihat sangat berbeda. Kau bahkan mengganti warna rambutmu. Lagi!”

Kimi mengusap rambutnya yang sekarang berwarna seperti karamel dan disanggul dengan anggun. Dia harus izin cuti dari toko hari ini, supaya bisa datang ke salon lebih awal dan mendapatkan perawatan total untuk merombak penampilannya.

Dia harus merelakan rambut merahnya dan menyerahkan pilihan kepada hairstylist untuk menentukan warna apa yang serasi untuk dirinya, sekaligus cocok untuk menghadiri sebuah pesta dari kalangan para eksekutif muda.

Satu hari sebelumnya, ia juga sudah menjelajahi seluruh butik kenamaan di penjuru kota dengan berbekal kartu kredit yang diberikan oleh Rob atas perintah Hans supaya ia bisa membeli apapun kebutuhannya.

Dia mendapatkan gaun cantik berwarna hijau zamrud dengan harga yang normalnya hanya akan bisa ia beli dengan mengumpulkan gajinya selama 4 bulan, yang petang ini sudah melekat di tubuhnya dengan sempurna.

Meski begitu, Kimi merasa perlu untuk meyakinkan diri bahwa penampilannya memang sudah sesuai, atau dalam hal ini masuk ke dalam kriteria penampilan terbaik versi Hans. Kimi menyesal tidak menanyakan secara spesifik kepada pria tersebut tentang bagaimana pastinya penampilan terbaik menurut penilaiannya.

“Tapi aku kurang suka dengan warna ini,” gerutu Kimi suram, tapi detik kemudian langsung menyesali ucapannya setelah menerima pandangan mencela dari penata rambut yang sudah menyulapnya menjadi Cinderella.

“Kau terlihat sempurna, Kim! Percayalah! Para pria di sana pasti akan terkesima melihatmu.” Cengiran Kimi menunjukkan bahwa menurutnya pujian Icha terlalu berlebihan. “Ahh, andai saja aku bisa ikut denganmu. Aku penasaran seperti apa pesta bos-bos itu. Jam berapa acaranya?”

Raut wajah Kimi seketika tampak murung. “Terus terang, aku pun sebenarnya ingin kau ikut. Tapi Rob bilang pesta itu hanya bisa dihadiri oleh si Pengusaha dan pasangannya saja. Bayangkan aku nanti  akan tampak seperti orang bodoh di sana tanpa satu orang pun yang kukenal.”

Icha terkekeh. “Kalau situasinya benar-benar membuatmu canggung, kau bisa keluar dan meneleponku nanti. Aku akan menjadi teman ngobrolmu.”

“Terima kasih, Bestie,” senyum Kimi. “Ohh, kurasa aku harus pergi sekarang, Icha. Seseorang baru saja masuk dan menyebut namaku pada karyawan di depan sana.” Setelah mendengar ucapan ‘semoga berhasil’ dari sahabatnya, Kimi mengakhiri panggilan dan bergegas menghampiri orang yang berpakaian serba hitam.

“Kau mencariku?” tanya Kimi pada pria yang kelihatannya lebih tua dari Hans, tapi lebih muda dari Rob.

“Nona Kimi? Namaku Jeff. Mulai sekarang aku akan menjadi asisten pribadi Anda. Dan hari ini aku diperintahkan Tuan Hans untuk menjemput dan mengantar Anda ke Mountain View Hotel. Apakah Anda sudah siap?”

Kimi menganggukkan kepalanya dengan kaku. Dia menyadari bahwa mulai detik ini ia akan menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari biasanya. Well, dia tak pernah tahu rasanya punya asisten pribadi sebelumnya.

“Apakah dia sudah ada di sana?” tanya Kimi begitu mereka sudah berada di dalam sebuah BMW seri terbaru, yang segera saja meluncur di jalan raya dengan kecepatan sedang.

“Tuan Hans maksud Nona? Dia juga sedang dalam perjalanan dari lokasi meeting dan mungkin akan lebih dulu sampai di Mountain View. Tuan Hans akan menunggu Anda di lounge. Setelah itu, Anda berdua bisa bersama-sama masuk ke conference hall.”

Kimi seperti anak sekolah yang mencurahkan seluruh konsentrasinya untuk menyimak setiap perkataan yang keluar dari mulut Jeff. “Sampai jam berapa acara itu berlangsung?”

Jeff melirik sekilas ke arah spion yang ada di atas kepalanya. “Tuan Hans akan menghadiri acara itu hanya sampai pukul delapan ….” Kimi mengembuskan napas lega karena berpikir dia takkan lama berada di tempat asing yang menyeramkan, sebelum kemudian Jeff melanjutkan, “— tapi setelah itu, Tuan Hans akan membawa Anda ke acara keluarga di vila mereka.”

Mata Kimi langsung melebar dengan bola mata yang hampir melompat dari rongganya, demi mendengar agenda yang sama sekali di luar perkiraannya. “Acara keluarga? Ta-tapi … Hans tidak memberitahuku tentang—”

“Yah, Anda sudah tahu sekarang,” kata Jeff sambil menahan senyum.

Kimi mengutuk CEO Wira Property itu dalam hati. Dia sama sekali belum mempersiapkan diri untuk bertemu keluarga Hans. Jadi, bagaimana ia diharapkan akan bisa berakting secara maksimal nanti?

Sepanjang perjalanan menuju Mountain View, perut Kimi terasa mulas karena beban pikiran lebih dari yang dibayangkannya. Dia tak bisa menikmati pemandangan indah dari lampion-lampion yang menghiasi keseluruhan eksterior Mountain View, yang sengaja dipasang untuk menyambut para eksekutif terbaik kota ini.

Kimi bahkan tak sadar ketika Jeff sudah memarkir kendaraan dan turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil baginya. “Nona Kimi? Kita sudah sampai,” tegur Jeff yang sontak menarik kembali kesadarannya ke dunia nyata.

“Ohh-ehh, baiklah.” Kimi buru-buru mengangkat bagian bawah gaunnya dan turun dari mobil. Di luar, ia mencoba untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya supaya bisa mengusir kegelisahan yang sejak tadi melanda.

“Silakan,” celetukan Jeff membuat Kimi kembal fokus dan mulai mengekori langkah pria itu menuju lobi. Mereka banyak berpapasan dengan pasangan yang mengenakan setelan dan gaun yang cukup memukau bagi Kimi.

Dan satu sosok yang membuatnya benar-benar terpana adalah seorang wanita yang mengenakan gaun panjang berwarna peach, dengan gemerlap mutiara yang menghiasi bagian dada. Kilauan mutiara itu seolah semakin menambah kecantikan wanita tersebut.

Kimi secara spontan menyentuh rambutnya sendiri, karena mereka memiliki warna serta tatanan rambut yang serupa. Sebenarnya dia ingin sekali bertanya pada Jeff barangkali pria itu kenal dengan wanita berbaju peach tersebut, atau setidaknya tahu namanya.

Akan tetapi, belum sempat ia melaksanakan niatnya, Jeff lebih dulu bicara, “Tuan Hans ada di sana.”

Kimi mengikuti arah pandang asistennya dan mendapati sosok pria otoriter yang dikenalnya sedang duduk bersilang kaki di salah satu sofa yang ada di lounge. Secara spontan, dia memperbaiki postur tubuh saat berjalan mendekatinya.

Kimi melirik bayangannya yang terpantul dari pintu lift dan berusaha keras mengumpulkan keyakinan bahwa ia terlihat pantas berada di sana, sebelum akhirnya keyakinan itu dipatahkan oleh Hans begitu saja dengan kata-kata dinginnya.

“Yang seperti ini kau anggap penampilan terbaikmu? Benar-benar mengecewakan!” desis Hans, kala melihat Kimi berdiri di hadapannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status