Share

Wanita Nakal

Saat mendengar suara berat dan dingin yang seperti dikenalnya, dia teringat suara pria yang ditemuinya di hotel. Anne ingin menoleh, tapi seolah lehernya kaku karena tegang. 

"Suara Tuan Tanah, apa benar itu dia? Tidak-tidak, aku yakin itu bukan dia, iya benar itu bukan si Tuan Tanah. Anne, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh ya," gumam Anne yang meyakinkan dirinya jika itu bukan suara dari pria yang disebutnya Tuan Tanah.

Semua orang yang berada di taman seketika berbalik dan melihat sosok yang bertanya itu. Dan, saat akhirnya Anne bisa berbalik ke belakang, Anne seperti tersambar petir. Ternyata firasatnya benar jika suara itu adalah suara Tuan Tanah. 

"Ka~kamu, Tuan Tanah." Anne dengan terbata-bata bersuara karena melihat Darren Stockholm di hadapannya. 

"Oh, ternyata ada si gadis nakal di sini. Ketemu juga kamu ya, tapi tunggu dulu ... Danda sayang, kamu kenapa nangis, Nak? Hei, gadis nakal kamu apakan anakku? Sini, Sayang." Darren memanggil Danda dan menuding Anne yang menyebabkan Danda menangis.

Danda yang melihat Darren langsung melepaskan Anne dan lari mengejar papanya sambil menangis. Darren mulai berang melihat anaknya menangis. 

"Apa yang kamu lakukan dengan anakku, hahhh?! Dan lihat ini kenapa dengan tangan anakku? Lihat ini, tangan Danda terluka, Mama." Darren benar-benar panik karena melihat anaknya Danda terluka dan menangis. 

"Mama tidak tahu, tadi Mama melihat anakmu sudah menangis dan tangannya terluka. Raya, kamu apakan cucuku? Cepat katakan, kalian apakan cucuku?" tanya Nyonya Dinda kepada Raya dan Anne.

Anne masih terpaku saat melihat Darren, terlebih dengan kenyataan jika Darren adalah ayah dari anak yang memanggilnya Mama. Dia bisa melihat kecemasan di mata Darren, dia ingin membantah tuduhan Darren tapi tenggorokannya terasa tersekat.

 

"Anne, itu jawab, kenapa anak kecil itu bisa terluka, cepat jawab, Anne. Jangan sampai kita dapat masalah di sini," bisik Marlin di telinga Anne yang masih belum juga mengeluarkan suara. 

"Daddy, Danda ditarik oleh Tante Raya, Danda gak mau ikut sama Tante Raya. Danda mau ikut dengan Mama, tapi Tante Raya tarik-tarik Danda. Sakit Daddy, uuuuhhh!" tangis Danda kembali pecah saat mengatakan jika tangannya terluka karena Raya. 

Raya yang mendengar pengakuan dari Danda seketika terkejut. Raya semakin terpojok dan menggelengkan kepala, dia berusaha untuk membantah apa yang dikatakan oleh Danda. 

"Sayang, dengarkan aku. Aku tidak pernah melukai Danda sumpah demi Tuhan. Mama Dinda, Raya tidak pernah menyakiti Danda. Raya sayang kepada Danda seperti anak Raya sendiri, jadi tidak mungkin Raya menyakiti Danda. Mama percayakan apa yang Raya katakan?" tanya Raya yang mencoba membela dirinya agar Darren tidak marah padanya. 

"Jadi, siapa yang melukai anakku? Dia tidak mungkin melukai dirinya sendiri, kamu gadis nakal, ikut denganku. Komo, bawa dia jangan lepas kan, cepat! Dan kamu Raya pulang sana, aku tidak ingin melihatmu. Kamu juga siapa?" tanya Darren kepada Marlin yang memegang Anne dengan erat karena dirinya takut melihat Darren yang wajahnya menyeramkan. 

"Sa-saya ini, temannya Anne, Tuan. Tolong, lepaskan kami, kami hanya pengantar bunga. Kami tidak tahu apapun dan kami tidak melukai anak Tuan yang comel itu. Sumpah demi Tuhan," ucap Marlin menjelaskan jika dia teman Anne dan dia hanya pengantar bunga.

"Bawa dia juga, cepat bawa mereka berdua. Dan kamu Raya pulang, jangan pernah ke sini lagi. Untuk perjodohan aku batalkan, Mama jangan ikut campur. Aku tidak suka dengan wanita yang menyakiti anakku," ucap Darren yang membuat Raya tidak terima dengan apa yang Darren katakan. 

Sedangkan, Nyonya Dinda hanya bisa terdiam, dia tahu jika anaknya sudah mengatakan tidak, maka itu artinya tidak. Darren sangat menyayangi anaknya, jika dia terluka sedikit saja maka Darren akan murka seperti saat ini. 

Komo dengan sopan meminta Anne dan Marlin ikut dengan dirinya masuk ke rumah, Darren menggendong Danda yang masih menangis. Nyonya Dinda, ikut masuk ke dalam meninggalkan Raya yang mengepalkan tangannya, Raya merasa harga dirinya diinjak oleh Darren. 

"Awas, kalian aku akan buat perhitungan dengan kalian. Rermasuk kamu wanita miskin, aku akan buat perhitungan dengan kamu. Dan kamu juga anak kecil, gara-gara kamu aku seperti ini. Awas kalian," gumam Raya geram dia memandang tajam ke arah Darren, Anne dan Danda yang berlalu.

Raya pergi dari rumah tersebut dengan dendam yang membara di hati. Anne, yang diminta untuk ikut dengan Komo ke dalam rumah merutuki kebodohannya, dia ingin menghilang agar tidak bertemu dengan Tuan Tanah ini. 

"Anne, si-siapa dia, kenapa kita dibawa masuk ke sini? Bukannya urusan kita sudah selesai, kamu kenal dengan pria itu? Dan, pria Yunani yang aku katakan tadi di toko adalah orang yang membawa kita itu," bisik Marlin yang membuat Anne terkejut dan mengerjapkan matanya mendengar apa yang Marlin katakan. 

Marlin, menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang dia katakan. Anne, menelan saliva saat mendengar perkataan Marlin. Kali ini, dia akan masuk ke kandang singa pikirnya. 

Saat berada di dalam rumah, Danda segera turun dari gendongan Darren. Danda mendekati Anne dan menatap Anne dengan sendu. Anne, yang melihatnya segera jongkok dan mensejajarkan tinggi tubuhnya. 

"Sudah jangan nangis ya, kita obati lukanya. Danda anak kuat kan? Kalau iya, ayo kita obati," bujuk Anne yang mengajak Danda untuk mengobati lukanya. 

"Danda mau, tapi Mama jangan pergi dulu ya, Danda ingin bersama Mama. Daddy, boleh ya Mama tinggal di rumah kita, Danda tidak mau Mama pergi lagi, please!" mohon Danda yang meminta persetujuan Darren untuk Anne tinggal di sini. 

"Danda, Mama tidak bisa tinggal di sini. Mama harus kerja antar bunga, tapi nanti Mama akan datang lagi," ucap Anne yang mencoba membujuk Danda untuk tidak meminta dirinya tinggal di rumah ini. 

"Danda, Mama benar. Mama Danda harus pulang dulu, nanti Mama Danda datang lagi. Sini sama Uti, nanti kita ke rumah Mama," sahut Nyonya Dinda yang mendukung apa yang Anne katakan. 

"Sudah cukup, Danda sayang. Daddy mau bicara dulu boleh dengan Mama Danda? Nanti, Daddy pastikan Mama akan tinggal bersama kita. Bukan begitu, Mama?" tanya Darren yang tersenyum smirk ke arah Anne yang membuat Anne merinding melihat senyum Darren. 

Anne yang dilihat oleh Danda mau tidak mau menganggukkan kepala. Danda yang melihat Anne menganggukkan kepala memeluk Anne dengan erat. Darren merasakan kebahagiaan melihat anaknya tersenyum berbeda dengan Danda yang sebelumnya. 

"Baiklah, kamu ikut saya. Saya mau berbicara dengan kamu, cepatlah jalannya jangan seperti siput!" ketus Darren yang meminta Anne berjalan sedikit cepat menyusulnya. 

"Apa yang akan dia bicarakan padaku, duh jantungku kenapa berdebar. Tuhan lindungi aku dari Tuan Tanah ini," gumam Anne yang berjalan mengikuti Darren ke ruangan yang Anne tidak tahu ruangan apa itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status