Share

Tak Rela

Anne hanya bisa menganggukkan kepala mendengar Marlin meminta dia menjelaskan semuanya. Mobil pickup melaju meninggalkan rumah mewah Andara milik Darren. Di perjalanan tidak ada yang berbicara sampai akhirnya mereka sampai di toko bunga. Marlin dan Anne turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam toko.

"Hari ini kita tutup saja, gue lelah." Marlin meminta kepada Anne untuk tutup lebih cepat, biasanya mereka akan tutup jam 8 malam, tapi kali ini mereka tutup lebih awal.

"Iya," jawab Anne singkat.

Anne membawa papan bunga yang di depan untuk dibawa masuk dan Anne juga menyusun bunga di luar untuk disimpan di dalam toko. Setelah selesai, Anne dan Marlin duduk di kursi santai tidak lupa mereka membawa minuman dan makanan kecil untuk menemani mereka melepas rasa lelah sebelum pulang.

"Jadi, apa dia Tuan Tanah yang kamu katakan itu? Dan apa dia yang katakan kepadamu di ruangan itu? Apa dia melakukan sesuatu?" tanya Marlin yang menatap Anne dengan tajam.

"Hmm," jawab Anne singkat.

Marlin memijit keningnya, pantas keduanya saling kenal terlihat dari tatapan pria itu juga berbeda dengan Anne. Helaan nafas Marlin terdengar kasar di telinga Anne.

"Dia mau apa denganmu tadi? Apa dia meminta kamu melakukan sesuatu? Gue tidak ikhlas jika elu diperalat oleh dia. Masalah elu dan dia sudah selesai, lalu apa lagi yang salah dengan elu? Apa salah masuk kamar juga akan dia bawa ke kantor polisi? Apa elu kasih bunga juga akan dia bawa ke jalur hukum dia mau tuntut elu?" tanya Marlin yang gemes dengan Darren yang seenaknya saja main tuntut hanya masalah sepele.

"Hei, dia kan tidak ada tuntut gue, lagi pula dia minta gue ikut tadi hanya meminta gue untuk tidak menemui anaknya itu si Danda. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah salah masuk kamar dan bunga yang gue berikan ke dia," jawab Anne yang menjelaskan kenapa dia diminta ikut oleh Darren ke ruangan kerjanya.

"Busyet dah itu orang, main larang saja. Yang harus dia larang itu wanita yang ngaku Mama si Danda. Kenapa elu yang jadi di larang. Tapi, tunggu dulu emangnya kita berdua eh maksud gue elu mau bertemu lagi dengan si Danda itu?" tanya Marlin yang penasaran dengan sahabatnya ini.

"Entahlah, gue juga tidak tahu. Elu tahu tidak, gue itu merasa Danda sudah seperti anak gue. Dia sepertinya rapuh sekali, elu lihat dia kurang kasih sayang, ok lah dia kaya dan kasih sayang dari pria itu berlimpah dan juga Utinya. Tapi kasih sayang seorang Ibu, gue rasa tidak bisa dia dapatkan. Sepertinya, gue sakit banget dan tak rela diminta untuk menjauhi si Danda," jawab Anne yang tidak suka jika dirinya diminta Darren untuk tidak menemui Danda lagi.

"Hahhh, elu emang aneh bener dah, jelas-jelas itu Bapak moyangnya tidak mau elu dekat dengan anaknya, kenapa elu sedih dan sakit. Beginilah jika elu sudah cinta sama Bapak moyangnya, jadi sulit untuk melepaskan anaknya. Akui saja, jika elu tidak mau melepaskan Bapak moyangnya, alasan elu sakit berpisah dari Danda. Sudah sana pergi, pulang mandi dan tenangkan diri elu!" usir Marlin yang bangun dari tempat duduknya meninggalkan Anne yang masih termenung.

"Hahh, gue bukan suka dengan Bapak moyangnya, ikan Marlin!" ketus Anne yang ikut bangun dari tempat duduknya menyusul Marlin untuk bersiap pulang.

Keesokan harinya, Danda meminta kepada Darren untuk menjemput Anne. Sedari malam, Danda meminta Darren untuk menjemput Anne tapi Darren selalu mencari alasan. Dan pagi ini, Danda lagi-lagi merengek kepada Darren untuk bertemu dengan Anne.

"Papa, ayo kita jemput Mama. Danda, nggak mau ke sekolah kalau tidak ada Mama. Danda mau bawa Mama ke sekolah, ayolah Papa. Danda mau teman-teman di sekolah melihat siapa Mama Danda!" rengek Danda yang terus terusan mendesak Darren untuk membawanya bertemu Anne.

"Danda, kamu makan dulu nanti pulang sekolah Papa akan bawa Mama ke sini, kalau kamu tidak makan dan sekolah Mama akan marah. Dengar pesan Mama semalam apa? Danda harus jadi anak manis dan baik, jadi turuti apa kata Mama ya, bisa Sayang?" tanya Nyonya Dinda yang meminta Danda untuk menuruti apa yang Anne katakan semalam.

"Tapi janji ya Uti, pulang sekolah Mama harus di sini, jika tidak Danda sendiri yang akan mencari Mama," jawab Danda yang membuat Nyonya Dinda menganggukkan kepala. Berbeda dengan Darren yang menatap Nyonya Dinda dengan tatapan horor.

Mendengar apa yang Nyonya Dinda katakan membuat Danda segera duduk di kursinya dan makan makanan yang Nyonya Dinda berikan dengan senyum mengembang. Baru hari ini, Darren melihat buah hatinya tersenyum bahagia. Apa salah dia melarang Anne untuk menjauhi Danda. Apakah Anne mempunyai niat jahat ke Danda, kalau memang dia mempunyai niat jahat pasti Danda tidak seperti ini.

"Siapa kamu, kenapa kamu bisa membuat anakku tergantung kepadamu. Dan apakah kamu tulus kepada anakku atau tidak?" tanya Darren dalam hati.

Asisten Darren sudah menunggu Darren di luar hari ini Darren akan mengantar Danda ke sekolah TK Internasional biasanya Danda hanya diantar supir tapi tidak kali ini. Sesampainya di sana, Darren ikut turun dari mobil dan mengantar Danda sampai di pintu masuk sekolah.

"Papa, jangan lupa ya, Danda ingin Papa bawa Mama hari ini," ucap Danda yang membuat Darren menganggukkan kepala pelan dan tersenyum.

Melihat anaknya masuk dengan senyuman membuat Darren ikut tersenyum. Darren segera berbalik ke arah mobil dan duduk di bangku belakang.

"Komo, carikan tempat tinggal si penjual bunga nakal itu, hari ini harus ketemu tidak ada entar-entar paham lu!" perintah Darren kepada Komo untuk mencari rumah Anne.

"Sejak kapan lu mencari wanita bos, bukannya wanita cari elu, ada angin apa ini?" tanya Komo yang bersikap santai dengan Darren tidak ada atasan bawahan untuk hari ini.

"Ini semua karena anak gue. Elu tidak lihat semalam anak gue dekat dengan wanita nakal itu. Aish, itu orang sudah seperti jelangkung datang tiba-tiba dan pulang main nyelonong saja!" kesal Darren yang tidak habis pikir kenapa bisa bertemu dengan Anne di rumahnya.

"Elu udah bertemu dia, tapi di mana? Apa elu sewa dia makanya elu katakan dia nakal? Parah lu, gue pikir elu tidak doyan wanita lagi, tapi nyatanya masih doyan itu pisang kepok elu, hahah," tawa Komo yang membuat Darren kesal dan dengan cepat mengeplak kepala belakang Komo hingga si Komo meringis.

"Tutup mulut elu, teman kagak ada ahklak lu, gue pecat baru tahu. Cepat cari jika tidak dapat gue benar-benar ganti elu dengan orang lain!" kesal Darren yang membuat Komo membolakan matanya.

Darren memandang ke arah luar, macet lagi itu hal biasa kota besar seperti Jakarta tidak bisa diragukan lagi apa lagi jam kerja seperti saat ini pasti macet. Saat mobil berhenti di lampu merah tanpa di duga Darren melihat seseorang.

"Komo, ikuti dia cepat, gue bilang ikuti dia!" pekik Darren dengan kencang dan menepuk kursi Komo hingga membuat Komo panik karena Darren meminta dia mengikuti seseorang tapi tidak tahu siapa karena Komo hanya melihat punggungnya saja.

"Sial, siapa yang mau dia ikuti sih?" tanya Komo yang penasaran siapa yang mau diikuti oleh Darren.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status