Share

16. Mayat di Ventilasi Udara

Heris mempererat genggamannya dengan Aleya. Berulang kali ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya. Ia melirik sekilas ke arah wanita tersebut.

"Kamu siap?" tanya Heris.

Aleya mengangguk sembari tersenyum. "Siap, kamu gimana?"

Heris tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Belum siap."

Aleya terkekeh pelan. "Kalau gitu, kita pulang dulu aja, gimana?"

Senyum Heris mengembang. Mereka langsung berbalik hendak pergi. Namun pintu di belakangnya tiba-tiba saja terbuka. Keduanya langsung mematung di tempat.

"Kalian mau ke mana? Sudah sampai, kenapa mau pergi lagi?"

Suara ini ...

Heris menelan ludahnya dengan kasar. Keringat dingin mulai mengalir di sekitar wajahnya. Ia sangat ingin melarikan diri saat ini. Namun tubuhnya seperti membeku dan kedua kakinya menempel di lantai.

"Haris?"

Heris memejamkan kedua matanya dengan erat saat suara itu terdengar tepat di sampingnya. Apalagi saat bahunya ditepuk dari belakang.

"Mas?"

Kedua matanya sontak terbuka. Nampak Aleya yang menatapnya dengan wajah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status