Share

Bab 7

"Lelucon kalian sama sekali tidak lucu," kataku lalu tertawa hambar, namun segera berhenti saat melihat wajah serius mereka.

Aku berdehem lalu bangkit dari sofa untuk menuju ke dapur. Aku sedang tak ingin mendengarkan kenyataan apapun. Tidak, aku tidak siap. Atau mungkin belum.

"Apa yang menyebabkanmu menjadi buronan?" tanya Hayden tetap dari tempatnya.

"Bisakah kalian tidak membahas tentang hal ini? Rasanya...sakit," gumamku dengan lirih seraya mengambil sebotol air putih dan meneguknya langsung dari sana.

"Tidak, Candice. Kami harus mengetahui secara detail tentang mengapa kau bisa menjadi buronan, agar penjelasan mengenai kau adalah Gold Dacros bisa kau terima..."

"Harus berapa kali lagi kubilang jangan membahas tentang hal itu di depanku!" Aku melempar botol di tanganku ke lantai ubin sampai pecah berkeping-keping. Aku sedang tidak ingin membayangkan ibuku yang meregang nyawa di depanku.

Tiba-tiba semua benda tajam melayang. Tubuhku gemetaran saat mengingat peristiwa terkutuk itu yang menyebabkan aku menjadi tertuduh.

Kulihat Giga sudah mengeluarkan pedangnya dengan posisi siaga, sedangkan Hayden memberi isyarat dengan tangannya agar pria itu tidak menyerangku. Ia malah mendekatiku dengan santai, seakan-akan apa yang kulakukan sekarang bukanlah apa-apa.

"Berhenti di sana atau aku akan membunuhmu," desisku.

"Oh, kau tidak akan mau melakukannya, Sayang. Kau hanya perlu belajar mengendalikan emosimu sebelum tubuhmu menyerah sepenuhnya."

"Tahu apa kau tentang emosiku?" sergahku.

Aku mengarahkan tanganku ke arahnya. Pisau-pisau itu meluncur ke arah Hayden dengan sangat cepat, namun langsung berjatuhan sebelum berhasil mencapainya. Ia kembali melangkah ke arahku.

Aku terkesiap melihat bagaimana nasib pisau-pisau itu hanya karena tatapan datar darinya. Bulu kudukku berdiri. Aku merasakan kekuatan yang sangat besar menguar dari matanya. Dengan perlahan aku melangkah mundur, namun pinggangku menabrak konter dapur.

"Kau sedang menikmati hembusan angin yang menyegarkan di atas padang bunga. Terlentang sambil memandangi indahnya langit biru dengan berbagai macam burung dan kupu-kupu yang berterbangan di sana."

Seakan-akan terhipnotis, aku benar-benar berada di atas padang bunga yang indah dan berbaring di sana. Rasanya sungguh menenangkan dan nyaman. Aku bisa menghirup wangi bunga yang membuatku haus. Rasanya seperti di surga.

Tapi seseorang menghalangi pandanganku dari langit biru itu, digantikan dengan sepasang mata biru yang menyejukkan. Aku mengerutkan kening bingung, lalu tersadar akan sesuatu. Dengan kesal aku mengerjap dan semuanya berubah kembali menjadi ruang tamu apartemen. Aku berada di bawah si mesum itu yang kini tengah menyeringai puas.

"Sialan! Jadi kau bisa memanipulasi pikiran? Menyingkir dari tubuhku!" sergahku yang sama sekali tidak digubrisnya.

"Ehem, Yang Mulia...saya kira Anda masih bisa menunggu untuk yang satu itu."

Hayden menggeram dan lagi-lagi aku harus menahan malu karena ulahnya. Aku memelototi Giga yang tengah menahan tawa dengan wajah memerah.

"Diam!" Aku mengarahkan tanganku ke arah Giga.

"Tidak, tidak! Kau harus belajar mengendalikan diri, Sayang. Jika kau selalu menunjukkan kekuatanmu, maka ras White Dacros akan dengan mudah menemukanmu," tegur Hayden sambil menggenggam telapak tanganku.

Aku termenung memikirkan perkataannya. Benarkah? Apa mereka bisa mendeteksi keberadaanku di sini?

"Sebaiknya kita ceritakan langsung pada Nona Acacia, Yang Mulia. Anda tidak bisa menunggu lebih lama lagi, bukan? Perayaan pergantian tahun tinggal dua bulan lagi," interupsi Giga sambil melenyapkan pedangnya.

"Ah, kau benar juga. Sebelum aku menyeretnya kembali ke kamarku...Ouch!"

"Berhentilah berpikiran mesum dan segera menyingkir dari atas tubuhku!" bentakku seraya mendorong tubuhnya.

Ck! Kenapa tubuhnya berat sekali?

"Giga, bantu aku! Kau ingin calon ratumu meninggal karena kehabisan nafas?" pekikku yang membuat Giga langsung gelagapan.

"Ah, tentu saja," jawabnya. Cepat-cepat dia mengangkat tubuh Hayden dan membantingnya ke lantai.

Hayden menyumpah dan mengutuki Giga karena pria es itu membantingnya dengan keras. Aku sendiri akhirnya tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi melongo Giga yang benar-benar lucu dan menggemaskan.

"Seharusnya kau kupecat!" gerutu Hayden begitu duduk di sampingku sambil memegangi pinggangnya.

Giga kembali memasang wajah datar saat memergokiku tengah menertawainya, namun sayang aku sudah terlanjur menjumpai rona merah pada wajahnya.

Saking gemasnya, aku melesat ke arahnya dan mencium pipinya. Giga membatu di tempatnya dengan wajah yang semakin memerah, sedangkan Hayden meraung dan menarikku sejauh mungkin dari Giga.

"Sayang, kenapa kau menggoda pria lain selain aku? Apa kau berniat untuk membuatku cemburu?"

"Diamlah! Aku tidak sudi menjadi calon ratumu!"

"Ehem. Baiklah, untuk mempersingkat waktu, Nona Acacia, saya akan menceritakan tentang siapa Anda sebenarnya. Saya yakin banyak yang belum Anda ketahui mengenai diri Anda sendiri."

"Panggil aku Candice dan jangan memanggilku 'Anda', oke," sahutku. Aku melepaskan pelukan Hayden di pinggangku, namun dia masih melingkarkan tangannya di sana dengan posesif. Giga memutar bola matanya jengah.

"Hayden, bisakah kau melepaskan tangan kotormu itu dari tubuhku? Aku tak mau lagi disentuh oleh tangan yang telah menyentuh banyak wanita," sergahku dengan ketus sambil menghempaskan lengannya dengan kasar.

"Sayang, aku tak pernah menyentuh banyak wanita. Kau jangan percaya begitu saja pada rumor. Aku hanya memasuki pikiran mereka seolah-olah aku benar-benar bercin..."

"Nona Acacia...maksudku Candice, mungkin sebaiknya kau pindah ke sebelahku saja agar Yang Mulia Hayden tidak menginterupsi penjelasanku terus," potong Giga dengan raut wajah jengkel.

Ah, ide yang bagus. Aku bergegas bangkit dari dudukku untuk menghampiri Giga, namun Hayden dengan tangkas kembali menarikku dan kali ini mengunci pergerakanku. Sialan!

"Aku tidak ingin kau kabur saat mengetahui kenyataan tentang dirimu," bisiknya di telingaku yang membuatku merinding.

"Baru kali ini ada Gold Dacros. Kami kira itu hanyalah karangan para tetua jaman dulu, karena mereka bercita-cita untuk menjadikan dunia dacros damai dan kedua ras bisa bersatu tanpa adanya ritual aneh setiap tahunnya. Tapi setelah kau hadir di dunia ini, semuanya berubah. Banyak yang ingin melenyapkanmu karena tak rela jika kedua ras harus berdamai," jelas Giga.

"Tunggu, kenapa kalian berpikir bahwa aku adalah Gold Dacros? Bukankah seharusnya aku adalah Gray Dacros? Aku bahkan tidak pernah tahu siapa ayah kandungku." Semua masih terasa membingungkan setelah ibuku meregang nyawa karena meminum darahku.

"Sayapmu berwarna emas, Candice. Kau juga memiliki dua senjata milik Black Dacros dan White Dacros. Kau bahkan meminum darah dan mengeluarkan taring," jawab Hayden.

"Lantas kenapa? Bukankah darah campuran memang seharusnya seperti itu?"

"Tapi kau berbeda. Darahmu beracun bagi White Dacros dan Black Dacros. Kau juga bisa menyembuhkan siapapun yang meminum darahmu."

"Apa? Darahku beracun bagi dacros? Kenapa?" tanyaku dengan wajah memucat. Tubuhku menggigil. Jadi sebenarnya apa aku ini? Kenapa aku begitu mengerikan?

"Maafkan aku harus mengatakan ini, tapi ayah kandungmu adalah Black Dacros yang paling kuat dan kejam. Ia merebut kekuatan sihir dari penyihir terkuat jaman dulu, menghisap energi milik Raja Iblis, dan membunuh para tetua. Ayahmu tak terkalahkan dan benar-benar mala petaka bagi dunia dacros. Dialah yang sejak dulu mengobarkan peperangan di kedua kubu hingga saat ini. Hingga akhirnya ia bertemu dengan ibumu yang saat itu sudah menjadi istri Raja Galeo. Ia jatuh cinta pada ibumu karena kecantikannya dan sayapnya yang berwarna perak. Ibumu menolaknya dan ayahmu memperkosanya hingga akhirnya hamil."

Aku hanya bisa terdiam dengan tubuh menegang. Ayahku...adalah dacros yang sangat jahat? Jadi selama ini, sifat jahatku yang terkadang muncul adalah turunan dari ayahku?

"Ayahmu tetap mengejar ibumu sampai-sampai Raja Galeo murka. Galeo meminta bantuan Malaikat Pencabut Nyawa untuk membunuh ayahmu, namun malaikat itu menolaknya karena belum ada perintah dari Sang Pencipta. Raja Galeo akhirnya meminta bantuan Raja Malaikat untuk mengurungnya dan menyegel kekuatannya. Raja Malaikat setuju dan mengurung ayahmu di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun."

Aku menatap meja di depanku dengan pandangan kosong.

"Kau tahu kenapa setiap tahun diadakan ritual perang antar kedua ras? Karena mereka takut ayahmu akan kembali jika tidak melaksanakan apa yang dulu dimulai olehnya. Lebih baik mereka berakhir dengan babak belur daripada harus hidup dalam kengerian yang dibuat oleh ayahmu. Kau tahu kenapa ayah Yang Mulia Hayden meninggal? Jawabannya bukan karena dibunuh oleh Raja Galeo, melainkan karena dibunuh oleh ayahmu."

Cukup! Sudah cukup! Sekarang aku tahu kenapa mereka ingin membunuhku. Mereka ingin melenyapkanku karena takut aku akan berbuat hal yang sama seperti yang dilakukan oleh ayahku. Mereka takut ketenangan hidup mereka terancam.

Aku adalah ancaman. Monster. Penjahat. Pembunuh. Dadaku benar-benar terasa sesak sekarang. Bahkan kenyataan ini jauh lebih menyesakkan daripada saat mengetahui bahwa ibuku meregang nyawa di depan mata kepalaku sendiri.

Aku harus pergi. Jauh dari dunia ini. Mungkin aku akan mengikuti jejak ayahku, menghilang dari dunia ini agar mereka tak merasa terancam dengan kehadiranku. Ya, aku harus pergi.

"Kau tahu kenapa....Candice?"

Aku sudah tidak peduli lagi apa yang dikatakan Giga. Buru-buru aku melesat ke pintu apartemen dan mengarahkan jari telunjukku untuk membuka kuncinya. Begitu pintu berhasil terbuka, aku segera berlari secepat yang aku bisa.

"Candice! Jangan pergi!" teriak Hayden yang aku yakini sedang mengejarku.

Aku tetap mempercepat lariku, hingga manusia yang kulewati terbengong-bengong karena kecepatanku yang mengalahkan hembusan angin. Kenyataan memang benar-benar menyakitkan, dan aku benci dengan kenyataan.

"Candice!"

Hayden berhasil meraih bahuku, namun aku bergegas menghilang. Aku tak ingin ditemukan oleh siapapun saat ini, dan sampai kapanpun.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
alurnya cepet, gampang di pahami sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status