"ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri
"Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su
"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"A-apa, Dok? Pe-pemotongan usus?" tanyaku tak percaya. Betapa terkejutnya aku mendengar Anakku yang baru berusia tiga bulan harus menjalani operasi. Jantungku seketika tak bedegup, tubuhku lemas sepeti tak bertulang. Tak ku sangka MPASI dini yang dilakukan ibu tanpa sepengetahuanku dulu bakal berbuntut panjang. "APA liat-liat? Jangan salahkan saya ya, emang dasar anak kamu saja yang penyakitan!" Ibu melotot saat aku menatapnya. ''Huh, Sabar ..., Sabar ....'' ucapku dalam hati. kalau saja aku tidak mengingat Raffa yang saat ini sangat membutuhkanku ingin rasanya aku membunuh Ibu sekarang juga. Aku berbalik menatap suamiku, dia hanya diam tak bergeming. "Kalau boleh tau, Dek Raffa ini sama siapa saja dirumah?" tanya dokter Danu, nama yang tertera di bajunya. "Sama saya, Dok," "Apa Dek Raffa tidak ASI ekslusif?" "Asi eksklusif, Dok!" jawabku berbohong. "Ibu, jangan bohong kalau ASI eksklusif gak mungkin usus anak Ibu terkena infeksi!" Aku hanya diam dan tertunduk. "Baiklah
Belum sempat Tia mengucapkan salam bahkan kakinya belum menginjak teras rumah. Ibu Sutri sudah berdiri tegak didepan pintu. "Pulang juga, kamu anak penyakitan!" sergahnya sambil melipat kedua tangannya. "Assalamualaikum ...." ucap Tia sambil berlalu pergi tak menghiraukan Ibu Sutri yang mengomel. Hatinya sedang bahagia Raffa sang anak sudah sembuh, Dia tidak mau merusak moodnya dengan pertengkaran. "Hehh! Diajak ngomong malah nyelonong saja. Dasar gak tau diri!!" teriak Ibu Sutri. "Buu, sudah gak usah marah-marah terus nanti darah tingginya kambuh lagi," tegur Irvan. "Istri kamu itu loh Van, gak ada sopan-sopannya sama orang tua. Kamu juga ngapain bela-belain gak masuk kerja buat jemput mereka harusnya kamu biarin saja mereka jadi gembel, dah anaknya yang penyakitan paling bentar lagi juga mati!" "Astaghfirullahhal'azim Ibu! Mereka itu anak dan istri Irvan, Bu! Raffa itu cucu Ibu jug-" "Aku gak punya cucu penyakitan," potong
Braakkkk!!!Tia buka pintu dengan kasar.Matanya melotot melihat Raffa yang ada digendongan sang mertua. Dimulutnya terdapat botol susu yg isinya sudah hampir habis. Air susu itu meleleh kepipi bercampur dengan air mata sang bayi"Raffaaaaa!!! Tia berteriak histeris.Dia berlari sekencang mungkin mengambil Raffa dari gendongan bu Sutri. Tubuh tua itu hampir saja terjengkang karena terdorong, untung saja tidak terjatuh."Raffa ...." Panggilnya lagi ketika bayi itu sudah berada dalam gendongannya. Dirabanya badan sang bayi ternyata sudah basah kuyup terkena air susu.Tubuh Tia langsung merosot kelantai, dibawanya tubuh mungil itu kedalam pelukan. Tangisnya pecah saat itu juga."Arrrgggghhhh!!!" Tia menjerit sekeras-kerasnya. Dia tumpahkan rasa sesak dalam dadanya."APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP ANAKKU?? Haahhh!" Bentaknya.Hosshh!! Hosshh!! Hosshh!! Dadanya naik turun menahan emosi.Dia menatap wajah sang suami dan mertua secara bergantian."Apa salahku pada kalian? Kenapa nyawa anak
Tok tok tok! "Assalamualaikum, Bu! Selamat pagi! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" tanya dokter Danu "Waalaikumsalam Dok, untuk diarenya sudah mendingan tapi sesak napasnya belum ada perubahan. Bagaimana hasil laboratorium dan foto Rontgennya Dok," tanya Tia. "Untuk hasil laboratoriumnya, Dek Raffa alergi protein susu sapi dan untuk hasil foto Rontgennya Dek Raffa positif pneumonia, Bu," "Pneumonia?? Penyakit apa Dok? "Pneumonia adalah Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan atau nanah," Jelas Dokter Danu. "Apa penyebabnya, Dok?" "Penyebabnya adalah virus, bakteri atau jamur.kalau Faktor penyebab dari lingkungan adalah perokok pasif,rumah dengan minim ventilasi, rumah penuh sesak dan asap dari bakaran sampah atau kotoran hewan," "Aku jadi teringat Mas Irvan sering sekali merokok didekat Raffa. Kalau saja aku tahu dampak buruknya seperti ini. Ahh, sudahlah menyesal pun sudah terlambat. Kasihan sek
"Rencananya kapan kamu mau melamar selly, Van?" Ibu mendekat saat aku memasang sepatu mau berangkat kerja. "Belum tau Bu, lagian kita juga baru saja jadian masih butuh banyak waktu untuk saling kenal," Ya, aku sekarang lagi dekat dengan seseorang yang bernama selly dia rekan kerjaku. Orangnya cantik modis rambut panjang, kulit putih beda jauh lah sama si Tia yang kucel,bau enggak pernah dandan sama sekali, liatnya saja eneg. Aku sangat bersyukur dia pergi dari rumah membawa Raffa anaknya yang penyakitan itu. Jadi aku gak perlu repot-repot lagi untuk mengusirnya! Lagian Ibu juga enggak pernah suka sama dia. Dari awal aku memang sudah ingin menceraikan Tia cuma aku lagi mikirin cara buat ngambil Raffa darinya. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang buat apa juga aku ngambil Raffa toh anak itu tidak bisa diharapkan, penyakitan hanya merepotkan saja. Sekarang aku sudah punya Selly, dia lebih baik segalanya dibandingkan Ti