Share

bab 5 pov Irvan

"Rencananya kapan kamu mau melamar selly, Van?" Ibu mendekat saat aku memasang sepatu mau berangkat kerja.

"Belum tau Bu, lagian kita juga baru saja jadian masih butuh banyak waktu untuk saling kenal,"

Ya, aku sekarang lagi dekat dengan seseorang yang bernama selly dia rekan kerjaku. Orangnya cantik modis rambut panjang, kulit putih beda jauh lah sama si Tia yang kucel,bau enggak pernah dandan sama sekali, liatnya saja eneg.

Aku sangat bersyukur dia pergi dari rumah membawa Raffa anaknya yang penyakitan itu. Jadi aku gak perlu repot-repot lagi untuk mengusirnya! Lagian Ibu juga enggak pernah suka sama dia.

Dari awal aku memang sudah ingin menceraikan Tia cuma aku lagi mikirin cara buat ngambil Raffa darinya. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang buat apa juga aku ngambil Raffa toh anak itu tidak bisa diharapkan, penyakitan hanya merepotkan saja.

Sekarang aku sudah punya Selly, dia lebih baik segalanya dibandingkan Tia. Selly tau kalau aku sudah menikah dan punya anak dan itu gak jadi masalah baginya.

"Tapi Van ..., Ibu capek kalau harus ngurusin kamu, ngurusin rumah, masak, nyuci, menyetrika. Ibu sudah tua Van, Ibu juga pengen punya cucu yang sehat gak kayak si Raffa itu,"

"Iya ya bu, kalau aku menikah dengan Selly anakku pasti akan cantik, ganteng dan yang paling penting pasti sehat secara Selly wanita yang sempurna,"

"Nah ..., Itu kamu tau Van! Anak Ibu cuma kamu Van, kalau bukan sama kamu, sama siapa lagi Ibu harus minta cucu?" imbuhnya

"Iya Bu, Nanti Irvan bicarakan sama selly!"

Ddrrrtt drrttt drrttt ....

Handphoneku berbunyi sepertinya ada pesan dari aplikasi hijau. Kulihat sebentar tenyata pesan dari Tia.

"Huhhh ..., merusak mood ku saja!" Pesan Tia hanya ku baca tapi tidak aku balas malas banget rasanya.

"Dari siapa?" tanya Ibu penasaran

" Dari Tia, Bu,"

"Mau apa dia? Mau minta uang?,"

"Enggak Bu, katanya Raffa dirujuk ke rumah sakit S. Aku diminta datang untuk kasih semangat buat Raffa,"

" Alahh ..., paling juga cuma alasannya doang. Pasti dia mau minta uang sama kamu. Diakan gak punya uang, mau makan pake apa?"

"Ibu benar, Walaupun biya rumah sakit menggunakan kartu jaminan kesehatan dari tempatku bekerja tapi dia juga butuh makan apalagi saat ini dia menyusui. Pasti makannya banyak makanya butuh uang banyak!"

"Dasar Tia, di rumah atau di luar rumah bisanya cuma merepotkan saja. Untung aku tidak tertipu dengan isi pesannya!" Gumamku

"Ya, sudah tunggu apa lagi buruan kamu ceraikan Tia terus menikahlah dengan selly. Ibu sudah terlanjur cocok sama dia, sudah cantik wanita karier, baik lagi kalau kesini pasti bawain makanan,"

"Irvan pikirkan dulu, Bu,"

"Jangan lama-lama Van, keburu Selly diambil orang. Diakan cantik pasti banyak yang mau,"

"Benar juga, bisa gawat kalau Selly diambil orang. Aku dah terlanjur sayang sama dia. Aku harus cepat-cepat jangan sampai ke tikung sama yang lain,"

"Ya sudah Bu, Irvan berangkat kerja dulu!"

"Ya hati-hati ingat pesan Ibu!"

Aku berangkat kerja menggunakan motor kesayangan ku, motor ini hasil aku merantau ke sumatra dulu.

Dari kejauhan tampak Selly ada diparkiran tangannya melambai kearahku.

"Hai, sayang!" sapanya saat aku memarkirkan motor.

"Hai, juga! Sayang kok nunggu diluar kenapa gak didalam saja nanti kita ketemu didalam?" tegurku

"Gak papa cuma pengen cepat ketemu kamu aja, kangeen ...." jawabnya sambil bergelayutan manja di lengan kananku

"Sama sayang Mas juga kangen sama kamu, apalagi melihat kamu cantik begini rasanya pengen Mas makan sekarang juga!" Kucubit pipinya gemes

Pipinya langsung merah merona.

"Auu ihh maass ... sakit, jangan dicubit dong dicium aja!" ujarnya dengan nada bicara yang mendayu-dayu

Aku pun melihat ke kanan dan ke kiri memastikan ada orang apa gak dan chuupp! Aku mencium pipinya secepat kilat

Sely benar-benar candu bagiku. Bersamanya aku merasa sedang jatuh cinta lagi, jantungku berdegup kencang saat berada disebelahnya. Hatiku berbunga-bunga saat menatap wajahnya.

Hari-hari ku sekarang lebih berwarna, Lebih bersemangat. Sely sangat berbeda dengan Tia, dia bisa menjadi mood booster dalam hidupku.

"Sayang, siang nanti kita istirahat bareng ya? Mas ada yang mau diomongin ma kamu,"

"Mau ngomong apa Mas? Bikin penasaran deh ...." Tangan sely mencubit perut ku

"Auu ... kalau mau nyubit jangan disana dong sayang, agak bawahan dikit malah gak papa," ucapku sambil memainkan alisku.

"Ihh... Mas Irvan genit deh!" Dia pura-pura cemberut padahal aku yakin banget kalau sebenarnya dia juga mau.

" Ya, udah nanti siang kita makan bareng ya sekarang kita masuk dulu bentar lagi bel!" Ajak ku sambil merangkul bahunya.

Ditempat ku bekerja semua orang tau kalau aku sudah menikah dan punya anak tapi aku mah bodoh amat yang penting aku bahagia dan tidak mengganggu kinerjaku nggak masalah.

***

Siangnya sesuai janji aku dan Selly istirahat bareng di kantin.

" Mau makan apa sayang?" Tanyaku ambil menarik kursi mempersilahkannya duduk

"Sama kayak Mas Irvan saja!"

"Ok!" jawabku sambil memberi simbol huruf O mengunakan jari telunjuk dan jempol.

Karena aku merasa sangat lapar pagi tadi gak sarapan soalnya ibu gak masak, aku juga gak bisa memaksa ibu mau masak atau gak karena aku gak mau dia kecapekan.

Akupun memesan nasi sayur ayam goreng dan rendang sebanyak dua porsi satu untukku dan satu buat Sely. Terus minumnya es jeruk.

Setelah memesan aku pun kembali ketempat dudukku.

"Mau ngomong apa sih Mas kok kayaknya serius banget?"

"Sebentar ya sayang, kita makan aja dulu Mas lapar banget. Tadi pagi gak sarapan,"

"Loh kenapa? emang Ibu kamu gak masak?"

"Enggak sayang, Ibu capek jadi gk masak. Nanti kalau kita dah nikah kamu ya yang Masakin buat Mas,"

"Iihh ... Gak mau ah, Mas. Nanti aku bau bumbu dapur, bau asap makanan pokoknya nggak banget deh. Lagian aku juga gak bisa masak,"

Aku sebenarnya sangat kaget mendengar jawaban Selly tapi aku berusaha menutupi, aku tidak mau Selly ngambek. Lagian kalau cuma gak bisa masak, ada ibu yang ngajarin.

Akhirnya pesanan ku tiba tanpa ba bi bu ... aku langsung melahapnya hingga tandas tidak bersisa. Aku melihat ke piringnya Selly msih separuh, aku menunggunya hingga menghabiskan makanannya.

"Sudah sayang makannya?" Kulihat dia meletakan sendok dengan piring yang yang sudah kosong. Mau tambah gak? Ledek ku

"Sudah Mas, ini saja dah kenyang banget! oh ya, Mas mau ngomong apa tadi?" Sepertinya dia sangat penasaran

"Mmmmh ..., Sayaanng Mas sangat serius dengan hubungan kita. Kamu mau gak jadi istri Mas?" aku mengeluarkan cincin yang ada dalam saku celanaku.

Ya, aku memang sudah berniat melamar Selly dari awal kita jadian cuma aku ulur-ulur nunggu waktu yang tepat. Setelah mendengar nasehat ibu pagi tadi aku yakin inilah saat yang pas buatku melamarnya.

"Tapi Mas, kamu kan belum bercerai,"

" Kan kita bisa nikah secara agama sayang laki-laki itu boleh berpoligami,"

"Gak ah... Mas, enak di kamu gak enak di aku. Pokoknya kalau Mas mau kita menikah, Mas harus ceraikan dulu istri Mas. Titik gak pake koma,"

"Ya, sudah besok Mas ke rumah sakit, Mas akan ceraikan Tia, terus Mas akan urus berkas perceraian secepatnya,"

" Aku ikut, aku inging memastikan sendiri ucapan Mas. Jangan-jangan cuma omong kosong doang," pintanya

"Sayang gak percaya sama Mas?"

" Bukan gitu Mas, tapi aku gak mau aja nanti kamu malah berubah pikiran terus deket-deket lagi sama istrimu itu,"

" Gak mungkinkah sayang, yang ada aku malah eneg deket-deket dia apalagi dia dah lama di rumah sakit pasti badannya tambah kucel dan bau obat,"

" Ya sudah, besok pulang kerja kita sama-sama ke rumah sakit. Sekarang kita masuk dulu jam istirahat sudah hampir habis." Ajak ku sambil berdiri.

****

Sesuai janjiku pada Selly kemaren saat ini aku dalam perjalanan menuju ke rumah sakit kita menggunakan taksi online karena mendadak ibu juga mau ikut.

Dari kejauhan aku sudah melihat Tia kondisinya sangat memp

rihatinkan badan kurus, mata sembab kucel tak terawat. Tia memang tak berguna lihatlah dia sekarang menjijikan sekali, sepertinya keputusan ku untuk menceraikannya adalah keputusan yang tepat.

" Tia...."

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status