Share

KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN
KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN
Penulis: NawankWulan

Bab 1

"Mungkin memang benar kata Ibu. Weton kita nggak cocok. Makanya, hampir sebelas tahun berumah tangga, kita belum juga dikaruniai momongan. Aku ingin membahagiakan ibu di usia senjanya, Lin. Dia hanya ingin seorang cucu dariku. Pilihanmu sekarang hanya ada dua, cerai atau kamu mau dimadu."

Kalimat Mas Gilang detik ini, sungguh bagai petir yang menyambar tiba-tiba, tanpa adanya mendung ataupun hujan. Hatiku berdebar tak karuan. Ada perasaan sedih, kesal dan terluka yang tak bisa kugambarkan. Air mata luruh seketika. Aku tak mampu menjawab sepatah kata pun. Suara seolah tercekat di tenggorokan. 

 

Selama sebelas tahun bersama, hampir tak ada pertengkaran hebat terjadi dalam rumah tanggaku. Hanya pertengkaran-pertengkaran kecil yang wajar terjadi, sebagai bumbu dalam rumah tangga.

 

Jika dia marah, aku segera minta maaf. Begitu sebaliknya, bila aku mulai menunjukkan wajah tak enak, Mas Gilang selalu berusaha merayuku dengan caranya. Membuatku kembali tersenyum dan tertawa. Minta maaf atas kekhilafannya. Hingga pertengkaran itu tak pernah lebih dari satu hari. 

 

Tapi semenjak kehadiran ibu mertuaku dua minggu yang lalu di rumah ini, perangai Mas Gilang memang sedikit berbeda. 

 

Dia seringkali marah-marah tak jelas. Tiap kali kutanya kenapa? Dia hanya mendengkus kesal. Terkadang bilang capek, pusing atau ngantuk. Selalu itu jawabannya. Membuat hubungan kami menjadi tak seharmonis dulu. 

 

Puncaknya hari ini. Entah kenapa tiba-tiba dia bicara seperti itu padaku. Membuat mataku panas. Napasku sesak menahan isak. Mencoba sekuat tenaga untuk menahan linangan air bening itu, namun tak mampu. Kubiarkan ia mengalir sesukanya. Aku tak peduli lagi.

 

Kutatap nanar foto pernikahan kami yang terpajang di ruang tamu. Hatiku remuk. Puing-puing kehancuran itu seolah mulai tampak di pelupuk mata. Cerai atau dimadu? Sungguh bukan pilihan yang menguntungkan. Kedua pilihan itu tak ada yang berpihak kepadaku. 

 

Bagaimana mungkin aku bercerai dengannya? Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untukku dan dia menjalin sebuah ikatan suci, saling melengkapi, saling mencintai dan saling menghargai. 

 

Selama ini, seberat apapun masalah yang kami pikul, berusaha untuk menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin, dengan penuh kehati-hatian agar tak saling menyakiti. 

 

Sebelas tahun lamanya, meski tangis bayi belum pernah hadir di rumah ini, tapi kami tak pernah kehilangan cara untuk menjadi orang tua. Kami santuni anak yatim dan dhuafa setiap dua bulan sekali. Berbagi kasih, cerita dan harta yang mungkin tak seberapa. 

 

Sebelas tahun sudah kami lewati, susah senang kami lalui bersama. 

 

Mungkinkah semua itu akan berakhir di meja perpisahan? Ataukah aku harus ikhlas membiarkannya menikah lagi hanya untuk mendapatkan keturunan? Benarkah hanya demi itu? 

 

Aku mendecis perih membayangkan semuanya. Berbagi suami untuk adik madu? Atau aku memilih berpisah? Membuka kisah dan lembaran yang baru?

 

"Sudah ibu bilang dari dulu toh Lang, neptu weton kalian nggak cocok. Jangan dicocok-cocokin, jadinya ya gini ini. Sudah bertahun-tahun nggak dikasih momongan. Coba kamu dari dulu nikah sama Dewi, pasti ibu sudah momong banyak cucu."

 

Ibu mertuaku kembali mengompori Mas Gilang. Entah sudah berapa kali dia melakukan itu, tiap kali aku dan Mas Gilang ribut. Sejak ibuku meninggal enam bulan yang lalu, ibu mertua memang kerap datang. Menginap berminggu-minggu, namun kedatangannya hanya menyulut keributan demi keributan dalam rumah tanggaku. 

 

"Dewi itu keturunan subur, lihat kakaknya yang pertama, sudah punya anak tiga padahal baru nikah tujuh tahun. Kalau nggak KB mungkin bisa lebih banyak anaknya. Kakak keduanya juga sudah punya dua anak padahal baru nikah tiga tahun yang lalu, iya to?"

 

Aku diam saja mendengar komentar ibu mertua. Tertunduk lesu di sofa ruang tamu. Memikirkan apa yang akan terjadi padaku esok atau lusa atas pernikahanku dengan suamiku. 

 

Mas Gilang duduk tak jauh dariku, bersandar di sofa dengan mata terpejam. Tapi aku yakin dia tidak tidur. Sesekali mengerjap pelan kemudian kembali berusaha memejamkan matanya. 

 

"Percuma kamu cek sana-sini, Lin. Cuma ngabisin duit tapi nggak ada hasil apa-apa" Ibu kembali dengan nyinyirannya. 

 

"Kita ambil hikmahnya saja, Bu. Kalau Gusti Allah memang belum ngasih kepercayaan, ya terima dengan lapang dada. Kuncinya cuma sabar, InsyaAllah kalau Allah sudah menghendaki tanpa berobat ke sana-sini pun Lina akan hamil. Yang penting kita sudah ikhtiar, untuk hasilnya bagaimana pasrah sama Gusti Allah saja." 

 

Aku berusaha meyakinkan ibu, tapi ibu justru tak terima dengan ucapanku.

 

"Halah kamu ini, kalau dikasih tahu selalu begitu. Ngeyel. Protes terus. Nggak mau dengerin omongan orang tua. Menantu durhaka." 

 

Ibu melengos. Hatiku sakit mendengar ucapannya yang terakhir. Menantu durhaka, katanya? Padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi menantunya. Meski dari awal aku tahu tak diterima, tapi aku yakin sekeras-kerasnya hati seorang ibu, akan luluh kalau kita benar-benar ikhlas berbakti padanya. 

 

Tiap bulan kukirimkan sebagian gajiku sebagai guru sekolah dasar untuknya. Karena aku tahu pendapatan Mas Gilang dari usaha bengkel mobilnya belum terlalu banyak, mungkin baru cukup membayar para karyawan saja. Karena memang usaha itu masih tergolong baru jadi belum banyak mendapatkan pelanggan. 

 

Usaha sebelumnya sebagai produsen gamis, ludes terbakar api setahun yang lalu. Hanya menyisakan berapa puluh gamis yang tak seberapa harganya. 

 

Mas Gilang hampir putus asa saat itu, sampai akhirnya ibu rela menjual perhiasan dan tabungannya untuk modal usahanya. 

 

"Gimana, Lin? Kamu pilih pisah atau mau dimadu?" Pertanyaan ibu mertua kembali mengagetkanku. 

 

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
byuuuuh....anak laki2 nggak tajir mlintir kok emaknya berani2nya nyuruh poligami,mau dikasih makan angin apa gimana yak???! nggk masuk akal bingit hahaha...kirain orang kaya,ternyata cuman mantan orang kaya hehehe...
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
ada mertua bangsatt kayak ginii ???? untung mertuaku tidak seperti ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status