Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 8 PoV Marni."Marni, ada yang manggil kamu didepan," ungkap salah satu Ibu-ibu rewang. Aku pun menajamkan pendengaran, suara yang tak asing sedang berteriak memanggil namaku.Gegas aku berlari keluar dari pintu samping. Bajuku menjadi basah sebagian karena mencuci piring yang tidak ada habisnya. Wanita tua itu sudah membuatku sangat tersiksa.Terkejut sekali melihat kehadiran wanita yang tidak ingin kulihat lagi di dunia ini. Ya, dia Ibuku, kenapa dia bisa sampai ke sini? Geram sekali melihatnya, aku menyeretnya pergi menjauh dari halaman. Tak kupedulikan tatap mata para tamu yang keheranan melihatku."Kamu ngapain ke sini? Dari mana kamu mendapatkan alamat rumah ini?" tanyaku langsung. Setelah membawa Ibu menjauh dari rumah Eyang. Aku khawatir kalau Mas Teguh sampai menyusul. Sebab, aku mengatakan kalau aku sudah tidak punya keluarga lagi."Riska sedang sakit, Marni, apa kamu tidak ingin melihatnya?" kata Ibuku."Ke mana ayahnya?"
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 9"Psstt!" Aku mengkode Ibu mertua ketika melihat Marni masuk ke dapur."Erni, kamu sudah melihat video yang sedang viral itu belum?" tanya Ibu mertua. Rencana untuk membuat Marni ketar ketir sedang berjalan."Iya, Tante sudah melihatnya belum?" timpalku sambil mencomot buah kiwi yang sedang Tante Erni kupas."Video?" Tante Erni tampak berpikir panjang. Tante Erni pelupa sekali orangnya. Belum ada satu jam kami merencanakan sesuatu, Tante Erni malah lupa."Iya, video yang pembantunya babak belur karena memakai pakaian majikannya itu!" Ibu mertua mencoba mengingatkan Tante Erni dengan menyenggol lengannya.Marni yang mau mengambil air minum, langsung berhenti seketika. Ucapan Ibu mertua tepat mengenai sasaran."Wah! Iya, aku ingat! Pembantunya memakai sempak suaminya itu, 'kan? Ih, parah banget dah!" seru Tante Erni."Ck! Bukan parah lagi, parah banget malahan!" timpal Ibu mertua."Bukan hanya sempaknya yang dipakai, kalau nggak sala
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 10Teguh PoV."Awhh!" Aku memekik keras di dalam hati. Kakiku menginjak pecahan kaca. Suara Suci sudah terdengar berada di dalam kamar Marni. Jangan sampai dia melihatku di sini.Aku mencabut kacanya yang terbenam di dalam kaki, menuju ke mobil untuk pergi ke puskemas. Beruntung kunci mobil masih ada di dalam saku celanaku._______"Mas, kamu tidak apa-apa, 'kan? Mana yang sakit? Aku khawatir sama kamu, Mas!" Marni datang menyusulku ke puskesmas. Karena aku mengabarinya."Bidan, suami saya tidak apa-apa, kan?" tanya Marni pada bidan yang sedang membersihkan serpihan kaca kecil dikakiku."Lho, bukannya istri Pak Teguh itu Bu Suci, ya? Kok wanita ini ngaku-ngaku istrinya Pak Teguh?" ucap seorang bidan, yang aku pun tidak mengenalinya.Matanya berbicara sambil menatapku tajam. Pasti dia menduga aku sudah berselingkuh. Marni ini istriku tapi memang masih kurahasiakan, ini kulakukan untuk memberikan Ibuku cucu, dan mendapatkan warisanku
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 1"Jelita!" Suara seseorang memanggil namaku dari arah luar toko perlengkapan pakaian bayi.Aku memicingkan mata, melihat empat orang yang sedang berjalan semakin mendekat ke arahku.'Duh, malas sekali berhadapan dengan mereka,' batinku mengeluh."Tante Dira dan ketiga anak-anaknya, kamu pasti kenal dan belum lupa, 'kan?" ucap ibuku."Kenal lah, Bu. Baru juga lima tahun tidak ke Jakarta, mana mungkin Jelita lupa sama saudara-saudara Ibu, yang suka menghina dan mencaci-maki kita," sahutku.Aku baru pulang setelah lima tahun berada di Kota Pekanbaru. Biasanya, ibuku dan adik-adikku lah yang akan mengunjungiku, tentunya dengan ongkos yang kukirimkan untuk mereka datang."Kapan datang?" tanya Zahra, tanpa menanyakan keadaanku terlebih dulu, setidaknya basa-basi ya kan?Sepupuku itu melihatku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Kalau tidak salah, tatapannya masih sama seperti waktu Zahra mengataiku anak madesu. ( Masa depan sur
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 2"Memangnya, kalau memilih pakaian bayi harus nikah dan punya bayi dulu? Tidak, 'kan? Ya, pasti tidaklah! Zita saja dulunya punya anak tanpa menikah dan tanpa punya suami, 'kan?" ucapku yang pastinya sangat menohok sekali dihati Tante Dira.Bagaimana tidak? Zita anak bungsu Tante Dira hamil di luar nikah dan pacarnya kabur entah ke mana. Adikku Rindu yang memberitahunya, kalau ibuku tidak pernah memberitahu, karena Ibuku pasti takut menceritakan aib keponakannya. Takut akan terjadi kepada anak gadisnya yang masih tersisa dua yang belum menikah.Plak!Plak!"Awh!" Zita meringis kesakitan saat aku membalas menamparnya detik itu juga. Tamparanku lebih keras dari tamparannya. Aku tidak mau berpikir panjang untuk membalas perbuatannya itu.Plak!Lagi, aku kembali menampar pipinya yang penuh dengan kebencian terhadapku. Karena pipinya itu tidak pernah terlihat manis saat melihat keluargaku bahagia. Pipinya itu pernah terlihat manis saat
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 3"Astagfirullah, ada apa ini? Kenapa bersikap kasar kepada istri saya?" Mas Ridwan berucap seraya memandang sekilas ke arah wanita pemilik toko itu."Saya sudah memperingatkan istrinya. Jangan dipegang-pegang sepatunya, nanti rusak! Ini harganya mahal, tahu tidak ini harganya berapa? Harganya empat ratus ribu, mana mungkin kalian bisa menggantikannya kalau rusak!" jawabnya ketus, matanya mengerling sinis melihat kebawah dan keatas."Saya akan membayar dua kali lipat bila sepatu yang dipegang istri saya rusak! Tapi, tolong! Bersikap sopan lah pada istri saya, lagi pula tidak sepantasnya memperlakukan pengunjung seperti itu, mampu atau tidak mampunya membeli, sebagai pemilik atau penjaga toko harus lah bersikap dengan baik dan sopan." Mas Ridwan berkata dengan tegas."Di sini tidak melayani pengunjung yang hanya pegang-pegang dan tanya-tanya, ujung-ujungnya tidak jadi beli setelah tahu harganya!" hardiknya."Siapa pemilik toko ini?"
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 4Setelah selesai berbelanja, kado untuk sahabatku sudah dibungkus. Kami pun meluncur menuju ke lokasi tanah yang akan kami beli untuk membangun usaha. Kata ibuku ada dua lokasi dan kami ingin melihatnya langsung."Itu, ada papan tulisan tanah ini dijual, berhenti di situ," ujar Ibu."Satunya lagi di mana, Bu?" tanya Mas Ridwan. Setelah membuka kaca jendela mobil dan menutupnya kembali."Jalan lagi ke depan." Mas Ridwan menghidupkan kembali mesin mobil dan mobilnya kembali jalan."Tidak turun dulu, Mas?" tanyaku, heran juga. Padahal ingin membeli tanah tapi tidak turun untuk melihat-lihatnya."Letak tempatnya tidak bagus untuk membangun rumah makan, ada pembuangan sampah di sana, lagi pula kalau jadi membangun tempat parkirnya tidak ada, tidak mungkin 'kan, kalau pengunjung parkir kendaraan di bahu jalan? Bahaya," jelas Mas Ridwan. Aku menganggukkan kepala. Terkagum-kagum aku melihatnya, pengetahuannya mengenai tempat yang strateg
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 5"Ranti, Ibu ke mana? Di dapur tidak ada, di kamarnya juga tidak ada." Aku bertanya saat adikku sedang memakai kaos kaki."Lah, Kakak lupa? Dari dulu Ibu memang tidak ada di rumah kalau pagi," jawab Ranti, sambil mengikat tali sepatunya dan bersiap berangkat sekolah untuk menimba ilmu."Duh, kok Ibu jualan lagi? Padahal, Kakak sudah melarang Ibu untuk jualan, apa uang yang Kakak kirim selama ini masih kurang?" ucapku sambil duduk di kursi teras."Ranti tidak tahu, Kak. Ranti berangkat sekolah dulu ya? Assalamualaikum." "Wa'alaikumsallam, hati-hati di jalan, pulang sekolah nanti Kakak jemput, kita jalan-jalan cari cemilan, tunggu aja di gerbang, oke?""Oke, siap!" Ranti pun berlalu, jarak dari rumah ke sekolahnya tidak lah terlalu jauh. Hanya memakan waktu lima belas menit saja."Jelita! Mana suamimu yang katanya pengusaha itu? Suruh suamimu keluar biar bisa kenalan sama konglomerat! Ini suamiku namanya Sultan, dia baru pulang tad