"Pa, terus bagaimana kalau sampai bajingan itu belum juga ditemukan? Perut Kanaya semakin membesar, mau ditaruh di mana muka kita?" tanya Rossa yang mulai cemas memikirkan apa yang terjadi saat ini.
Sang putri yang selama ini ia jaga, ia didik dengan baik ternyata membuat aib untuk keluarga. Sebetulnya Rossa sendiri belum bisa terima kenyataan ini, namun dia mau menghindar dan menutupi itu semua rasanya tak mungkin karna faktanya memang Kanaya hamil entah benih siapa."Tenang dulu, Ma. Kita pikirkan lagi apa yang harus kita lakukan untuk menutupi aib ini," jawab Arga seraya memijat pelipisnya yang terasa nyeri.Arga tidak menduga, sepulang dari Swiss karena urusan bisnis disambut masalah Kanaya yang dianggap misterius itu.Ya ... bagi mereka kehamilan Kanaya dikatakan misterius, karena Kanaya sendiri tetap menyangkal jika dirinya sama sekali tidak melakukan hubungan intim dengan siapapun."Apa kita nikahkan saja sama salah satu putra kita, Pa?" celetuk Rossa membuat Arga ternganga mendengar ide istrinya yang dianggap konyol itu."Mama ini gimana, sih? Apa kata orang nanti? Kanaya itu sudah kita anggap putri kita sendiri. Masa iya dijadikan menantu kita?" bantah Arga, tak suka dengan ide sang istri.Tanpa keduanya sadari, Diam-diam Kanaya mendengar percakapan kedua orang tua angkatnya itu. Saat itu Kanaya berniat membuat minuman hangat karena rasa mual tiba-tiba menyerangnya. Sungguh, Kanaya tidak tahu sama sekali ciri-ciri orang yang tengah hamil muda."Aku harus pergi dari rumah ini," gumam Kanaya lirih seraya membekap mulutnya yang hampir saja mengeluarkan suara isak tangis.Melihat kedua orang tuanya tidak menyadari keberadaan dia di sana, dengan cepat Kanaya kembali ke kamar. Setibanya di kamar, Kanaya segera berkemas memasukkan beberapa potong baju dan kebutuhan dia lainnya.Satu set perhiasan yang dibelikan mamanya akan dia bawa sebagai bekal untuk hidup di luar sana. Kehamilan Kanaya yang ternyata sudah memasuki minggu ke enam membuat Kanaya khawatir jika harus berdiam diri terus di rumah itu.Selepas itu, Kanaya akan mengatur cara agar dapat menemukan waktu yang pas untuk bisa segera meninggalkan rumah yang banyak menyimpan kenangan indah bersama keluarga angkatnya. Meski berat buat Kanaya, tapi ia berpikir, nama baik keluarga orang tua angkatnya harus dijaga. Maka, pilihan Kanaya adalah pergi jauh dari rumah megah nan mewah itu.Arga dan Rossa masih terlibat obrolan yang cukup serius. Mencari jalan keluar untuk menutup aib sang putri bungsunya. Sementara Fardan memilih berdiam di luar rumah sesaat lamanya. Putra kedua Arga dan Rossa itu merasa kecewa setelah mengetahui fakta yang benar adanya jika Kanaya sedang berbadan dua.Leon baru saja tiba di rumah. Ia mendengar perbincangan kedua orang tuanya yang berniat mencarikan laki-laki yang mau menikah dengan Kanaya. Entah kenapa, mendengar itu rahang Leon mengetat seketika. Dengan langkah tergesa ia mendekati kedua orang tuanya."Pa, Ma. Aku curiga kalau pelakunya adalah -- "Leon menggantungkan kalimat membuat Arga juga Rossa menoleh, dalam hati keduanya di hinggapi rasa penasaran apa yang akan Leon katakan."Adalah apa, Leon? kamu tahu bajingan yang sudah merusak adikmu? kalau sampai Papa tahu, habislah dia Papa hajar." Arga menatap tajam wajah putranya dan mengancam pelaku jika sampai ketahuan.Leher Leon serasa tercekat mendengar ancaman sang papa yang sepertinya marah besar terhadap pelaku pemerkosa Kayra. Sekalipun Leon garang dengan siapa saja, beda hal jika sudah berhadapan dengan sang papa, lelaki arogan itu seolah tak punya kekuatan apapun.Leon takut jika Arga marah. Pasalnya ancaman Arga jika kedua anak laki-lakinya ada yang berani membangkang, maka akan dicoret dari Kartu Keluarga sebagai penerima ahli waris nantinya. Leon tak mau itu terjadi, pria dingin itu tak ingin hidup susah seperti dulu saat dia dan Fardan juga Kanaya masih kecil."Maaf, Papa. Ini hanya dugaan aku ajah. Kanaya 'kan lebih dekat ke Fardan. Apa Papa nggak curiga ke Fardan?" jawab Leon sekenanya.BUGH! "Brengsek, dasar gila! Apa maksud lo nuduh gue?" maki Fardan tak terima. Saat Leon berbicara dengan kedua orang tuanya, Fardan baru saja hendak bergabung kembali bersama mereka.Namun, betapa terkejutnya putra kedua Arga itu mendengar ucapan Leon. Abangnya itu seolah menuduh dirinya yang menyebabkan Kanaya hamil.Maka, tanpa ampun Fardan melayangkan bogem mentah ke wajah Leon hingga keluar cairan merah dari sudut bibir abangnya itu.Leon tidak terima sang adik berani melawan, Leon bersiap untuk membalas. Leon sudah berdiri dan mengepalkan tangannya kuat. Namun belum juga ia membalas, Arga lebih dulu menghalangi."Hentikan! Leon, Fardan!" sentak Arga menatap tajam wajah kedua putranya bergantian."Apa Papa nggak dengar kata cowok angkuh macam dia, Pa?" protes Fardan saat sang ayah seakan menyalahkan Fardan karena lebih dulu menyerang abangnya."Gue cuma menduga bukan nuduh. Kalau lo nggak ngerasa, ngapain lo sewot," elak Leon membela diri."Apa bedanya, brengsek?" sergah Fardan semakin murka. Wajah Fardan masih memarah marah atas semua ucapan abangnya."Fardan, Leon!" bentak Arga menambah intonasi suaranya kian meninggi membuat sang istri yang duduk di sampingnya terlonjak seketika.Fardan lebih memilih lari menuju kamarnya. Sedangkan Leon duduk kembali. Arga dan Rossa ikut menyusul Fardan ke kamar.Sepertinya Arga penasaran dengan ucapan putra sulungnya. Maka, Arga berniat menginterogasi Fardan untuk memastikan kenapa Leon sampai mencurigai adiknya.Sefiba tiba kamar putra keduanya. Arga langsung bertanya akan maskud dia mengejar Fardan ke dalam kamar. "Fardan, jawab jujur pertanyaan Papa! Kenapa bisa kakak kamu menuduhmu yang menghamili Naya?" tanya Arga."Papa, kaya nggak tahu ajah watak cowok arogan itu. Mana aku tahu dia bisa berpikiran aku yang melakukannya. Gila emang tuh orang," sungut Fardan merasa kesal."Sudahlah, Pa. Lagian nggak mungkin Fardan melakukan itu pada Kanaya," sela Rossa yang sejak tadi hanya setia mendampingi suami tercinta.Rossa Rosdiana. Sosok wanita yang lemah lembut, hatinya mudah tersentuh. Namun karakternya bisa berubah seperti halnya Leon jika ada yang mengusik kehidupan pribadinya.Suatu ketika, ada wanita yang berusaha mengambil hati sang suami. Rossa dengan tegas memberikan pilihan pada Arga. Wanita itu atau dirinya.Jika Arga memilih wanita lain, Arga harus keluar tanpa diperbolehkan membawa apapun dari rumah. Oleh karena itu, Arga tak pernah berani main-main dengan wanita manapun. Bagi Arga, Rossa adalah separuh jiwanya yang tak bisa tergantikan oleh siapapun di sisinya. -♡ Jam 22.30 WIB ♡-Malam hari. Leon berjalan keluar menuju kamar Kanaya. Leon memanggil adik bungsunya. Kanaya yang belum tidur terkejut dibuatnya. Kanaya berpikir, akankah Leon murka juga."Buka pintu, Nay!""Sebentar, Kak," jawab Kanaya dengan tubuh mulai gemetar.Kanaya mendekati pintu lalu membukanya. Nampak Leon sudah berdiri tegak di depan pintu kamar gadis itu."M ... maaf, ada apa, Kak?" tanya Kanaya seperti biasa selalu terbata-bata jika bicara di hadapan kakak sulungnya."Benar kamu hamil?" tanya Leon, tho the point.Kanaya terdiam menunduk. Ia berpikir pasti Leon murka mendapati gadis yang selama ini ia jaga tengah berbadan dua. Andaikan Kanaya bohong juga percuma lagipula anggota keluarga lainnya sudah tahu."N-Nay m-inta maaf, Kak. Demi Tuhan, Nay nggak ngelakuin itu dengan kesadaran, Nay, Kak."Karena menahan rasa takut pada Leon, Kanaya berbicara terbata-bata. Leon melihat badan adiknya itu gemetar hanya mengulas senyum sinis saja. Sungguh, seperti tak ada iba sedikit juga di hati Leon untuk seorang Kanaya."Kakak tahu itu. Kakak ke sini mau bicara sama kamu. Besok ikut kakak!""Kemana, Kak?" Kanaya menjawab cepat.Leon mendekati Kanaya. Kemudian dia merengkuh bahu Kanaya yang masih berdiri di hadapannya. Tubuh Kanaya kian gementar saat Leon sedikit menekan bahunya."Kakak minta ..." Leon menggantungkan kalimatnya. Ada perasaan sakit di hatinya. Ia tak ingin Kanaya melakukan hal itu sebab Leon berpikir kalau janin itu tidak salah sama sekali."Minta apa, Kak?" Kanaya penasaran pun memaksa bertanya.Beberapa jam yang lalu. "Naya ... cepetan! Lelet banget, sih" teriak Leon menahan kesal."Ya, Kak. Sebentar! Nay lagi cari buku dulu," teriak Kanaya menjawab.Takut Leon lama menunggu, Kanaya membatalkan mencari buku yang terlupakan. Kanaya berlari menuruni anak tangga begitu tergesa-gesa.Fardan melihat adiknya berlari itu menegur karena takut terjatuh dan terluka. "Nay ... jangan lari!"Fardan menatap tajam abangnya. "Leon, lo kenapa sih? Nggak sabaran banget jadi orang," hardik Fardan geram. Leon acuh tak acuh mendengar adiknya protes.Di rumah itu hanya ada Kanaya, Leon, Fardan serta 2 orang ART, satu supir dan dua orang security. Sementara Arga dan Rossa, orang tua mereka sedang ada urusan di Swiss untuk urusan binis.Kanaya sudah berada di lantai bawah. Ia segera mendekati kedua kakaknya yang nampak bersitegang.Tanpa menyimpan dendam dan sakit hati, gadis cantik itu tersenyum ramah pada kedua kakaknya."Ngapain lo, senyum-senyum nggak jelas. Mending kalau cantik," cibir Leon m
"Minta apa, Kak?" tanya Kanaya tak sabar."Gugurkan kandungan kamu!" bisik Leon.Kanaya terhenyak mendengar pemintaan Leon. Gadis itu menggelengkan kepala lalu bertanya, "apa alasan kak Leon meminta menggugurkan kandunganku?""Ck, nggak perlu tahu alasanya. Kamu ikuti saja saran kakak. Kalau nggak -- "Leon menggantungkan kalimatnya. Dia juga berpikir tindakan apa yang harus dia lalukan agar bayi yang dikandung adiknya itu keguguran.Kanaya menunggu Leon melanjutkan ucapan. Namun Leon masih bergeming dan tetap berdiri terpaku di tempat."Kak ... " seru Kanaya membuyarkan konsentrasi Leon yang sedang berpikir sesuatu."Hhmm, " Leon hanya menggeram menanggapi."Kalau nggak? Apa maksudnya?" ulang Kanaya bertanya meski rasa takut pada Leon kian mendera."Karena kamu nggak tahu siapa ayah janin itu, Kanaya. Kamu mau nama baik keluarga kakak tercoreng?" bentak Leon menatap tajam wajah adik angkatnya yang kini tertunduk layu.Meski perih Kanaya rasakan. Namun ia membenarkan perkataan Leon.
Pagi hari telah menyapa dengan pancaran sinarnya yang merekah indah. Arga keluar dari kamar dengan berpakain olah raga. Kebiasan rutin yang Arga lakukan setiap pagi adalah berolah raga untuk menjaga kebugaran tubuhnya.Sementara Rossa sendiri kembali ke alam mimpi setelah selesai menunaikan kewajiban sebagai umat muslim. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan ke luar negri membuat Rossa ingin istirahat lebih lama dulu.Teringat kemaren, baru saja tiba di kediamannya. Sudah disambut dengan kabar yang membuat seisi rumah merasa terkejut dan tak percaya. Karna hal itupula membuat kepala Rossa tiba - tiba berdenyut nyeri. Maka tadi malam Arga meminta Rossa untuk istirahat saja lebih dulu dan jangan memikirkan banyak hal. Meningat kondisi sang istri yang memang mudah sakit."Selamat pagi, Tuan!" sapa Bi Sari ketika berpapasan dengan Arga yang baru turun dari lantai atas dan kini berjalan menuruni anak tangga."Pagi juga, Bi," sambut Arga tersenyum ramah pada pelayan itu.Arga memang terken
Di sisi lain, Fardan menanyai security yang berjaga. Tapi, Kanaya rupanya telah mengatur rencana kepergiaan dia serapi mungkin. Sehingga tak ada jejak yang mencurigakan."Di mana kamu, Nay? Maafin kakak, Kanaya."Fardan menyesali sikap dan perbuatannya. Ia tak menyangka jika sang adik akan berbuat senekat ini.Sama halnya seperti sang mama. Fardan sangat mencemaskan nasib adik bungsunya di luar sana."Kenapa bisa gini jadinya sih," lirih Fardan mengacak rambut frustasi.Sayangnya, sebulan sudah Kanaya pergi meninggalkan rumah. Tapi, belum ada tanda sama sekali.Padahal, Leon dan Fardan telah melakuan pencarian hingga ke berbagai penjuru kota.Begitu pula dengan Arga. Suami Rossa itu semakin terlihat gelisah dibuatnya. Apalagi Rossa yang tiba-tiba jatuh sakit karena terus terusan memikirkan putri bungsunya.''Pa, kapan papa bisa bawa putri kita kembali ke rumah ini?'' tanya Rossa terdengar parau. Beberapa hari kebelakang wanita itu tak henti-hentinya menangisi Kanaya. Istri dari Arga
''Ngapain kau ke kantorku?'' sentak Leon menatap tajam wajah gadis yang ternyata Ayunda.Ayunda yang tempo hari tak sengaja tertabrak oleh Leon. Gadis itu terluka di kaki cukup parah hingga terpksa cuti kuliah.Rendy memberitahukan kedaan Ayunda yang terpaksa harus rawat inap. Dan Leon bertanggung jawab akan kesembuhan gadis itu.Rupanya Ayunda memanfaatkan kebaikan Leon hingga banyak permintaan yang gadis itu ajukan kepada Leon. Awalnya. Leon tak curiga macam-mcam pada gadis itu.Namun lama kelamaan Leon menyadari kalau ayunda menaruh harapan lebih.Siapa sangka, Ayunda semkain berani saja pada Leon membuat pria arogan itu merasa jengah akan kelakuan gadis itu.''Siapa yang ngizinin kamu ke kantor saya?'' Leon membuang pandangan ke arah lain saat bertanya pada Ayunda.Putra sulung Arga itu tak sudi rasanya membuka hati untuk wanita manapun sebab hatinya telah di tempati seorang gadis yang diam-diam ia cintai.''Aku kangen kamu, Mas,'' ucap Ayunda.''Ck, dasar sinting," desis Leon.Ay
Leon bergeming. Ia kini tak bisa mengelak lagi sebab Fardan sudah mengetahui pengakuannya tadi.''Jawab, bajingan!'' sentak Fardan masih terdengar emosi.''Kamu diam dulu, Fardan! Biar Papa bicara sama abangmu,'' hardik Arga dengan suara yang menggelegar memenuhi ruangan.Siapa yang tak kesal, melihat anaknya saling hajar tanpa tau akar permasalahannya. Belum juga selesai masalah Kanaya, ditambah Rossa yang malah jatuh sakit. Ini lagi di kantor, anak-anaknya malah adu jotos mengeluarkan kekuatan masing-masing.Memijat pelepis yang kembali terasa berdenyut nyeri. Arga tak habis pikir dengan masalah yang terjadi.Pikiran pria paruh baya itu kini semakin bercabang. Semenjak hilangnya kanaya, Arga tiba-tiba mengingat seseorang yang menjadi dewa penolong kala dirinya hampir kehilangan nyawa pada waktu itu.''Cepat katakan sama papa, Leon! Apa yang sudah kamu lakukan sehingga memantik amarah adikmu?'' tekan Arga kemudian.Leon masih diam membisu. Tangannya mengusap sudut bibir dia yang pecah
Leon datang ke rumah sakit untuk menjengkuk Arga. Rasa bersalah sangat kentara di wajah tampan Leon. "Papa, gimana kondisi papa?" Tanya Leon saat sudah berada di ruangan Arga.Arga malah membuang pandangan ke arah lain saat tau Leon yang masuk menemuinya. Kekesalan Arga pada Leon belum sirna. "Mau apa kamu ke sini, Leon? Kamu mau bikin papa mati berdiri?" ucap Arga datar.Leon mendekat. Dirabanya tangan sang ayah, "Pa, maafin aku. Aku akui aku salah," kata Leon dengan menunduk dalam."Sekarang kamu menyesal karena ketahuan adikmu. Kalau Fardan tak mendengar ucapan kamu, apa kamu akan akui kebejatan kamu itu, Leon?" Sentak Arga.Jika saja kondisinya tidak lemah, mungkin suami Rossa itu akan menghajar putra pertamanya ini. Arga merasa sudah gagal mendidik putranya.''Kalau kamu memang benar menyesal, cari Kanaya dan bawa dia pulang kerumah,'' tegas Arga tak ingin dibantah.Leon masih berdiri terpaku di tempat. Ia sendiri bingung harus mencari Kanaya kemana lagi. Anak buah dia sudah ia ke
Di sebuah rumah mewah. Seorang gadis masih tertidur di atas ranjang empuk. Tak berapa lama, kelopak matanya nampak mengerjap - ngerjap ketika cahaya mentari pagi menerobos masuk lewat pentilasi membuat silau mata sang gadis. "Euh ... " lenguhnya."Eh, aku di mana?" Gadis itu terlihat panik saat menyadari dirinya berada di atas tempat tidur empuk bukan miliknya.Lekas ia turun dari ranjang dengan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.Ia mengitari ruangan yang terasa asing baginya. Dalam kebingungan. Ia dikejutkan kembali suara ketukuan pintu kamar.Tok tok Buru - buru ia merapikan baju sebelum membuka. Entah kenapa dadanya seolah berdekup kencang takut jika dirinya dalam cengkraman orang jahat. "Semoga bukan orang suruhan papa atau kek Leon sama Kak Fardan." Katanya yang ternyata Kanaya. Malam itu, Kanaya keluar dari tempat kost-an yang sudah dia sewa. Niat Naya mencari makanan. Namun tiba - tiba matanya melihat dua orang mencurigakan terus membuntuti. Kanaya berlari tetapi