Share

3. Morning Sex

Keesokan paginya, dengan rambut tergerai basah, Sissy yang mengenakan kemeja kebesaran milik Cala terlihat berkutat di dapur. Wanita cantik itu tampak sibuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua. 

Terlalu serius membuat omelet, Sissy dibuat terkejut hingga wanita itu melempar spatulanya ketika Cala memeluk dan mencium titik sensitifnya yang ada di leher. Sissy melenguh lirih, menikmati perlakuan Cala saat pria itu menghisap titik tersebut sampai meninggalkan bekas kemerahan yang cukup jelas. 

Sampai keintiman itu diinterupsi dengan aroma gosong yang menyapa hidung keduanya. Baru saat itulah Sissy sadar dari transnya dan dengan panik mematikan kompor. Terlepas dari keintiman yang hampir membuat jantungnya copot. 

Menghindari perlakuan Cala yang lain yang sekiranya, sudah pasti akan membuyarkan konsentrasinya sampai ke tepi jurang. 

"Cala ... omeletnya gosong." Sissy menatap miris pada omelet setengah gosong di dalam pan miliknya. 

"Setengah gosong. Sepertinya itu masih bisa dimakan. Yah, sebenarnya itu masih sangat layak dimakan Sissy sayang,"  hibur Cala setelah menatap omelet yang dimasak kekasihnya.

"Jangan! kamu nanti keracunan." Sissy tidak tega membiarkan Cala memakan omelet yang tidak layak itu.

"Apa kamu memasukkan sianida sebagai bumbu tambahan?"  goda Cala mengeratkan pelukannya.

"Cala, please … jangan bercanda."  Sissy memutar bola matanya, kebal dengan rayuan Arcala. 

Cala yang gemas, mengangkat Sissy untuk dia dudukkan di konter pantry. 

"You look beautiful wearing my clothes, Baby," Cala mengecup perut Sissy yang masih berlapis kain. Dalam batin Cala, seharusnya mereka sudah memiliki anak kedua. 

"Cala ini masih pagi," 

Meski sudah terbiasa perasaan mengganjal itu tetap ada, merongrong di dalam hatinya. Apalagi dia juga seorang perempuan.

"Make love in the morning sounds good."  Kecupan basah Cala sudah menjalar ke mana-mana.

Lenguhan lirih Sissy, dan geraman rendah Arcala, menjadi musik pengantar aktivitas pagi mereka. Aktivitas yang seharusnya hanya Cala lakukan bersama istri sah-nya.

Akan tetapi siapa peduli, jika sesuatu yang mereka sebut cinta. Menjadi dasar pembenaran untuk apa  yang mereka lakukan, sekalipun itu menjadi api yang akan melahap apa pun milik mereka.

Mendekap erat Arcala, Sissy menatap pantulan dirinya dan kekasihnya dari cermin yang melekat di dinding pantry. Cermin yang menjadi saksi bisu jika dia tetap jadi yang nomor satu di hati Arcala. Sekalipun di dalam catatan pernikahan bukan dirinya yang menyandang gelar nyonya Ragananta.

Sissy resah, dia menjadi serakah. Seharusnya Arcala menjadi miliknya, meski Arcala memilikinya dengan cara seperti ini. Baginya masih terasa tidak cukup, apakah dia harus mengandung kembali supaya Arcala tetap bersamanya.

Netra Sissy terpejam, menikmati perlakuan Cala yang begitu memanjakan dirinya. Membuatnya merasa menjadi wanita paling berharga atas kelembutan perlakuan Cala. Menerbangkan dirinya sampai ke awang-awang, lalu terjun bebas ke dalam  danau dengan air hangat menyapa setiap inci kulit telanjangnya.

Begitu nyaman dan menenangkan, apa dia bisa merelakan pria yang memuja dirinya, seolah ratu yang menduduki tahta di hatinya.

Kecupan demi kecupan Cala labuhkan, meninggalkan jejak basah yang hangat. Menghantarkan desir nikmat ke seluruh pembuluh darah, membuat Sissy meremang.

Bahkan untuk berbicara saja Sissy tidak sanggup, dimanjakan dengan cara yang sama seperti dahulu. Bahkan lebih, membuat Sissy hanya mampu mendesah dan melenguh.

Tidak ingin melewatkan apa pun dan ingin merekam dalam memorinya, Sissy sebisa mungkin membuka netranya. Meski Cala menghujani dirinya dengan kasih sayang, terbersit di sudut hatinya sebuah pertanyaan.

Bukankah dia sudah setara dengan jalang?

Hatinya bersorak mengiyakan pertanyaan itu, namun logikanya enggan menerima.

Seolah menyadari kegelisahan wanita dalam pelukannya Cala mencari netra Sissy yang berusaha menghindarinya. Dengan melambatkan gerakannya Cala melumat lembut bibir yang selalu menjadi candu untuknya. Menegaskan lewat perlakuannya bahwa kekasihnya adalah segalanya untuk Cala.

Meski masih ragu, Sissy tetap membalas gerakan bibir Cala menelusupkan jemarinya di sela surai legam pria itu. Lalu menariknya dengan spontan ketika seolah dia melihat kembang api meledak dengan indah mengosongkan isi kepalanya.

"Cala...." desah Sissy tertahan.

Cala semakin giat dengan aktivitasnya, berusaha mengejar ketertinggalan.

Sissy hampir tidak sanggup menahan perasaan dimiliki, dispesialkan diutamakan seharusnya mereka bahagia menjadi keluarga sejak dulu jika dirinya tidak egois. Keduanya hancur berkeping oleh kepuasan bersamaan ilusi kembang api paling besar meledak dengan dahsyat dan indah. Tubuh Sissy melemas, sedangkan Cala berusaha mengais kekuatannya yang masih tersisa. 

Lalu keduanya terdiam menikmati  diri yang masih berceceran. 

Tersenyum menenangkan Cala menghaturkan ribuan rasa sayang dan terima kasih. Lewat kecupan lembut di kening Sissy yang basah oleh keringat.

"Mandi... lagi!" kekeh Cala lirih dengan nafas yang masih tersengal.

Cala menggendong Sissy yang tampak berantakan menuju kamar mandi di dekat pantry.  Senyum tidak lepas dari keduanya, tatapan netra mereka bahkan menawarkan sejuta cinta yang tidak akan lengkang ditelan masa.

Membiarkan pintu terbuka, Cala menurunkan Sissy di bawah shower. Menyalakan benda tersebut air mengalir membasahi keduanya. Kemeja putih yang dikenakan Sissy basah dan menjadi transparan membuat Cala mengumpat saat melihatnya.

"Damn it, this shit clothes Baby. Bagaimana bisa akal sehatku menghilang saat ini,"  keluh Cala tidak serius.

Meraih satu tungkai kaki Sissy untuk dia letakkan di pinggangnya, and bla bla bla. 

Arcala said: Yeah! make love in the morning, it's more greatefull. 

"Cala... aku lelah!" adu Sissy manja dalam baringnya di atas ranjang. 

"Istirahat baby,"  jawab Cala sambil mengancingkan kemeja yang ia kenakan. Terlalu sering bersama Sissy membuat Arcala memiliki pakaian yang lumayan banyak di apartemen kekasihnya itu.

"Tapi aku ada jadwal pemotretan!"  bibir Sissy mencebik mungkin bisa dikatakan dia model yang mendompleng nama besar Arcala. Akan tetapi dia berusaha tetap profesional sebab bukan hal mudah masuk ke dunia modeling.

"Cancel saja...,"  dengan ringan Arcala mengatakan itu sambil merapikan kerah kemejanya, "Tidak bisa Cala, mereka akan menganggap diriku tidak profesional."  Sissy membalas dengan keras cukuplah dia dicap buruk meski kenyataannya memang demikian. Akan tetapi tahu apa mereka tentang jalan yang Sissy lalui selama ini.

"Baiklah, aku akan membuatnya bisa." Cala mendekati Sissy, hendak naik ke ranjang.

Sissy tahu apa yang akan Cala lakukan demi membuatnya membatalkan pemotretan tersebut.

Sissy panik dan segera meraih ponselnya, dengan gemetar dia kontak fotografer yang membuat janji photoshoot dengannya.

Melihat itu Cala iba karena jika Sissy mengatakan lelah maka wanita itu benar-benar lelah. Pemikiran jika kelelahan Sissy disebabkan olehnya benar-benar membuatnya senang. 

Ada sesuatu yang Cala lupakan namun dia tidak peduli. Dia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Sissy tidak ada yang lain. 

Ketika seorang Arcala sudah menentukan pilihannya segala hal akan terasa tidak berarti baginya.

Sekalipun dia menanti dengan kewarasan yang semakin lama semakin terkikis.

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status