Share

8. Kunjungan Kekasih

Resepsionis tersebut menelepon seseorang yang Sissy yakini adalah Xadera, asisten Cala. Mengucapkan sederet kata mengenai kehadiran Sissy dengan wajah sedikit tidak rela, juga kentara sekali memandang Sissy dengan tatapan remeh. Namun, tidak ada sepatah kata penghinaan yang keluar dari bibir tipis resepsionis tersebut. Meletakkan gagang telepon kembali, resepsionis bernama Feby itu pun memasang senyum bisnis. Kemudian mempersilahkan Sissy agar langsung menuju ruangan Arcala menggunakan lift petinggi kantor tersebut.

Sissy sudah sering kemari jadi dia sangat hafal di mana letak ruangan kekasihnya itu. Berbalik menuju lift, dia merasakan punggungnya begitu panas dan lehernya meremang. Sensasi itu akan selalu dia dapatkan ketika mengunjungi Arcala dan dia harus selalu tahan dengan penghakiman orang lain.

Memasuki lift, begitu pintu lift menutup dia menekan nomor lantai tujuannya. Lalu dia mematut diri pada kaca yang terpasang di dinding lift, kemeja sifon lengan panjang, rok pensil lima senti diatas lutut serta high heel setinggi tujuh sentimeter menghiasi kaki jenjangnya. Dia terlihat cukup sopan untuk mendatangi kantor Cala, tidak ada yang salah dari penampilannya kan?

Tidak ada yang salah.

Ting!

Bel berbunyi tanda lift telah sampai di lantai yang dia tuju.

Begitu lift terbuka, dia merasakan atmosfer ruangan yang membuat dia amat nyaman. Sepi, tenang, dan tidak ada mata-mata jahat yang bernafsu melubangi tengkorak kepalanya dengan tatapan kebencian mereka.

Semakin dekat dengan ruangan Arcala, tepat di depan ruangan Sissy melihat Xadera telah bersiap menyambut dirinya.

Mengangguk sopan padanya, Xadera mengucapkan selamat datang dan membuka pintu ruangan Arcala untuknya kemudian menutup kembali dari luar. Dan mungkin saja juga kembali ke ruangannya sendiri, Sissy tidak terlalu peduli.

Menatap Cala yang bersandar pada kursinya dengan memejamkan mata, Sissy tersenyum lembut. Tahu jika kekasihnya sedang amat sangat lelah, jadi dengan perlahan tanpa mau mengusik Cala. Yang dengan baiknya memasang karpet tebal di seluruh lantai ruangannya, membuat langkah high heel Sissy teredam. Sekaligus membangkitkan imajinasi liar seorang Sissy.

Segera mengalihkan imajinasinya, dia mendekati Cala kemudian, duduk di pangkuan kekasihnya itu. Membuat Cala sedikit tersentak dan membuka mata. Setelah mendapati siapa yang telah duduk di pangkuannya, Cala memejamkan matanya kembali untuk menetralkan jantungnya yang bertalu-talu hebat.

"Oh astaga baby, kamu membuatku terkejut."

Tangan Cala memeluk pinggang Sissy agar lebih rapat padanya. Kemudian dia mengubur wajahnya pada pundak Sissy yang selalu beraroma vanilla lembut dan menenangkan.

"Kamu terlihat lelah Cala, jadi aku tidak ingin mengganggu istirahatmu."

Jari Sissy merambat lembut pada pelipis Cala, lalu memberi pijatan perlahan, membuat Cala melenguh nikmat dan merebahkan kepalanya di pundak Sissy.

"Astaga sayang, pijatan kamu benar-benar nikmat sekali."

"Ya ini hanya pijatan sederhana Cala," ucap Sissy pelan.

"Aku suka foto yang kamu post di sosial media milikmu."

"Benarkah? Aku bahkan belum melihatnya, itu Fira yang posting. Asistenku kelimpungan menutup kissmark yang kamu berikan Cala," Sissy merajuk tanpa minat pada Arcala sambil memukul pelan punggung kekasihnya.

"Tapi kamu suka kan?"

Wajah Sissy bersemu merah untungnya Cala tidak melihat hal itu. Seperti mendapat penghargaan tingkat tertinggi sepanjang perjalanannya menjadi seorang model. Mana tahu dirinya jika sang kekasih masih sangat setia untuknya meski untuk status sudah jelas sangat jelas milik orang lain. Tanpa keduanya sadari, seutas benang tipis telah menjerat mereka secara perlahan. Tentu saja bukan hanya mereka berdua, tapi manusia yang tengah dimabuk cinta tahu apa?

"Bagaimana perjalanannya ke mari?" bisik Arcala yang selalu menikmati kebersamaan dengan Sissylia.

Sissy membeku mendengar perkataan Arcala, sekalipun dirinya merasa tidak nyaman dengan karyawannya. Apakah dia akan menjadi egois sekali lagi, dengan mengatakan jika dia tidak menyukai cara karyawan Arcala memandang dirinya.

Tentu saja dia tidak akan melakukan itu, dia akan egois untuk apa yang sedari awal miliknya. Namun, untuk beberapa hal yang lain tentu saja dia harus bisa lebih bijak lagi.

Karena, satu aduan darinya jelas bisa saja mempengaruhi kedamaian banyak orang.

"Baik, sangat baik," jawabnya menyembunyikan wajah di pundak Arcala. Masih mengingat jelas tatapan menghakimi yang dilayangkan untuknya dari karyawan Arcala.

Cala menghempaskan diri pada sandaran kursinya sambil tetap menahan pinggang Sissy. Takut jika kekasihnya terjatuh, yang mana jelas tidak mungkin terjadi.

"Apa kamu sangat lelah?" tanya Sissylia menatap sendu pada Arcala yang memang kelihatan letih.

"Begitulah, apa pun yang berhubungan dengan rumah, selalu membuatku lelah."

Sissy terkejut dengan pengakuan kekasihnya, meski dia tahu jika pernikahan Arcal a dan wanita itu adalah sandiwara. Tak dapat dipungkiri bahwa dia merasa cemburu, meski Arcala hampir setiap hari bersamanya.

Arcal a sendiri menatap kagum pada kekasihnya, nyatanya dia sudah dibutakan oleh cinta masa lalu yang selalu dia pupuk agar tumbuh subur. Meski dia harus mengorbankan cinta lainnya yang susah payah tumbuh meski tanpa dirawat.

Sissy yang naif yang meninggalkan dirinya begitu saja untuk mengejar karir-nya, kini berubah menjadi wanita dewasa. Meski agak terlambat kedatangannya, tetap membuat Arcala bersorak serta menyerahkan jiwa dan raganya, tanpa syarat.

Menyatukan keningnya dan Sissylia, ucapan syukur Arcala pada Tuhan tidak pernah putus.

"Apa menurutmu yang kita lakukan salah, Cala," desah Sissylia di sela aktifitasnya.

Jawaban apa yang layak Arcal a berikan untuk apa yang tengah mereka lakukan. Pada kenyataannya, mau seperti apa pun dia menyangkal. Apa yang mereka lakukan jelas salah, meskipun dia memiliki alasan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan.

Jadi Arcala memilih diam namun mencoba membuat Sissylia tidak lagi mempertanyakan hal itu dengan cara menambah intensitas kegiatan mereka supaya lebih gila lagi.

Benar saja, tidak ada pembicaraan lagi setelahnya selain geraman dan lenguhan keduanya yang memenuhi ruang kerja pria tersebut.

Di tempatnya, Xadera sedikit merasa kesal. Meski sebenarnya dia sudah menyelesaikan seluruh tugas dan pekerjaannya. Jangan tanya dari mana dia mendapat skill tersebut, itu sangat rahasia.

Jadi dia memilih menopang dagu sambil membayangkan perbincangan macam apa yang tengah dilakukan oleh atasannya bersama dengan kekasihnya.

Sekaligus berandai-andai, misalkan dia mengadu pada istri dari atasannya. Apakah yang akan terjadi, mengingat selama ini istri atasannya tersebut memilih diam tidak pernah berkomentar. Sekalipun pemberitaan mengenai rumah tangganya selalu bergulir seperti bola panas.

"Bagus sih kalau nyonya seperti itu, jadi tidak ada pemberitaan buruk mengenai dirinya nanti. Masalahnya kan, pacar pak boss model yang banyak dikagumi orang dan sering wara-wiri di televisi. Sudah pasti dia banyak fans-nya kan ...," Xadera menjeda perkataannya sambil bergidik ngeri sebelum melanjutkan perkataannya. "Fans sekarang serem-serem, apalagi yang fans fanatik. Bisa-bisa kena teror si nyonya lah."

Lamunan Xadera buyar karena terkejut ketika telfon kantor berdering keras.

Bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status