Share

2. Tak Pernah Berubah

Empat tahun kemudian.

“Papi…? Halo? Papi kapan pulang?”

Feli menghela napas berat saat menyaksikan Kimberly—anaknya dan Archer yang baru berusia tiga tahun, tengah berbicara sendiri dengan pelafalan yang masih cadel pada telepon mainan, yang Kimberly tempelkan di telinga kanannya.

Feli merasa iba melihat Kimberly yang begitu merindukan ayahnya, yang selama satu bulan ini tidak pulang ke rumah.

“Papi…,” rengek Kimberly lagi dengan mata berkaca-kaca.

Feli menghentikan kegiatannya yang tengah membuat sketsa gambar gaun pengantin salah satu kliennya. Ia menaruh buku gambar dan pensil ke atas meja. Kemudian meraih Kimberly yang duduk di sampingnya, ke atas pangkuannya.

“Kimmy kangen sama Papi, hm?”

“Iya, Mi. Aku mau Papi.”

Feli tersenyum lembut seraya mengusap puncak kepala putrinya dengan sayang. “Papi lagi kerja dulu, Sayang. Sebentar lagi Papi pulang, kok. Kimmy mau bersabar sebentar lagi?”

Kimberly cemberut. Matanya semakin berkaca-kaca, lalu mulai menangis. Mungkin Kimberly kesal, karena setiap kali dia ingin bertemu dengan ayahnya, Feli selalu menjawab dengan kata-kata yang sama. Namun pada kenyataannya Archer tak kunjung pulang.

Semakin lama tangisan anak berpipi chubby itu semakin kencang bahkan Feli kesulitan menenangkannya. Feli bangkit sembari menggendong Kimberly. Lalu mencoba menghubungi Archer, akan tetapi nomor teleponnya tidak aktif.

[“Kapan pulang? Kimmy nangis pengen ketemu sama kamu.”]

Feli sempat menimbang-nimbang, apakah ia harus mengirimkan pesan tersebut kepada Archer atau tidak?

Karena Kimberly terus menerus menangis, Feli tak punya waktu untuk banyak berpikir, ia lalu mengirimkan pesannya kepada Archer.

Feli berharap Archer akan segera mengaktifkan ponselnya dan membaca pesan tersebut. Setidaknya rasa rindu Kimberly akan terobati setelah melakukan video call dengan ayahnya.

Namun, sampai Kimberly capek menangis hingga terlelap satu jam kemudian, ponsel Archer masih belum aktif. Feli menaruh Kimberly ke atas kasur dengan hati-hati, lalu menyelimutinya sebatas dada.

“Maafin Mami sama Papi ya, Nak,” gumam Feli sembari mengelap sisa-sisa air mata di pipi Kimberly yang tampak merah. “Kami belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu.”

Feli memandangi putrinya dengan sedih.

Wajah Kimberly adalah Archer versi perempuan. Rupa mereka bak pinang di belah dua. Feli beryukur karena Archer masih mau menyayangi anak mereka, kendati sikapnya terhadap Feli masih sama seperti empat tahun lalu. Dingin dan tak pernah menganggap Feli ada. Bahkan untuk sekadar menatap Feli pun Archer tampak enggan.

Berbeda sekali saat di hadapan orang tua mereka berdua. Archer berubah menjadi sosok yang manis dan hangat, layaknya suami dan ayah yang menyayangi keluarga kecilnya. Hingga orang tua mereka pun tidak menaruh curiga sama sekali dengan kondisi rumah tangga mereka yang tidak harmonis.

Feli tak pernah mengeluh dan selalu menutupi masalah rumah tangganya dari orang tuanya sendiri. Nicko dan Leica—orang tua Feli, bukanlah orang tua yang suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya.

Namun, Feli yakin, jika dirinya mengadu kepada sang ayah terkait sikap Archer selama empat tahun ini, Nicko pasti akan marah besar dan mengecam Archer. Tetapi Feli tak melakukannya. Biarlah, ia menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri. Ia akan membuktikan kepada Archer bahwa dirinya bukan anak manja yang terus bergantung kepada orang tua.

“Selamat malam, Sayang,” gumam Feli setelah mengecup kening Kimberly cukup lama.

Ia mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Kemudian menutup pintu kamar putrinya dengan perlahan.

Tenggorokan Feli terasa kering dan ia berniat turun ke dapur. Ia menuruni tangga sembari merapatkan cardigan yang melapisi piyama tidurnya.

Begitu menuruni tangga, langkah kaki Feli seketika terhenti di anak tangga terbawah, saat sosok yang dirindukan Kimberly akhirnya pulang.

Feli tertegun.

Jika ada penghargaan untuk wanita paling bodoh di dunia, maka Feli yakin dirinyalah pemenangnya. Ya, Feli merasa dirinya memang bodoh. Ia tetap merindukan Archer setelah satu bulan tak bertemu, padahal Feli tahu ke mana pria itu pergi selama sebulan itu.

“Oh. Kamu pulang?” tanya Feli basa-basi dengan ekspresi datar.

Archer menatap Feli sesaat, sebelum akhirnya berpaling ke arah lain dengan malas.

“Di mana Kimberly?” Suara Archer terdengar dingin.

“Tidur.”

Feli berlalu menuju dapur. Archer mengikutinya dengan satu alis terangkat. “Baru jam delapan dan dia sudah tidur?”

“Memangnya harus menunggu jam dua belas malam dulu baru dia boleh tidur?”

Feli menyindir Archer. Sebab biasanya pria itu pulang larut malam ke rumah. Archer adalah CEO muda yang menjalankan perusahaan orang tuanya. Di mata kalangan pebisnis, Archer termasuk CEO yang ‘bersih’ dan berperangai baik.

Mereka tak tahu bahwa di balik topeng malaikatnya itu tersimpan sisi iblis yang Archer sembunyikan rapat-rapat. Ya, satu sisi yang hanya ditunjukkan kepada Feli saja. Karena pada dasarnya Archer memang orang baik terhadap siapapun. Kecuali kepada Feli.

Archer mendengus. Ia menuangkan air putih ke dalam gelas, lalu meneguknya hingga habis.

“Bagaimana kabar wanita itu?”

Alis Archer terangkat, lalu menoleh ke arah Feli dengan ekspresi datar. “Apa maksudmu?”

“Bukankah kamu pergi ke Singapura untuk menemani kekasihmu yang lagi sakit?”

Feli tersenyum pahit saat Archer tampak terkejut dengan pertanyaannya. Feli yakin, Archer pasti tak menduga ia akan tahu, bahwa sebenarnya pekerjaan hanya menjadi alasan bagi Archer untuk pergi ke Singapura.

Feli tahu itu karena satu hari setelah kepergian Archer, Kimberly sempat menghilang dan membuat Feli kelabakan mencarinya. Setelah sepuluh menit mencari di seisi rumah, anak itu ternyata ditemukan tengah bersembunyi di ruangan kerja Archer. Kimberly sedang mencari Archer karena malam harinya Archer tidak sempat sounding dulu dengannya. Archer pergi dadakan dan terburu-buru.

Saat itulah Feli melihat selembar kertas berisi informasi salah satu rumah sakit di Singapura. Awalnya Feli tidak curiga. Namun keesokan harinya, Binar—sahabat Feli, mendapat informasi bahwa Belvina pergi ke Singapura untuk melakukan pengobatan. Dari situ Feli menyimpulkan bahwa Archer memang ke Singapura untuk menemani Belvina.

“Kamu mencari tahu rupanya.” Archer mendengkus pelan. “Bukankah sudah aku bilang padamu untuk nggak mencampuri urusanku?”

“Aku sama sekali nggak berniat mencampuri urusanmu, Archer. Dan sampai kapanpun aku nggak tertarik dengan urusan kalian,” timpal Feli sarkastik. “Silahkan lakukan saja apapun yang kalian mau. Sekalipun kalian mau menikah di belakangku, aku nggak peduli.”

Karena sejatinya rumah tangganya dengan Archer tak pernah benar-benar ada. Feli hanya digunakan sebagai sasaran balas dendam Archer yang sakit hati karena kekasih yang dicintainya harus mengalami kecelakaan hebat, akibat ulah Feli.

Bahkan selama empat tahun ini, Archer masih terus berhubungan dengan Belvina.

Feli tersenyum ironi mengingatnya.

Tanpa Feli sadari, Archer terlihat mengepalkan tangan usai mendengar ucapannya barusan.

“Dia cacat karena kamu, Feli. Ingat itu baik-baik,” desis Archer, membuat Feli yang akan pergi seketika menghentikan langkahnya. Feli berbalik, menatap Archer dengan ekspresi datar.

“Jangan khawatir, aku nggak lupa,” timpal Feli, “terima kasih karena hampir setiap hari sudah mengingatkan aku pada kesalahan yang aku lakukan.”

“Bagus kalau kamu nggak lupa.”

Feli segera berbalik dan ingin segera menjauh dari pria itu. Berhadapan dengan Archer selalu membuat energinya terkuras habis.

“Mau ke mana kamu? Aku belum selesai bicara.”

Ucapan bernada dingin itu mampu membuat Feli menghentikan langkahnya lagi. Archer menghampiri Feli seraya menatapnya dengan tatapan tajam.

Feli benar-benar tak mengerti, apakah Archer tidak bosan selalu menatapnya penuh kebencian setiap kali mereka sedang berdua?

“Apa lagi? Aku lelah. Ingin istirahat,” ucap Feli seraya menghela napas berat.

“Feli, apa karena aku nggak ada di rumah, kamu jadi sesuka hati berkencan dengan selingkuhanmu?!”

***

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
Archer lagi bodoh²nya ini gampang dimanipulasi Belvina
goodnovel comment avatar
Merlinmatondang Idawati matondang
benci tp rindu
goodnovel comment avatar
Gibran Gafi Gibran Gafi
seru banget baca nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status