Share

6. Jalan-jalan

"Iya, Mas," jawab Nayla. "Kamu lama-lama mirip detektif deh," sambung Nayla saat suaminya terus saja bertanya padanya membuatnya sedikit kesal. Namun, Nayla tidak boleh kesal dengan suaminya karena sang suami masih bisa menerima dirinya bahwa saat ini dirinya masih menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

Pagi hari ini Agus dan Nayla hanya sarapan berdua saja, dan pastinya ini menjadi momen yang begitu bahagia bagi Nayla, apa lagi Nayla tidak perlu mendapatkan sindiran dari ke dua mertuanya. Namun, Nayla sudah mendapatkan sakit hati lebih dulu dari ibu mertuanya sejak beberapa saat yang lalu.

**

Pukul 9 pagi, Nayla dan Agus sudah kembali beraktivitas masing-masing, dan saat ini Nayla sedang melakukan pemotretan untuk kontrak.

"Kak Nayla? Halo, Kak? Bisa beralih ke pose berikutnya?" Seorang photografer yang sedari tadi memotret Nayla itu pun sontak berusaha menarik perhatian dari wanita itu.

Pasalnya, tidak seperti di hari-hari sebelumnya. Wanita itu sepertinya tampak sangat berbeda hari ini. Sangat jauh dari Nayla yang biasanya, hari ini Nayla tampak tidak fokus ketika tengah melakukan sesi pemotretan.

"Nona Nayla, Nona! Photografer sedang memanggil dirimu. Kamu masih dalam pemotretan sekarang, fokuslah sebentar saja," tegur Luna selaku asistennya Nayla yang saat ini berdiri tak jauh dari Nayla.

Nayla pun tersadar sesaat setelah mendengar suara teguran dari asistennya itu. Kejadian yang terjadi di rumah tadi, benar-benar membuat Nayla menjadi tidak fokus dalam pekerjaan saat ini, perkataan Ibu mertuanya mulaj mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Namun, demi profesional kerja. Nayla pun berusaha untuk membuang semua pikiran mengganggu itu dari dalam benaknya. Bagaimana pun juga Nayla tidak bisa mempertaruhkan karirnya hanya karena sebuah perkataan suaminya, apa lagi beberapa saat yang lalu, Nayla kembali mendapatkan sebuah pesan dari Ibu mertuanya yang selalu menagih cucu dan cucu.

"Baik, angkat sedikit dagunya, Kak. Tahan beberapa detik. Satu, dua, tiga!" instruksi photografer itu saat akan mengambil foto kedua dari Nayla.

Tak lama setelah itu tampak pria itu yang memeriksa kameranya, mempertimbangkan apakah foto itu sudah pas atau belum.

"Baik. Sekarang Kak Nayla bisa istirahat sebentar. 5 menit lagi kita akan lanjut ke sesi foto yang kedua," ucap photografer itu yang langsung diangguki oleh Nayla.

Nayla pun beranjak dengan sigap sang asisten mengikuti kemana pun wanita itu pergi.

"Air, Nona?" tawark Luna seraya menyodorkan satu botol air mineral dingin pada sang artis.

Nayla sontak melirik ke arah minuman yang disodorkan oleh asistennya, ia lalu mengangguk sebelum akhirnya mengambil alih botol minum itu.

"Terima kasih, Luna. Maaf telah membuatmu menjadi cemas beberapa menit yang lalu," tutur Nayla terdengar tulus. Tentu saja, Nayla merasa turut bersalah karena membuat sang asisten merasa ketakutan dengan dirinya yang tidak fokus ketika pemotretan tadi. Jadi, sudah seharusnya bagi Nayla meminta maaf kepada asistennya itu.

Luna adalah asisten manajemen artis Nayla yang sudah mengabdi padanya dalam kurun waktu yang cukup lama, Luna juga memiliki banyak hutang akibat dari kegemaran wanita itu yang suka menghabiskan uang untuk permainan judi onlinenya. Sebenarnya, Nayla tidak sengaja bertemu dengan Luna saat wanita itu sedang dalam fase ingin menyerahnya. Bahkan sepertinya jika tidak bertemu dengan Nayla kala itu mungkin saat ini hanya tersisa nama wanita itu saja di dunia ini. Dengan hati yang besar, Nayla pun mempekerjakan Luna sebagai asistennya dan memberikan bayaran yang sesuai dengan pekerjaan dari wanita itu. Jadi, tidak heran jika kedekatan Nayla dan Luna sudah seperti saudara kandung saja.

"Anda tidak perlu meminta maaf kepada saya, Nona Nayla. Justru yang harusnya minta maaf adalah saya karena telah berani menegur anda tadi. Saya hanya takut, kontrak anda dibatalkan karena tidak fokus saat pemotretan. Tolong, maafkan saya untuk hal itu. Saya tidak bermaksud untuk berbuat tidak pantas seperti itu," balas Luna yang takut jika Nayla merasa tersinggung dengan sikapnya tadi.

Nayla pun menggeleng menandakan jika apa yang dikatakan oleh Luna tidaklah benar. Luna sama sekali tidak membuat luka apapun di hati Nayla, justru Nayla bersyukur karena berkat teguran Luna ia akhirnya sadar sebelum kontrak dibatalkan.

**

Pukul 4 sore, Agus tiba-tiba saja mengajak istrinya ke mall dengan alasan membelikan kebutuhan istrinya, dan pastinya sang istri akan menerima ajakan Agus. Namun, sebenarnya Agus sedang memberikan waktu lagi atas kejadiannya kertas yang sempat di curigai olehnya, walaupun kertas yang tidak tau isinya apa, tapi Agus yakin jika kertas itu adalah kertas hasil lab setiap Minggu istrinya mengecek kesuburan hormonnya. Agus juga mengajak istrinya untuk jalan-jalan dan menikmati waktu berduaan lagi, waktu yang sudah lama sekali jarang di miliki oleh pasangan suami istri itu, pasangan yang super sibuk sekali.

"Mau es krim?" tawarkan Agus pada sang istri.

Nayla pun tampak mengetukkan jemarinya pada dagu dalam beberapa waktu sebelum akhirnya wanita itu menganggukkan kepalanya cepat.

"Vanila, ya! Double cup!" balas Nayla dengan semangat yang membaranya.

"Mbak, es krimnya dua. Satu rasa vanila sama satu lagi rasa coklat," pesankan Agus pada pelayan yang menjaga stan es krim itu.

Entah sudah berapa lama Nayla dan Agus tidak pergi jalan-jalan bersama. Rasanya ada yang beda saja, ketika pernikahan mereka telah menginjak usia 10 tahun ini dengan pernikahan mereka beberapa tahun yang lalu.

Nayla pun melepaskan gelayutan tangannya pada lengan sang suami, membiarkan Agus menyelesaikan transaksinya dengan pelayan di stan es krim itu.

Tak jauh dari Nayla beranjak kala itu, tiba-tiba saja ia menemukan seorang anak kecil menangis sesegukkan. Nayla mendekatinya, mengusap pelan surai hitam milik anak kecil itu.

"Hei? Kau kenapa? Anak laki-laki itu tidak boleh cengeng dan harus menjadi sosok yang pemberani," tutur Nayla mencoba menenangkan anak kecil itu.

Tatapan mata anak kecil itu lalu berpindah pada Nayla menatap dalam ke arah wanita itu.

"Sayang? Ada apa?" tanya Agus yang telah datang dengan dua es krim di tangannya.

"Mau es krim!" pekik anak kecil itu dengan tatapan berbinarnya.

Agus tersenyum merasakan kehangatan menyelimuti sekitarnya.

"Kamu mau es krim? Suka coklat?" tebak Agus yang langsung membuat anak kecil itu menganggukkan kepalanya cepat.

Agus pun memberikan es krimnya dengan sukarela. Tak lupa, ia juga memberikan es krim milik Nayla.

"Terima kasih, Om. Tante juga terima kasih. Kalian berdua sangat baik. Pasti anak kalian akan merasa beruntung telah memiliki orang tua seperti kalian. Sekali lagi, terima kasih Om, Tante!" tutur anak kecil itu membuat Nayla dan Agus merasakan adanya hantaman ribuan belati pada dadanya.

Keduanya bergeming, pancaran kesedihan terlihat jelas di kedua mata pasangan suami-istri itu.

"Bagas! Ya ampun, Nak. Kamu kemana saja! Ibu mencarimu kemana-mana," panik orang tua anak kecil itu yang lalu berterima kasih kepada Agus dan Nayla.

Nayla tampak tetap memfokuskan pandangannya pada kepergian anak kecil itu seperti ada luka yang dalam saat menyadari anak itu tidak lagi di sisinya. Agus yang menyadari hal itu segera merangkul Nayla seraya menguatkannya.

"Kita akan berusaha lagi, jangan bersedih," tutur Agus mencoba menghentikan mimik sedih di wajah istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status