Share

5. Agus Meminta Maaf

"Permisi, Nyonya dan Tuan." Suara itu berasal dari luar kamar Nayla dan Agus, dan pastinya suara itu adalah suara dari asisten rumah tangga keluarga Setiawan.

"Ada apa, bi Nani?" tanya Nayla pada suara yang sudah mengetuk pintu kamarnya.

Nani adalah asisten rumah tangga di sini, Nani sudah lama menjadi pembantu di sini dengan keluarga Setiawan.

"Maaf, di luar sudah ada Pak Andi," jawab Nani dengan suara pelan.

Andi adalah asistennya Agus yang merangkap seperti sekertaris juga di kantornya, dan entah kenapa Andi ke rumahnya Agus.

"Runggu di ruang tamu saja!" titah Agus pada sang bibi.

"Baik, Tuan." Nani langsung pergi begitu saja dari pintu kamar ke dua majikannya, walaupun pintu itu tidak tertutup rapat, tapi Nani tidak berani langsung masuk ke dalam kamar majikannya.

Setelah Nani pergi, Agus dan Nayla saling menatap satu sama lain, dan pastinya Agus masih penasaran dengan kertas yang saat ini sudah di genggam oleh Nayla.

"Nanti malam, aku membutuhkan penjelasan dari kamu!" tegas Agus pada istrinya, dan sang istri hanya mengerjap mata dengan kepala yang sudah mengangguk.

Agus yang tidak mau berdebat langsung melangkah pergi begitu saja dari ruang kamar, dan pastinya Agus tidak mau membuat asistennya menunggu lama di bawah sana.

"Huh." Nayla bernapas lega saat suaminya sudah pergi dari hadapannya.

Nayla bergegas memasukkan kembali kertas itu di dalam kotak persembunyiannya di dalam lemari, dan pastinya Nayla tidak berniat untuk memberitahu masalah kertas itu pada suaminya.

**

Pukul 7 malam di sebuah hotel mewah. Agus sengaja membawa istrinya ke sebuah hotel, dan di sana Agus meminta maaf pada istrinya atas kejadian kertas sekaligus surat lab dari rumah sakit milik istrinya. Agus pastinya berpikir jika kertas itu berasal dari pengecekan istrinya setiap beberapa Minggu sekali untuk cek up ke Dokter, dan pastinya sang istri semakin sedih saat mengetahui jika Agus meminta maaf lebih dulu padanya.

"Terima kasih untuk makan malam ini," ucap Nayla pada suaminya, dan pastinya Nayla begitu bahagia dan sangat beruntung memiliki suami seperti Agus, apa lagi suaminya masih tidak mengetahui fakta yang sudah di sembunyikan olehnya.

"Sama-sama." Agus pastinya senang bisa membawa istrinya ke hotel.

Di hotel mewah, Agus dan Nayla tidak hanya makan malam bersama, tapi mereka akan inap selama satu malam di hotel, dan pastinya mereka berdua akan menikmati masa-masa berduaan di hotel tanpa adanya Ayu dan Agung selaku orang tuanya Agus.

***

Dua hari kemudian, seperti biasa Nayla menyajikan menu sarapan untuk suami dan ke dua mertuanya.

"Selamat pagi, Bu," sapa Nayla pada ibu mertua yang saat itu berjalan menuju meja makan, tempat di mana Nayla berada.

Dengan tatapan sinisnya, Ayu terlihat berlalu begitu saja tanpa membalas sapaan yang di layangkan oleh Nayla. Sekarang bahkan matahari saja belum naik sempurna, tapi wanita berusia lanjut itu sudah memudarkan semangat Nayla pagi-pagi seperti ini.

"Akan lebih baik jika aku meminum racun asalkan aku mendapatkan ketenangan dari pada harus memakan sarapan buatanmu yang tidak kunjung memberikan keturunan untuk keluargaku! Jangan pernah lupa jika menjadikanmu menantu di keluarga ini selamanya akan menjadi keputusan terburuk yang aku ambil," tutur Ayu benar-benar menyakiti hatinya Nayla.

Dengan tanpa adanya rasa bersalahnya, Ayu pun melangkah pergi begitu saja. Meninggalkan meja makan seakan jelas menandakan jika wanita itu tidak ingin makan bersama menantunya lagi.

Pandangan mata Nayla pun seketika mengabur, seperti ada kabut tebal yang tiba-tiba saja mengganggu penglihatannya. Hatinya kembali terasa sesak dan sakit, seolah ada ribuan belati yang menancap tak ingin lepas dari jantungnya. Nayla pun lantas memejamkan matanya cukup lama, genangan air yang sangat banyak pun kini membasahi ke dua pipinya dalam satu kali pejaman mata.

"Gak, Nayla! Kamu gak boleh bersikap lemah seperti ini. Hal yang wajar kalau Ibu merasa kesal dan marah sama kamu karena gak bisa kasih keturunan buat dia. Kamu harus kuat, Nayla. Apa yang Ibu katakan semuanya adalah kebenaran, lalu bagaimana mungkin kamu bisa menjadi lemah? Kamu harus tetap tenang dan baik-baik aja. Mas Agus pasti sebentar lagi akan turun untuk sarapan. Kamu gak bisa terlihat kacau dan akhirnya bikin dia curiga kalau kamu habis nangis, sudah cukup pertengkaran antara Mas Agus dan Ibu di hari-hari yang lalu. Hari ini jangan sampai di ulangi lagi, sudah cukup keributan terjadi di hari hari-hari lalu, jangan lagi di hari ini," gumam Nayla seraya menghapus cepat jejak air mata yang ada di ke dua sisi pipinya.

Nayla pun tampak mendongak berusaha menahan agar air matanya tidak lagi menetes sekarang, tidak ingin pikirannya tetap stuke di tempat hingga akhirnya kesedihan tidak bisa ia tampung kembali, Nayla pun mencoba untuk menyibukkan dirinya. Nayla yang biasanya hanya memasak nasi goreng biasa, kini sengaja di tambahkannya dengan berbagai macam sayur dan lainnya untuk ke dua mertuanya. Namun, lihatlah pengorbanan Nayla memasak untuk mertuanya seperti tidak ada harganya.

"Selamat pagi, istriku! Hei? Kamu masak semua ini sendirian? Ibu kemana? Biasanya kan kamu selalu masak sama Ibu, kan?" tanya Agus seraya mengecup singkat kening sang istri setelah memberikan banyak sekali pertanyaan pada sang istri.

Nayla yang saat itu baru meletakkan toples kecil berisikan kerupuknya pun tampak mengembangkan senyuman hangatnya.

"Hmm, Ibu tadi bilang kalau dia ada urusan gitu. Jadi, dia mau sarapan bareng sama temen-temennya aja. Sekalian bahas urusan penting mereka, tadi Ibu sempet mau bantuin masak juga tapi langsung aku larang karena Ibu kelihatannya lagi buru-buru," jawab Nayla penuh dengan kedustaan pada suaminya sendiri.

Tampak tak lama setelah itu, tatapan mata Agus pun sengaja dipicingkan oleh pria itu. Seolah dirinya berusaha menyelidiki apakah benar yang wanita itu ucapkan atau justru wanita itu membohonginya? Wanita yang sudah menjadi istrinya selama 10 tahun ini.

"Kamu pengusaha, Mas! Bukan detektif! Jadi berhenti buat menyelidiki aku dengan asumsi kamu yang aneh itu!" tegas Nayla kembali seraya menepuk pelan pipi sang suami, dan pastinya Nayla begitu paham dengan tatapan aneh suaminya pada dirinya.

Agus pun sontak berlagak seperti baru saja ditampar keras oleh istrinya, ia terus mengusap-usap pipinya seakan memberikan kode lain terhadap sang istri.

Tak ingin memperpanjang segalanya, Nayla pun langsung saja mengecup cepat pipi di mana telah ditepuk pelan oleh Nayla sebelumnya itu.

Setelah mendapatkan apa yang ia mau itu, barulah Agus mengembangkan senyuman lebarnya. Kembali pada tempat duduknya guna menikmati sarapan yang telah dibuatkan oleh sang istri.

"Ayah juga ikut pergi dengan Ibu?" Agus kembali bertanya pada istrinya setelah dirinya duduk di kursi yang biasa ia duduki.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status