Luna yang ternyata selama kedatangan dua preman di rumahnya itu tengah bersembunyi di dalam kamarnya pun bergegas keluar ketika ia tak sengaja mendengar samar-samar suara bos-nya."Nona Nayla? Kau? Ada disini?" tanya Luna dengan nada suara yang terbata-bata.Nayla lalu melepaskan pelukannya dari tubuh gadis yang masih terlalu syok dan takut akan dua pria bertubuh besar yang membentaknya beberapa menit lalu itu. Tatapan Nayla sontak berubah menjadi sedikit lebih tajam, ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Luna yang terkesan seperti menumbalkan adiknya sendiri. "Apa-apaan ini, Luna? Kenapa kau membiarkan gadis ini sendirian menghadapi dua preman tadi? Apa kau susah kehilangan akal sehatmu? Apa kau tidak mencemaskan bagaimana keadaannya? Dia tengah ketakutan sekali saat ini. Kau justru malah bersembunyi di dalam kamar. Tanpa ada perasaan empati pada adikmu sendiri," tegas Nayla yang mengutarakan rasa tidak sukanya dengan sikap Luna.Luna pun
Plak! Suara tamparan yang cukup keras terdengar menggema di seluruh sudut rumah yang bisa dibilang sederhana itu.Tatapan mata Luna pun seketika menajam. Ada siluit penuh api yang terlihat di kedua bola matanya."Apa yang kau katakan? Hm? Beraninya kau mencoba untuk menolak keputusanku. Apa selama ini yang membeli beras saat habis adalah dirimu? Apakah yang membeli token listrik ketika lampu padam adalah dirimu? Selama ini, aku tidak pernah meminta hal besar kepadamu. Baiklah begini saja. Ikuti keputusanku untuk menikah dengan Tuan Agus atau kau akan ku jual kepada bos rentenir penagih hutang itu?" ancam Luna kepada sang adik agar mau mengikuti segala perintah yang keluar dari mulutnya.Lagi dan lagi, Citra dibuat tak percaya dengan segala ucapan yang terlontarkan dari mulut sang kakak. Hanya demi sebuah harta, kakaknya sampai rela melakukan semua ini.Bulir-bulir air yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk matanya pun seketika jatuh tak bisa membendungnya lagi.Hatinya teras
Citra bergeming. Ia seolah kehabisan kata-kata dan tindakan untuk memberikan respon pada wanita yang telah menangis tersedu-sedu memohon di depan wajahnya saat ini.Citra juga merasa bingung harus mengambil keputusan yang bagaimana sekarang. Di satu sisi, Citra merasa ia tidak bisa menolak permohonan dari seorang wanita di mana ia sendiri juga wanita. Citra sontak memposisikan dirinya bagaimana dikala berada di posisi Nayla saat ini.Pasti akan sangat menyedihkan jika terus ditanya perihal kapan memiliki keturunan sementara dirinya sendiri bukanlah yang mengendalikan segala kehidupan dan adegannya. Akan tetapi, di lain sisi Citra juga memikirkan tentang masa depannya. Ia tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana jika harus menjadi seorang istri kedua yang tepatnya seperti istri yang hanya dijadikan sebagai tempat pemberi keturunan.Mungkin masa depan Citra akan lebih terjamin karena Nayla pasti akan memberikan bayaran yang tidak murah untuknya. Namun, bagaimana jika nanti akan ad
Luna kini tampak pulang ke rumahnya dengan raut wajah yang terlihat begitu kusut. Aliran darahnya terasa mendidih panas setiap kali benaknya menampilkan wajah adik tirinya itu.Sumpah demi apapun, Luna ingin sekali rasanya menghabisi nyawa adik tirinya itu. Ingin sekali ia melenyapkan Citra jika saja hal itu tidak akan membuatnya masuk ke dalam bui bernamakan lain penjara itu."Sial! Kenapa sih anak itu sama sekali tidak ingin menuruti apa yang aku katakan. Jika saja dia mau mendengarkan apa yang aku perintahkan. Aku pasti sudah bisa hidup dengan bergelimangan harta sekarang. Aku pasti bisa dengan bebas kembali bermain judi tanpa khawatir dengan para rentenir gila yang selalu saja menagih hal yang tidak-tidak padaku!" geram Luna kesal yang langsung membanting vas foto di mana ada wajah Citra yang tengah tersenyum bahagia di sana.Persetan dengan foto itu, yang pasti saat ini Luna hanya ingin menyalurkan dan melampiaskan segala amarah yang sudah menguasai dirinya itu.Emosinya terus sa
"Pak Agus? Pekerjaan hari ini saya rasa sudah selesai dilaksanakan semua. Apakah anda tidak akan kembali ke rumah anda?" tanya Andi terdengar begitu hati-hati takut akan membuat sang atasan menjadi marah.Andi tau, pasti telah terjadi sesuatu di dalam rumah tangga sang atasan. Bekerja dengan waktu yang sudah sangat lama membuat Andi merasa sudah cukup hafal dengan sikap sang atasan. Agus akan menjadi seperti sekarang yang merasa malas untuk pulang karena sengaja ingin menghindar dari keluarganya.Agus bergeming, ia tetap fokus pada layar laptop yang ada di depannya. Terus mengetikkan sesuatu yang Andi sendiri tidak tau apa yang sedang dikerjakan oleh atasannya itu.Dengan memberanikan diri, takut jika istri dari atasannya itu merasa khawatir akan suaminya yang tak kunjung pulang, Andi lalu mendekat ke arah meja kerja atasannya itu.Tanpa menunggu perintah dari Agus yang mengizinkan untuk dirinya duduk atau tidak, Andi langsung saja mendaratkan tubuhnya pada kursi yang ada di depan A
Apa yang semalam dikatakan oleh istrinya benar-benar membekas di dalam benak Agus. Ia sama sekali tidak bisa fokus dan bekerja dengan baik sekarang. Kalimat di mana sang istri telah menemukan calon pilihannya pun membuat Agus terus saja terpaku pada kalimat itu.Entah siapa sosok yang akan dijodohkan oleh istrinya kepada dirinya yang pasti Agus benar-benar merasa terganggu akan semua hal itu.Mana mungkin Agus akan mengkhianati rumah tangganya yang sudah terjalin 10 tahun lamanya. Bukan hal yang mudah dalam mempertahankan hubungan rumah tangga hingga genap di angka 10.Bahkan banyak di antara rekan Agus yang justru hanya mampu bertahan selama 5 tahun sementara mereka dikaruniai dengan buah hati yang tidak hanya satu anak saja. Sementara di dalam rumah tangga Agus, mereka bahkan tidak diberikan berkat berupa buah hati oleh Tuhan namun nyatanya mereka sanggup mempertahankan semuanya dengan bermodalkan saling percaya.Agus mungkin bisa mengatakan semua itu dengan gamblang tetapi selama
Setelah kepergian dari suami Nayla itu, Citra tampak termenung dalam beberapa saat. Samar-samar masih terdengar jelas di telinganya setiap kalimat yang diucapkan dengan begitu lancar pada Citra.Citra benar-benar merasa tak tau lagi harus bagaimana sekarang, bertemu dengan pria yang rencananya akan dinikahkan dengannya itu membuat sebuah dilema baru membuat Citra hampir bingung harus memutuskan apa.Dari pancaran yang terlihat melalui kedua mata milik Agus itu membuat Citra benar-benar sangat yakin, jika antara Nayla dan Agus mereka berdua sungguh saling mencintai. Sama seperti pasangan lain, Citra yakin jika kedua orang itu juga tidak ingin sampai ada orang asing yang hadir di dalam pernikahan mereka. Citra merasa jika Nayla adalah wanita paling beruntung di dunia ini karena diberikan wajah yang begitu cantik dan karir yang sukses. Bahkan, Nayla juga diberikan seorang pasangan yang sangat tampan dan baik seperti Agus. Namun, hanya satu yang menjadi kecacatan dari semua kesempurnaa
Nayla kini terdiam, menatap lurus ke arah hamparan rumput hijau yang memenuhi seisi atensinya itu.Helaan nafas yang begitu berat terdengar keluar dari mulut wanita itu. Ia merasa bingung harus berbuat seperti apalagi sekarang. Berbagai cara sudah ia coba namun keputusan Citra masih tak kunjung berubah."Apa lagi yang harus aku lakukan agar gadis itu mau merubah keputusannya? Aku sudah memohon padanya lalu apa lagi yang ia inginkan? Duhai sang pencipta langit dan bumi serta seisinya ini, tolong tunjukkan jalan yang terbaik atas semua takdir yang telah kau tetapkan untuk kisah hidupku ini. Luluhkan lah hati gadis itu agar tidak lagi sekeras batu yang menolak tawaranku," batin Nayla berharap penuh jika doanya akan segera di dengar oleh sang maha pencipta.Keheningan pun seketika kembali menyelimuti dirinya kala itu. Nayla sengaja memilih duduk di atas hamparan rumput hijau itu demi menenangkan pikirannya yang benar-benar sangat kacau itu.Ada begitu banyak hal tak terkendali yang menunt