Share

Bab 5 Kepergian Alisa Adtya Sakit

Alisa melihat kearah sekitar, malam yang gelap membuatnya sedikit merasa takut untuk melangkah. Namun ia ingat akan semua hal yang terjadi selama pernikahannya.

******

"Sial! Kau pergi meninggalkan aku karena ingin mengejar wanita itu, Mas. Tidak akan aku tidak akan membiarkan kau di miliki siapapun, kamu dan Aditya adakan milikku dan akan tetap menjadi milikku, " ucap kesal Reni yang kini sudah berada di apartemennya.

"Kau kenapa? datang-datang sudah marah seperti ini, bukankah kau mengatakan kalau kau bertemu dengan Darma?" Tanya tantenya Reni yang kini bermalam di apartemen Reni.

"Aku bertemu dengan Darma dan istrinya tante, Apakah tante tahu, Darma meninggalkan aku sendirian di restoran karena dia mengejar wanita itu, bukankah tante bilang kalau selama ini Darma tidak pernah terlihat bersamanya, tapi kenapa sekarang seperti ini tante, bukankah tante bilang kalau Darma masih tergila-gila denganku? " tanya Reni dengan nada kesal, terlihat jelas kemarahan dari sorot matanya.

"Itu benar, Reni. Coba kau pikirkan, bahkan Darma tidak pernah memperkenalkan istrinya pada rekan bisnisnya, dia hanya di jadikan pengasuh untuk anakmu, tante yakin kalau Darma melakukan itu untuk membalas sakit hatinya padamu. " Ucapan sang tante mampu meredam amarah Reni, Reni berfikir dan membenarkan apa yang tantenya katakan. Senyuman terlihat jelas di bibir Reni, lalu ia memeluk tantenya.

"Sayang, sekarang Darma ada di posisi tertinggi di dunia bisnis, bahkan kota ini di kuasai oleh bisnisnya, kau jangan sampai melakukan kebodohan lagi, Kau sudah cukup bersenang-senang di luar, ambil hati Darma dan anakmu, kuasa Darma saat ini. Dulu Darma bahkan rela melawan orang tuanya hanya demi dirimu kau gunakan lagi taktik itu untuk mendapatkannya lagi, "ucap tantenya Reni.

Terkadang manusia terlambat untuk menyadari kesalahannya namun mereka tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.

Darma melihat keseluruh ruang kamarnya. Ia merasa kesunyian ketika tidak ada Alisa.

Alisa yang selalu menyiapkan semua keperluannya, air hangat, baju tidur, minuman diatas nakas, semua Alisa lakukan tanpa ia minta namun saat ini, tidak ada perhatian itu.

Darma menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk menghindari ingatannya yang selalu tertuju pada Alisa.

Disisi lain, Alisa mengetuk sebuah rumah kecil.

"Ya Allah, Alisa. Kau bersama siapa, Nak? " Tanya wanita paruh baya seraya keluar dari rumahnya dan melihat kearah sekitar.

"Alisa sendirian, Bu."

Ibu Aminah tidak bertanya lagi, ia mengerti hanya dengan melihat mata Alisa.

"Masuklah, Nak!" ajak Bu Aminah seraya merangkul pundak Alisa.

Bu Amina membuatkan minuman hangat untuk Alisa.

"Minumlah dulu, Nak. Lalu kau istirahatlah! " ucap Bu Amina

"Terimakasih, Bu, " ucap Alisa dengan terus menundukkan wajahnya. Alisa sangat tahu, jika dirinya tidak bisa menyembunyikan apapun dari Bu Amina.

Sosok ibu kedua setelah ibu Panti yang merawatnya.

"Kamarnya sudah ibu bereskan, Istirahatlah dan jangan banyak berfikir. Ibu tidak akan bertanya apapun, ibu akan tunggu kamu siap untuk menceritakan semuanya pada Ibu, " Ucap Ibu Aminah.

"Terimakasih banyak ya, Bu. Maafkan Alisa karena sudah menyusahkan ibu lagi, " Ucap Alisa.

"Tidak nak, istirahatlah! " Ucap Bu Aminah.

Alisa pun masuk kedalam kamar yang sudah di sediakan oleh ibu Amina.

Waktu seolah berjalan dengan begitu cepat, Alisa menunaikan ibadah ketika adzan shubuh terdengar beberapa menit yang lalu. Alisa menumpahkan segala lukanya diatas sajadah yang ia hamparkan. Ia berharap akan bisa mendapatkan ketenangan ketika hatinya gelisah.

Ia menangis seraya menengadahkan kedua tangannya, berharap Tuhan memberikan tambah terbaik untuknya.

"Ya Allah, jika mas Darma adalah jodohku, maka dekatkanlah ia padaku, jika dia buka jodohku, berilah hamba ketabahan dan keikhlasan untuk melepaskan ikatan suci ini. Maafkan hamba karena menyerah dan tidak sabar akan cobaan yang suda engkau berikan, berilah yang terbaik untuk kami jagalah dia, Aditya dan Nenek serta kedua mertuaku, jauhkan mereka dari niat jahat seseorang, ku ikhlashkan takdirku di tangan-Mu ya Robby. " Do'a demi Do'a Alisa panjatkan hingga tanpa sadar, matahari sudah menampakkan cahayanya, namun tangisannya masih belum terhenti.

Bu Amina melihat sebentar, ia tahu bahwa ini adalah keputus'asaan pertama kali seorang Alisa. Alisa tidak pernah menyerah dalam segala hal, namun saat ini Bu Amina menyaksikan sendiri ketidak berdayaan putri kesayangannya itu.

*

**

***

"Papa, Mama mana? Aditya cari gak ada? " Tanya Aditya ketika melihat ayahnya turun dari kamarnya, seketika tatapan Darma langsung tertuju pada Neneknya, namun neneknya mengabaikannya, ia ingin Darma sendiri yang menjelaskan pada Aditya tentang keberadaan Alisa.

"Mmmm, Mama sedang pergi jenguk ibu dan adik-adiknya, kita nanti akan menjemput Mama ya, tapi hari ini, Papa ada pekerjaan yang sangat penting, Aditya pinter kan? jadi Aditya tunggu Papa beresin pekerjaan Papa, lalu nanti kita jemput Mama, Bagaimana? " Tanya Darma seraya mensejajarkan tubuhnya dengan sang Putra.

"Papa kerja saja, Aditya bisa datangi Mama bersma nenek dan pak ujang, iya kan, Nek? " Tanya Aditya seraya menoleh kearah Neneknya.

"Aditya bareng Papa saja ya sayang, Nanti Mama sedih kalau bukan Papa yang jemput," ucap sang nenek.

"Kemarilah, kita sarapan dulu, " ajak sang nenek, namun terlihat jelas kekecewaan di wajah Aditya.

Ketika hati sudah terikat satu sama lain, kesedihan akan datang ketika kita terpisah.

Pagi ini Alisa berjalan-jalan dengan Bu Amina seraya mencari sayuran. Rumah Bu Amina berada di pinggir kota, sehingga akan banyak persawahan yang terbentang dengan begitu indah.

"Kamu ingat, Lis? Saat kau pertama kali keluar dari panti, banyak pengurus panti yang merasakan kehilangan, kau adalah penyemangat kami semua, kau adalah kebahagiaan kami semua, jadi apapun yang terjadi tetaplah menjadi kekuatan kami, " ucap Bu Amina.

"Cobaan dalam hidup pasti akan di lewati semua orang, tapi mereka menghadapinya dengan cara yang berbeda, jangan sampai kita di kuasai oleh ego dan emosi, hadapi semuanya dengan kepala dingin, kau adalah Alisa kami, kau pasti bisa melewati semuanya dengan baik, " ucap bu Amina.

"Alisa hanya butuh ketenangan untuk sementara, Bu. Alisa hanya ingin menenangkan hati Alisa yang selalu gelisah dan marah, Alisa tidak ingin, ketidaknyamanan dan ketidak berdayaan Alisa malah menyakiti hati yang lain, " ucap Alisa seraya menatap bu Amina.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Adnan Khiar
Keren banget kak, suka dengan karyanya
goodnovel comment avatar
Azam Anan
Keren banget kak. lanjutkan
goodnovel comment avatar
Azam Anan
bagus. darurat awal aku suka. lanjutkan dan semangat kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status