Share

Bab 2 Kedatangan Reni

Setelah itu, Alisa melihat Darma masih bersikap biasa, hingga ia pun merasa lega.

Namun, ia melihat Darma seperti mencari sesuatu.

Pria itu terus saja bolak-balik ke laci nakas, bawah meja, bahkan laci meja rias.

Semua Darma buka satu per satu, tanpa ada niatan bertanya pada Alisa.

Padahal, pria itu tahu jika semua yang ada dalam kamar itu sudah Alisa kuasai karena hanya dialah yang membereskan kamar itu tanpa bantuan seorang pembantu pun.

"Mas cari apa, mungkin aku bisa bantu?" tanya lembut Alisa.

"Berkas yang tadi malam aku letakkan di atas meja," jawabnya ketus, tetapi wanita itu tak memedulikannya.

Segera saja, Alisa ke laci nakas

Ia langsung mengambil berkas yang Darma maksud. "Apakah ini berkasnya?" T

Pria itu sontak mendekati Alisa dan mengambil berkas itu dengan kasar. "Aku sudah mengatakan, jangan pernah sentuh barang-barangku," ucap Darma seraya berlalu.

Alisa tertegun dengan kalimat yang Darma lontarkan.

Bukankah semua barang-barangnya, Alisa yang menyimpannya, lalu bagaimana bisa, Darma mengatakan hal seperti tadi?

Lagipula, Alisa melakukannya karena kemarin Darma tertidur di daerah meja kerja bersama berkas itu. Padahal, tak jauh dari sana, ada secangkir kopi.

Wanita itu takut tangan Darma mengenai gelas yang bisa jadi akan tumpah di berkasnya.

"Sampai kapan aku harus bertahan?" lirihnya tanpa sadar.

Alisa menggelengkan kepala kala mengingat banyak wanita-wanita di luar sana yang cemburu padanya tahu kelakuan pria tampan dan kaya idola mereka itu.

Mereka tidak tahu jika wanita yang mereka cemburui sudah lama ingin pergi, tapi tak tega pada anak kecil dan wanita tua yang memiliki penyakit jantung itu.

Hari-hari Alisa hanya bisa dihabiskan dirumah dengan menemani Nenek dan Aditya. Bisa dikatakan, ia adalah pengasuh gratisan di kediaman Darma.

Kini Alisa berada di halaman belakang, yang mana ada beberapa permainan untuk Aditya.

Bayangan pesan antara Darma dan mantan istrinya masih saja teringat jelas di ingatan Alisa.

"Mama... Aditya bisa naik, Ma... " teriak Aditya menyadarkan Alisa dari lamunannya.

Melihat Aditya yang memanjat dengan tinggi, Alisa langsung mengusap air matanya dan langsung menghampirinya.

"Sayang jangan terlalu tinggi ya, nanti Aditya jatuh bagaimana?" ucap Alisa membujuk Aditya untuk turun.

Di sisi lain, Darma sudah tiba di kantornya.

Pria tampan itu seketika disambut oleh senyum ramah resepsionis. "Tuan Darma, ada seorang wanita yang sudah menunggu anda di ruangan Anda, saya sudah melarangnya, namun ia mengatakan kalau dia adalah orang yang paling penting untuk Anda." 

Seketika Darma tahu siapa orang itu.

Hanya wanita itu yang bisa melakukan ini.

"Baiklah, kau lanjutkan pekerjaanmu," ucap Darma, setelah itu ia pun berlalu menuju ke ruangannya.

Sosok wanita berpakaian ketat di dekat jendela ruangannya seketika menyambut pria itu.

"Kau kembali juga. Apakah kau sudah puas hidup di luar?" tanya Darma dingin.

Tanpa malu, wanita itu tersenyum. "Aku kangen loh, Mas. Jangan bahas yang lain ya.... " ucapnya sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Darma.

Namun, pria itu langsung melepaskan tangan itu dengan pelan. "Kau sudah bukan istriku lagi, Reni. Jadi jaga sikapmu,"  peringatnya.

"Tapi aku tahu kalau kau masih mencintaiku, mas. Kau menikah karena kau ingin aku kembali, kan?" tanya Reni dengan percaya diri.

Darma menggelengkan kepalanya tak percaya. "Kau sangat percaya diri sekali, Ren. Apakah kau pernah berfikir dengan perbuatanmu? Bukan hanya aku yang kau tinggalkan, tapi ada bayi yang kau lantarkan hanya karena ego-mu." 

"Dan aku kembali karena aku menyesal, Mas. Aku kembali untuk menebus semua kesalahan yang aku lakukan, Mas. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," ucap Reni seraya memeluk Darma dari belakang.

"Aku sudah memberimu waktu dua tahun untuk menyadari kesalahanmu, tapi sekarang kau sudah terlambat, Reni. Aku sudah menikah dan anak itu sudah memanggil istriku itu Mama. Lalu, untuk apa lagi kedatanganmu ke sini?"

Ia mengabaikan nada dingin dalam suara pria itu. "Untukmu, Mas. Tidak apa-apa jika anak itu memanggilnya Mama, biarkan saja, aku ikhlas berbagi anak dengannya, tapi kau hanya untukku mas, aku tidak rela jika berbagi kamu dengannya," ucap Reni seraya menyandarkan kepalanya di punggung belakang Darma.

Kini Darma tersenyum smirik, melepaskan tangan Reni dari perutnya. 

Dulu, ia tak mengerti megapa orang tuanya yang tidak menyetujui pernikahan Darma dan Reni--kini malah memberi restu untuk Alisa. Padahal,  Reni jelas lebih modis dan cantik, kalah dengan Alisa yang dari kampung dan sederhana. Tapi, sekarang ia mengerti.

"Kau masih sama Ren, kau masih sama egois," ucap Darma seraya menatap Reni.

"Bagaimana kalau aku yang tidak menginginkanmu?" tanyanya retoris, "Bagaiaman kalau aku sudah jatuh cinta pada wanita itu?"

Reni seketika tertawa "Mas, aku tahu kamu, aku tahu tipe-mu, Mas. Wanita itu jauh dari tipe-mu, lihatlah penampilannya, tidak ada yang bisa mas banggakan darinya," ucapnya menghina penampilan Alisa yang berhijab.

"Banyak hal yang bisa aku banggakan darinya, dengan penampilannya yang seperti itu, tidak akan ada pria lain yang melihat kecantikannya, dia menyembunyikan keseksian tubuhnya dan hanya memperlihatkannya padaku, dia cantik, Reni. Kau jangan salah menilai wanita itu, sekarang... Kau datang-pun sudah percuma, " ucap Darma berbohong.

Hanya saja, itu mampu membuat Reni terdiam.

Tentu saja, Alisa tak tahu kejadian itu.

Ia masih fokus dengan tugasnya mengasuh sang anak sambung.

Seperti saat ini, Alisa sudah memandikan Aditya.

Tubuh bocah itu sudah harum.

Seperti adik-adiknya di panti, wanita itu tak lupa memberi Aditya bedak yang tebal dan olesan minyak telon di tubuhnya.

"Sekarang, Aditya diam di sini ya, jangan kemana-mana! Mama mau mandi dan sholat dulu," ucap Alisa yang kini meletakkan Aditya di atas ranjangnya.

"Baik, Mama," ucap Aditya seraya tersenyum pada Alisa.

Bocah itu pun bermain mainan yang ia bawa dari kamarnya.

Sementara itu, Alisa membersihkan diri lalu menunaikan kewajibannya.

Namun... ketika Alisa masih sholat, pintu kamarnya terbuka.

Darma datang lebih cepat dari biasanya.

Lagi dan lagi Darma melihat Alisa yang menunaikan sholat.

Ketika Aditya ingin berteriak memanggilnya, Darma memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Sssttttt ...."

Darma melangkah dengan begitu pelan--tak ingin mengganggu ibadah Alisa.

Pria itu langsung menggendong Aditya dan membawanya keluar dari kamarnya.

Alisa tentu tak sadar itu.

Kala sudah selesai, ia terkejut karena tidak melihat Aditya di ranjangnya.

"Aditya, sayang... Kamu dimana Nak?" panggil Alisa seraya mencari anak sambungnya itu.

Perasannya sudah sangat cemas.

Bagaimana jika Aditya turun ke bawah?

Selama ini, Alisa tidak membiarkan Aditya turun sendirian, karena tangga rumahnya ini sangatlah tinggi dan itu sangat berbahaya bagi anak sekecil Aditya.

Alisa segera mencari ke setiap ruangan di lantai atas. Namun, anak itu tak juga ia temukan.

"Jangan bikin mama cemas," lirihnya mulai frustasi, "ya Allah, di mana Aditya?" 

"Hahahha...."

Sayup-sayup suara bocah itu terdengar.

Pencarian Alisa pun terhenti ketika ia melihat Aditya tengah bercanda dengan ayahnya. 

Hanya saja, tatapannya mendadak bertemu dengan tatapan Darma.

Deg!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adnan Khiar
Saya suka, Tapi saya tidak suka dengan Reni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status