Share

Part 5

Bukannya menjawab justru Alex hanya diam seperti orang sedang berpikir sesuatu. 

"Lex, kalau lo emang gak cinta sama Sarah, untuk apa lo itu masih mempertahankan pernikahan lo? Sedangkan lo sama sekali gak pernah diperlakukan selayaknya seorang suami dan lo juga gak pernah dikasih jatah sama dia! Kalau kata gue sih bye istri kaya gitu," dumel Irfan, sedangkan Alex terus memijit keningnya yang terasa pusing karena memikirkan Sarah. 

"Nih, minum dulu kopi biar gak makin pusing!"

"Thank you, Fan." Alex meraih cangkir itu lalu meneguk nya. 

"Helloww, Syila pulang!" teriak Syila di ambang pintu.

 Ningrum yang mendengar langsung lari menghampirinya. 

"Saya bantu lepaskan, Non." Ningrum segera melepas pantofel yang Syila pakai, tapi Syila langsung menepis tangan Ningrum. 

"Ya ampun, Kak! Syila bisa buka sendiri, lohh. Gak perlu seperti ini, Kak!" 

"Tidak apa-apa, Non! Sudah tugas saya untuk melayani Non Syila. Jadi, biarkan saya untuk melakukannya." Syila menghembuskan nafas kasar. 

Ia sedang malas berdebat jadi ia membiarkan Ningrum melepaskan pantofel dan kaos kaki miliknya. 

"Non, mau saya buatkan es jeruk?" tawar Ayu yang baru saja datang dari dapur.

"Wah, boleh Kak! Tapi, apa gak merepotkan?"

"Tidak ada yang direpotkan, Non. Ini tugas kami." Ayu pamit pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. 

"Ah, kalian kenapa baik sekali sama Syila? padahal Syila juga sama seperti kalian berasal dari kalangan bawah. Rasanya Syila gak pantas mendapatkan perilaku seperti ini...hiks…."

 Syila terharu dengan perilaku kedua asisten nya itu terhadap dirinya, bukan ia tak bersyukur mendapatkan ini semua. Hanya saja,  Syila selalu ingat bahwa dirinya terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, walaupun begitu Syila selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh. 

"Non, Non kenapa menangis lagi? Kiita duduk di kursi meja makan saja ya, Non," ajak Ningrum sembari menuntun Syila ke meja makan. 

Ayu yang baru saja selesai membuat minuman terkejut ketika melihat Syila menangis. 

"Loh, Non Syila kenapa?" tanya Ayu tidak kalah paniknya. 

"Syila tidak apa-apa kok, Kak. Syila hanya sedih. Hidup Syila sekarang mulai membaik, walaupun Syila mengalami nasib buruk menikah dengan  manusia terkutuk itu, tapi Syila juga bersyukur dan senang bisa bertemu dengan kalian yang sangat baik pada Syila." Ia menatap Ningrum & Ayu bergantian

"Ah, syukurlah! Ningrum pikir Non Syila kesakitan." Ningrum mengusap dadanya lega. 

"Diminum dulu es jeruknya, Non. Biar seger!" 

Syila langsung meneguk es jeruk yang dibuat oleh Ayu hingga habis separuhnya.

 "Enak sekali! Terima kasih, Kak Ayu!" 

Ayu dan Ningrum tersenyum melihat nona nya bahagia. 

Tinggg!!!

Syila dikejutkan oleh notifikasi dari ponselnya, ia meraih ponsel di dalam tas lalu dilihatnya ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tak ia kenal. 

[Untuk malam ini saya tidak bisa pulang ke apartemen, jika memerlukan sesuatu mintalah pada Ningrum atau ayu. ~Alex~]

"Baiklah, suami ku malam ini tidak pulang lagi, jadi kalian berdua harus menemaniku menonton drakor malam ini!" teriak syila kegirangan.

"Ta…." ucap Ningrum terpotong gelengan kepala Syila.

"Tidak ada penolakan!!! Kak Ayu, tolong siapkan popcorn, ya!" tegas Syila lalu berlari menaiki anak tangga. 

"Non, jangan berlari, nanti jatuh!" teriak Ningrum yang juga berlari kecil mengikuti Syila ke kamarnya. 

****

Hari sudah berganti, drakor yang Syila tonton dengan asistennya membuat kedua mata Syila menjadi bengkak karena terlalu banyak adegan yang membuat Syila menangis. Hal ini membuat gadis itu terlambat bangun, padahal Ningrum beberapa kali mencoba membangunkannya, tapi hasilnya nihil. Syila sama sekali tidak terusik. 

"Non, sarapan dulu," ucap Ayu yang sedari tadi menunggu Syila turun dari kamarnya. 

"Aku gak sempat sarapan, Kak Aku bisa terlambat kalau makan dulu." Syila langsung meraih pantofel kesayangannya. 

"Aku pergi dulu, Bye!" teriak Syila keluar dari pintu apartemen. 

.

Syukurlah Syila tak terlambat datang ke kantor. Bisa gawat kalau ia sudah terlambat masuk kerja padahal statusnya masih sebagai karyawan baru. Saat ini, Syila sedang menata perlengkapan alat tulis di atas mejanya, siap untuk menerima tugas pertamanya. 

"Pagi, Syila!" teriak Vio menghampiri meja Syila. Beruntung meja Vio ada di sebalh meja Syila.

"Hm… pagi, Mbak," jawab Syila lemas. 

"Loh-loh- loh! Udah kaya tupai aja pagi-pagi nemplok di meja, sakitkah?" tanya Vio sembari meraba kening Syila. 

"Syila hanya kurang tidur Mbak. Semalam habis nonton drakor sampai subuh." 

"Astaga anak ini, pantes aja tuh mata udah kaya korban KDRT!"

 Syila belum menyadari sedari tadi bahwa matanya bengkak akibat keseringan menangis bukannya karena menonton drakor. Ningrum juga tidak mengatakan apa-apa perihal mata Syila yang sembab. 

"Serius, Mbak?" 

"Lahh, anak ini gak sadar! Tengoklah di cermin!" Syila langsung merogoh cermin kecil dari dalam tasnya dan langsung menyodrokannya tepat di depan wajah Syila. Betapa terkejutnya Syila melihat kondisi matanya sendiri saat ini. 

"Ah! Gimana ini, Mbak? Bisa hilang gak, ya?" tanya Syila histeris.

"Biarkan saja, nanti juga menghilang sendiri. Tapi siap-siap aja jadi bahan olokan karyawan lainnya! Haha!" ledek Vio 

"Mbak Vio!"

"Nih, daripada kamu nemplok di meja terus, lebih baik nanti anterin dokumen ini ke ruangan Tuan Alex. Tunggu dia sampai tanda tangan berkas ini, kalau belum ditandatangani, kamu jangan dulu balik ke sini!" ancam Vio lalu memberikan beberapa dokumen pada Syila. 

"Harus banget ditunggu, Mbak?" 

"Harus! Soalnya darurat. Biar kamu melek juga kalo berhadapan sama atasan, inget ya!" 

"Ih, Mbak Vio!" gerutu Syila namun tepat melakukan perintah Vio, lagipula Syila tidak punya hak untuk menolak, kan? 

.

Dengan langkah gontai Syila berjalan menuju lift. Sebenarnya ia sangat malas sekali bertemu dengan manusia terkutuk itu. Sudah dua kali Alex merendahkan diri Syila. Jangan-jangan  kali ini Alex akan menghinanya lagi? 

"Mba sekretaris, ijin ketemu Tuan Alex. Saya mau menyerahkan dokumen ini, darurat kata Mbak Vio," ujar Syila pada Sekretaris Alex yang duduk di belakang meja. 

"Tunggu ya, saya sampaikan dulu pada Tuan Alex." gadis dengan potongan rambut sebahu itu mengambil gagang telepon lalu tak berapa lama ia meletakannya ke tempatnya kembali. 

"Silakan masuk, Tuan Alex ada di dalam." Tania, sekretaris Alex mempersilakan Syila untuk masuk ke dalam ruangan Alex. 

"Mbak, moodnya Tuan Alex hari ini sedang baik tidak?" tanya Syila sedikit berbisik. 

"Hmm, sepertinya setiap hari moodnya selalu tidak baik," jawab Tania ikut berbisik.

 Syila langsung menegakkan tubuhnya. Belum juga masuk ke dalam tapi dirinya sudah merinding memikirkan apa yang akan terjadi di dalam nanti. Tania tersenyum geli, sebenarnya Tania hanya ingin menakut-nakuti Syila. 

"Udah sana masuk! Nanti keburu meeting, loh Tuan Alex nya," tegur Tania.

" Oke deh! Terima kasih ya Mbak sekretaris yang cantik!"

 Tania hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Syila yang seperti anak kecil. 

Sebelum masuk, Syila mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu untuk masuk kedalam ruangan Tuan Alex, setelah keberaniannya tersisi penuh, Syila mengetuk pintu. Syila memutar knop pintu, hingga terlihat seorang pria tampan sedang sibuk berkutat dengan laptopnya di atas meja. 

"Permisi Tuan, saya membawa beberapa dokumen darurat yang harus Tuan tanda tangan segera."

 Alex menatap ke sumber suara yang ternyata ia adalah Syila, istrinya. 

"Tunggu sebentar, saya sedang memeriksa dokumen lain," ucap Alex datar pada Syila. 

Sepuluh menit kemudian Alex belum juga menyentuh dokumen yang Syila bawa, rasanya Syila ingin segera menghilang dari ruangan ini. Dan rasanya ia ingin berteriak pada Alex untuk segera membubuhkan tanda-tangannya. Tapi apa daya, Syila tak berani melakukan itu. Walau bagaimana pun Alex adalah atasanya dan juga suaminya. 

"Sampai kapan kamu akan berdiri disitu?" 

Syila terlonjak dari lamunannya karena suara tegas Alex yang menggelegar. 

"Ya, terus harus gimana?" tanya balik Syila. 

"Duduklah!" 

"Dari tadi ,kek, ngomong suruh duduk!" dumel Syila yang masih bisa terdengar oleh Alex.

 Alex langsung memberikan tatapan yang tak bersahabat. Tapi Alex terfokus pada mata Syila yang terlihat bengkak. 

"Kenapa dengan matamu?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status