Share

BAB 4 : Bertemu Calon Anak Sambung

Selama di perjalanan, Danila hanya memandangi ke bawah sana. Satu kota ini terlihat lebih jelas jika dilihat dari atas helikopter yang mereka naiki sekarang. Danila menghela napasnya panjang. Ia bingung, pernikahannya sudah akan di tetapkan. Dan pastinya, itu tidak akan mudah baginya untuk kabur dari sana.

Sebab Hugo sudah menjemputnya. Mungkinkah mereka akan pergi ke kediaman rumah utamanya? Danila berharap Bagas bisa datang di hari pernikahannya. Dan membawanya kabur dari sana.

"Aku tidak ingin menikah dengannya. Bagaimana kisah kehidupanku selanjutnya? Apakah aku akan hidup bahagia?" gumam Danila dalam hati sedu.

Hugo tidak mengatakan apapun. Dia tampak fokus melihat ke arah ponselnya. Danila mengintip sedikit dari kejauhan matanya. Wajah seorang anak kecil tertampak disana. Kelihatannya mereka sedang melakukan panggilan video call.

"Apa itu anaknya? Seorang balita genius. Aku tidak yakin akan diterima mudah olehnya," cicit Danila dalam hati lagi.

"Ayah akan pulang sebentar lagi. Kau tunggulah di rumah. Jangan bermain sembarang, atau aku akan memberikan hukuman padamu nanti!" terang Hugo berbicara pada anaknya di video call itu.

"Ayah, apa kau sedang bersama dengan seorang wanita? Siapa dia? Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku sebelumnya?" anak itu rupanya mengetahui.

Sebab Danila terlihat tidak jauh dari posisi yang di duduki oleh Hugo di dalam kursi helikopter ini.

"Dia calon Ibumu. Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya," tukas Hugo membalas perkataan putranya.

"Apa? Kau akan menikah lagi? Aku akan lihat seberapa pantaskah dia untuk menjadi Ibuku nanti!" cetus Haga si balita genius itu terdengar sedikit emosi disana.

Danila bisa mendengar percakapan antara kedua ayah dan anak itu. Tapi dia memilih untuk berdiam diri. Tanpa menggangu aktifitas mereka.

"Baru di bicarakan saja sudah emosi. Bagaimana jika anak itu melihat rupaku langsung setelah ini? Aku harap dia tidak mengerjai ku nanti," lanjut Danila berkata dalam hati cemas.

"Ayah akan tutup telepon ini. Kau jangan lupa makan dan minum susu yang di siapkan oleh Ibu Nun untukmu. Jangan membuatnya sulit! Atau kau tidak akan bisa menikmati ice cream kesukaanmu lagi," gertak Hugo pada anaknya.

Tidak disangka, seorang tuan muda kejam itu juga bisa menggertak putranya sendiri. Hei, dia itu putramu atau bukan? Sukanya menindas orang saja.

"Baik, baik. Aku akan makan dan minum susu secara teratur. Tapi aku ingin lihat wajah wanita itu. Coba Ayah perlihatkan padaku sekarang!" pinta Haga si bayi kecil.

Jangan sampai tertukar, antara Haga dan Hugo. Keduanya hampir sama.

Hugo sontak melihat ke arah Danila, yang melengos tidak menatapnya dan memandangi ke jendela helikopter itu. Hugo berpaling lagi, lalu kembali menatap putranya yang masih tersambung oleh panggil videonya.

"Nanti juga kau akan tahu seperti apa. Sudah dulu, Ayah tutup video call ini," ujar Hugo mengakhiri itu. Tapi....

"Tunggu! Aku mau lihat sedikit saja. Ayo perlihatkan padaku sekarang juga! Apa Ayah ingin aku merajuk tidak mau makan?" ancam Haga.

Hugo mendengus sebal, dia lantas memutar kedua bola matanya. Seorang pria dewasa sepertinya bisa dipermainkan oleh anak kecil yang berusia 3 tahun belum lama ini.

"Heh, kau mengancam Ayah? Apa kau punya wewenang atas itu? Jangan membuat Ayah marah, Haga. Tutup sambungan telepon ini dan makanlah!" gertak Hugo lagi.

Suara anak kecil itu tidak lagi terdengar di telinga Danila. Tampaknya, Haga menyerah setelah menerima gertakan dari ayahnya yang kejam. Hugo pun terlihat sudah tak menggenggam ponselnya. Danila terkekeh dalam hati, sebab ia bisa mendengar percakapan yang tidak biasa. Antara anak dan ayah seperti mereka.

Hugo dan Haga. Tuan muda kecil dan dewasa yang sifatnya hampir sama.

...

Setelah menit-menit berlalu, helikopter yang di naiki oleh Hugo dan Danila tiba di depan sebuah rumah besar. Danila hampir tertidur dengan pulas. Namun Danila langsung terbangun, ketika mendengar Hugo memanggilnya.

"Kau ingin tidur disini selamanya atau ikut turun denganku?" tutur Hugo dingin. Danila membuka kedua matanya secara perlahan. Dia tampak celingukan melihat-lihat sekitarnya.

"Kita sudah sampai? Ini dimana?" tanya Danila sambil menatap ke jendela.

Sebuah rumah besar yang terlihat seperti villa. Di sekitarnya ada halaman yang begitu luas. Bahkan ada banyaknya pepohonan serta tanaman. Danila tidak sabar ingin melihat ke luar.

"Kita sudah tiba di rumahku. Kau turunlah! Aku begitu pengap berada di dekatmu," cetus Hugo dengan mulut pisaunya.

Danila mengernyitkan dahi, dia lantas keluar dari dalam helikopter itu. Kakinya menapak pada tanah yang belum pernah ia pijak sebelumnya. Suasana yang begitu sejuk dan tenang. Danila menghirup udara disekitarnya sangat nyaman.

"Ah, segarnya! Sudah lama sekali aku tidak merasakan udara yang begitu sejuk seperti disini. Eh, ini di Kota mana? Ini bukan Kota tempat tinggalku," gumam Danila menerka-nerka.

"Kau bodoh, ya? Ini memang bukan Kota tempat tinggalmu. Ini adalah kediaman rumah ku! Kau bisa membacanya di bagian pintu masuk rumah itu," decak Hugo pada Danila.

"Bisa-bisanya dia mengatakan aku bodoh? Hei, kau tidak tahu betapa geniusnya aku di sekolah! Lihat saja, aku akan membuat dia dan putranya itu kesulitan!" racau Danila dalam hati memaki Hugo.

"Ayo masuk!" ajak Hugo mengajak Danila masuk ke dalam rumahnya. Spontan Danila mengangguk pelan, tak ingin merespon banyak ucapan Hugo yang terkesan tajam.

Mereka semua masuk ke dalam kediaman rumah Hugo. Bukan hanya Hugo dan Danila saja. Tapi ada juga satu orang lainnya. Yang memakai baju jas seperti Hugo. Entah siapa dia, Danila tidak mau memikirkan orang itu.

"Ayah!!!" suara anak terdengar lantang memanggil Hugo. Danila terperanjat tak percaya.

Seorang anak lelaki bertubuh kecil berlari mendekati Hugo. Dia menyambut kedatangan sang ayah begitu ceria. Danila tidak percaya, sebab wajahnya sangat imut dan lucu. Tapi kenapa mulutnya tajam seperti ayahnya saat mendengar percakapan mereka tadi via sambungan video call itu?

"Kyaaaa, jadi itu yang namanya Haga? Putra kecilnya Hugo si pria bermulut pisau! Lucu sekali, aku ingin menggigit wajah chubby nya itu. Eh, nanti kalau Ayahnya marah bagaimana? Aku juga yang akan terkena imbasnya," imbuh Danila dalam hati berteriak gemas.

Haga memang lucu dan imut. Sangat heran jika seorang anak kecil sepertinya mempunyai otak yang cerdas. Sebab tubuh Haga ternyata sekecil itu. Bahkan tidak sampai dari pinggang Danila. Kemungkinan hanya sampai setengah antara bagian lutut dan pahanya.

"Hei, kamu yang bernama Haga, ya? Perkenalkan, aku Danila. Salam kenal, Haga manis!" ucap Danila memperkenalkan dirinya pada anak itu.

Tapi respons Haga tidak seperti yang Danila harapkan. Haga mengacuhkan salam Danila. Anak kecil itu berjalan melewatinya tanpa dosa. Bahkan ayahnya pun biasa saja. Tak memberikan reaksi apa-apa.

Apakah Danila akan sanggup menerima semua ujiannya?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status