Share

Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir
Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir
Author: Black Rose ink

1. Malaikat Kecil

Dingin, basah, dan gelap...

Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernasib malang. Berlari membelah derasnya hujan yang disertai dengan suara petir menggelegar.

DUAARR!

"Astaghfirullahal'adzim!" pekik gadis yang baru akan menginjak usia tujuh belas tahun.

Dengan penuh keberanian, gadis cantik dan anggun itu terus berlari untuk mencari tempat yang teduh sebagai perlindungan dari derasnya hujan malam ini.

"Ayah, Berli takut! Temenin Berli, Yah!" pinta Berlian sambil memeluk dirinya sendiri yang telah basah kuyup diguyur hujan.

"Dingin, Ya Allah!" rintih Berlian disertai gigi yang bergemeletuk.

Sembari menunggu hujan reda. Berli terus saja berdo'a, berharap jika gelapnya malam ini dia tidak sendirian di sebuah halte bus yang sudah sangat sepi.

Tepat pukul sepuluh malam, hujan akhirnya reda. Dengan perlahan gadis berparas cantik itu berjalan sambil memeluk dirinya, dan membawa sebuah karung yang selalu menjadi teman kesehariannya.

BRAK!

Terdengar suara hantaman yang cukup keras tepat di depan gadis yang bernama Berlian. Sebuah mobil tiba-tiba melesat kencang dan menabrak pembatas jalan.

Berli yang sangat terkejut dengan kejadian di depan matanya, kini langsung berlari ke arah mobil berada. Gadis itu mengintip melalui kaca mobil yang berwarna hitam. Betapa terkejutnya saat Berli melihat seseorang yang sudah terlihat lemah bersandar di belakang kemudi.

"Astaghfirullahal'adzim!" pekik Berli.

Entah apa yang dia pikirkan saat ini, Berli langsung mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membuka pintu mobil yang masih terkunci dari dalam.

Karena beberapa kali mengetuk-ngetuk pintu kaca mobil dan tidak mendapatkan respon apapun dari sang empu.

Akhirnya dengan kecerdikan yang dia miliki, Berli langsung mencari sebuah batu untuk membuka pintu tersebut.

"Bertahanlah! Aku akan mencoba untuk menolongmu!" ucap Berli yang terus menerus memukuli pintu mobil itu hingga tak berbentuk lagi.

"Alhamdulillah!" pekik Berli.

Perjuangan dan usaha yang membuahkan hasil, kini membuat gadis itu langsung bergerak cepat saat melihat asap yang keluar dari kap mesin mobil.

"Aku harus segera mengeluarkannya sebelum mobil ini meledak." gumam Berli.

Dengan sudah payahnya, gadis bertubuh mungil itu mencoba mengeluarkan seorang pemuda yang berpawakan tinggi dan kekar.

"Astaghfirullah! Berat banget sih!" keluh Berli.

Tepat saat beberapa langkah menghindari mobil itu, tiba-tiba suara dentuman keras terdengar sehingga membuat gadis mungil itu memekik dan hampir menjatuhkan tubuh pemuda itu.

DUUAARRR!!

"Astaghfirullah! Ya Allah, terimakasih karena Engkau telah membantuku untuk menyelamatkan nyawa ini. Jika saja aku tidak melihatnya, entah apa yang terjadi dengannya." syukur Berli.

Setelah menyapu ke segela penjuru arah, Berli tidak melihat adanya tanda-tanda seseorang yang lewat. Saat ini jalanan pun terlihat sepi dan hanya sesekali terlihat mobil yang melintas tanpa berniat untuk berhenti.

"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Kemana aku harus membawanya?" keluh Berli sambil memandangi sosok yang sama sekali tidak dia kenali.

"Tolong bantu hambamu ini, Ya Allah! Aku mohon berikan aku petunjuk, agar aku bisa menyelamatkan nyawanya." pinta Berli.

Saat gadis itu hendak mencari petunjuk, tiba-tiba dia melihat sebuah dompet yang masih menyelip di dalam saku celana.

"Dompet?" ucap Berli sambil meraih dompet yang masih tersimpan rapi.

"Apa aku harus membukanya? Tetapi jika aku tidak membukanya, bagaimana aku bisa melihat alamat dan identitasnya?" imbuh Berli.

"Maafkan aku, Tuan! Aku tidak bermaksud lancang untuk membuka dompet dan privasimu. Tetapi aku tidak punya pilihan lain selain melihat isi dompetmu." izin Berli kepada pemuda masih memejamkan matanya.

Perlahan gadis itu membuka dompet kulit berwarna coklat tua. Kemudian dia langsung melihat sebuah identitas yang terselip diantara beberapa kartu yang ada.

"REVANDRA ADITYA BAGASKARA?"

"Kenapa nama belakangnya seperti tidak asing ya? Sepertinya aku sering melihat nama ini saat aku memulung." gumam Berli.

Tidak mau terlalu banyak membuang waktu, akhirnya Berli mendapatkan alamat kantor dan rumah pemuda itu.

"JALAN MAWAR NO.02, PERUMAHAN BOUGENVILLE? Ini 'kan perumahan elit yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku? Astaghfirullah! Ternyata dia anak Sultan?" pekik Berli sambil menatap sosok pria yang belum sadarkan diri.

Tanpa berpikir panjang lagi, akhirnya Berli membawa tubuh kekar itu dengan susah payahnya menuju alamat yang tertera.

"Sadarlah, Tuan! Aku mohon, bantu aku untuk menolongmu! Sebentar saja. Karena jaraknya sudah tidak terlalu jauh." mohon Berli sambil memandangi pekatnya malam.

Bahkan gadis itu sudah lupa dengan keadaannya sendiri, baju yang basah dan rasa dinginnya tiba-tiba menguap begitu saja.

"Uhuk... Uhuk... Uhuk..."

"Alhamdulillah. Akhirnya Tuan sadar juga." ucap Berli sambil mengucap syukur.

Pria yang bernama Revandra mencoba untuk melihat siapa yang sedang memapah tubuhnya. Namun, pandangannya yang sedikit kabur, membuat pemuda itu tidak bisa melihat dengan jelas sosok malaikat penolongnya.

"Te-ri-ma-kasih." ucap Revandra.

Hanya satu kata dan itupun keluar dengan lirih dan terbata. Tetapi suara pemuda itu masih dapat di dengar oleh Berli.

"Sama-sama, Tuan. Tolong bantu aku untuk mempertahankan kesadaranmu! Sebentar lagi kita akan sampai." ucap Berli sambil berjalan tertatih-tatih.

Melihat ketulusan dari seorang gadis yang sama sekali tidak dia kenali membuat seorang Revandra mengukir senyuman tipis di kedua sudut bibirnya.

'Aku berjanji akan mencarimu setelah aku pulih. Terimakasih malaikat kecilku.' batin Revandra.

Sebuah kecelakaan sekaligus pertemuan tak terduga diantara mereka suatu saat akan menjadi sebuah cahaya penolong untuk seorang Berlian, si gadis malang.

Di saat mereka melewati jalan masuk perumahan elit, tiba-tiba mereka di hadang saat akan melewati pos keamanan.

"Hey, kamu! Kamu siapa? Mau kemana?" tanya salah satu penjaga keamanan sambil berlari kecil menghampiri Berli dan Revandra.

Saat mereka tiba di bawah cahaya lampu yang terang, Berli menghentikan langkahnya dan menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke perumahan ini.

"Astaga! Ini 'kan Pak Revandra? Kamu bertemu beliau di mana, Neng? Apa yang terjadi?" tanya penjaga yang diperkirakan usianya sudah lebih dari setengah abad.

"Maaf, Pak! Saya bertemu dengan Tuan ini saat berteduh di Halte bus sebelah sana. Dan tanpa sengaja saat Saya akan berjalan, tiba-tiba mobil Tuan ini menabrak pembatas jalan......"

Seketika mata penjaga itu membola sempurna, "Lalu dimana mobilnya sekarang?" tanya penjaga itu lagi.

"Mobilnya meledak, tepat saat kami baru beberapa langkah menghindari mobil itu." imbuh Berli.

"Astaga! Untung saja ada kamu, Neng. Terimakasih ya? Mari ikut Saya! Kita antar Pak Revandra bersama. Rumahnya hanya di depan sana." ujar penjaga itu.

Kini kedua orang itu sama-sama memapah tubuh Revandra yang sudah sangat lemas. Meskipun tidak sepenuhnya sadar, tetapi Revandra mendengar setiap perbincangan kedua orang yang telah menolongnya.

"Oh, iya, Neng. Kamu tinggal dimana? Kenapa kamu bisa berada di daerah sini?" tanya penjaga itu dengan ramah.

"Oh, saya tinggal tidak jauh dari sini, Pak. Dan kebetulan Saya baru mau pulang bekerja." jelas Berli.

Penjaga itu hanya manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari gadis cantik itu. Setelah tiba di sebuah rumah yang sangat besar dan luas disertai dengan gerbang yang menjulang tinggi.

Gadis cantik yang bernama Berlian kini menatap penuh takjub sambil berdecak kagum saat melihat rumah bak istana untuknya.

"MasyaAllah! Ini rumahnya besar sekali. Ini rumah apa istana ya?" gumam Berli.

"Ini adalah rumah Pak Revandra, Neng. Apa Neng mau ikut masuk? Saya ingin Neng yang menjelaskan tentang kecelakaan yang menimpa Pak Revandra. Neng mau 'kan?" pinta penjaga tersebut.

Mau tidak mau, akhirnya Berli menganggukinya meskipun sebenarnya dia sangat ragu untuk memasuki rumah mewah itu.

Setelah bertemu dengan scurity yang bertugas, mereka pun langsung masuk dan dibantu oleh scurity itu yang selalu sigap dalam keadaan apapun.

TING... TONG...

Sedikit menunggu lama, akhirnya pintu pun terbuka lebar dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang merasa sangat terkejut dengan kedatangan seseorang.

"Astaghfirullah! Den Revandra?!" pekik wanita paruh baya itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa Den Revan bisa seperti ini?" tanya wanit itu.

Setelah memberikan penjelasan kepada wanita paruh baya itu, ketiga orang yang telah membantu Revandra ikut masuk ke dalam rumah.

Awalnya Berli menolak karena dia merasa tidak pantas untuk memasuki rumah yang dia anggap sebagai istana itu.

Namun, wanita paruh baya yang bernama Sumi dengan kekeuh memaksanya untuk masuk, dan menjelaskan semuanya kepada kedua majikannya.

Saat ini Revandra sudah dibaringkan di atas sofa ruang tamu. Dan dengan cekatan Bi Sumi langsung memanggil kedua majikannya yang berada di lantai dasar.

Tok... Tok... Tok...

"Tuan? Nyonya? Den Revan..."

Tak berselang lama kemudian, muncullah sepasang suami-istri yang merasa heran dengan sikap pelayannya.

"Ada apa, Bi? Kenapa Bibi terlihat sangat cemas sekali? Dan ada apa dengan Revan? Bukankah dia sedang pergi bersama Alisha?" cecar pria berpawakan tinggi dan tegap.

"Mari ikut Saya, Nyonya, Tuan!" pinta Bi Sumi.

Akhirnya sepasang suami-istri itu pun langsung mengikuti

langkah kaki pelayannya. Meskipun sebenarnya banyak sekali pertanyaan di dalam pikiran mereka.

"REVAN?!" pekik wanita yang sudah menginjak usia kepala empat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status