Share

5. Siapa dia?

Di sebuah mansion milik keluarga Bagaskara disinilah gadis malang itu berada. Tempat yang baru beberapa jam dia singgahi.

"Assalamu'alaikum?" ucap Berli sambil menundukkan kepalanya saat memasuki rumah bak istana itu.

"Wa'alaikumsalam. Wah, akhirnya kamu berhasil juga membawanya ke sini, Van. Bunda kira kamu tidak akan bisa menemukannya." ujar Fariza.

"Bagaimana mungkin aku tidak bisa menemukannya, Bun? Semalam saja dia seperti malaikat kecil yang menolongku dari mautku." timpal Revan sambil terkekeh.

Sejenak pria itu melupakan masalahnya. Padahal baru beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi dia sedang tidak baik-baik saja.

Hatinya pun juga masih teramat sangat sakit akibat pengkhianat yang dilakukan oleh kekasihnya itu.

Namun, demi permintaan sang Ibunda tercinta. Revan mengesampingkan rasa sakit hatinya demi mencari malaikat penolongnya.

'Aku harus bisa melupakan wanita pengkhianat itu. Dan aku harus segera bangkit dari rasa sakit yang baru semalam dia torehkan. Demi Bunda dan Ayah aku akan menepati janjiku untuk bangkit kembali setelah aku selamat dari maut itu.' gumam Revan dalam hati.

Revan memang bukan tipe orang yang suka membangkang dan menentang kedua orangtuanya.

Meskipun dia hidup bergelimang harta, tetapi orangtuanya selalu mendidiknya menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong.

"Nak, kemarilah!" pinta Feriza dengan suara lembut.

Perlahan gadis itu mengayunkan kakinya, meskipun sebenarnya dia sangat ragu untuk mendekati wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.

"Jangan takut, Nak! Maaf jika tadi Revan memaksamu! Ini semua memang permintaan Bunda. Dan Bunda juga tidak bermaksud untuk membawa paksa kamu." ujar Fariza.

Saat ini jarak diantara kedua wanita beda usia itu tidak terlalu jauh, bahkan hanya beberapa langkah saja.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Saya yang seharusnya berterimakasih kepada kalian. Ternyata tidak semua orang kaya itu memandang rendah kasta dibawahnya." ucap Berli.

Gadis lusuh itu bisa mengatakan hal itu karena di saat dia memulung, hanya cacian dan hinaan yang dia dapatkan.

Bahkan beberapa orang juga mencemooh pekerjaannya sebagai pemulung. Apalagi para remaja yang melihatnya, pasti selalu merendahkan dan memandang jijik kepadanya.

"Tidak semua orang kaya itu seperti itu, Nak." timpal seseorang dari arah belakang.

"Ma-maaf, Tuan! Saya tidak bermaksud lancang." ucap Berli sambil terbata.

Kini pandangan gadis itu semakin menunduk hingga wajahnya hampir tidak terlihat. Merasa tidak enak hati dan bersalah itulah yang dia rasakan saat ini.

Bukan karena apa? Tetapi karena mulut lancangnya itulah yang membuat gadis itu menjadi sedikit gemetar.

"Sudah. Jangan takut! Kami tidak akan pernah menyakitimu, Nak." ujar Rendra sambil terkekeh.

Revan yang melihat pancaran kebahagiaan dari kedua orangtuanya, kini seakan terhipnotis oleh gadis yang berpenampilan lusuh itu.

'Mengapa gadis itu bisa membuat kedua orangtuaku sebahagia itu? Padahal mereka juga baru semalam bertemu. Tetapi mengapa aku seperti pernah melihatnya sebelum kecelakaan itu terjadi?'

Kini pikiran Revan kembali berkelana sembari mengingat tentang gadis yang saat ini sedang bersama orangtuanya.

"Oh... Iya, Nak. Apakah hari ini kamu akan memulung lagi?" tanya Rendra.

"I-iya, Tuan." sahut Berli lirih.

"Jangan memanggil kami dengan sebutan Tuan dan Nyonya, Nak! Panggil saja Ayah dan Bunda, agar kamu lebih nyaman." ujar Rendra.

Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. Baru dua kali mereka bertemu, Berli tidak ingin dianggap tidak tau diri karena memanggil mereka dengan panggilan yang tidak seharusnya.

"Maaf, Tuan! Saya belum terbiasa." ucap Berli.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Senyaman kamu saja." timpal Feriza.

Seketika suasana rumah menjadi lebih hangat. Bahkan Revan yang baru saja merasa lebih baik, kini seperti sedang mendapatkan obat penyembuhnya.

"Siapa sebenarnya gadis itu? Mengapa dia terlihat sangat familiar?" gumam Revan.

Pria itu masih saja memikirkan tentang asal-usul gadis lusuh itu. Bahkan dia juga tidak memikirkan wanita yang beberapa tahun mengisi hatinya.

Dalam sekejap semuanya bisa disulap menjadi momen istimewa untuk keluarga Bagaskara. Bahkan mereka seperti terbiasa saat berbincang-bincang dengan Berli.

"Aku harus segera mencari tau, siapa dia sebenarnya? Daripada aku nanti mati penasaran." kekeuh Revan yang terus saja memandangi sosok gadis itu.

"Van, sini! Kok bengong gitu sih!" tegur Feriza.

Revan yang tertangkap basah sendang melamun kini langsung gelagapan. Tetapi dengan cepat dia kembali menetralkan dirinya kembali.

"Eh? Iya, Bun." sahut Revan.

Setelah tiba di samping Ayahnya, Revan langsung menghempaskan bokongnya. Kemudian pria tampan itu langsung tersenyum ke arah ketiga orang itu.

"Kamu hari ini tidak sibuk 'kan, Van?" tanya Feriza.

Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Tidak, Bun. Kenapa?" tanya Revan.

"Bagus. Kalau begitu, kamu ikut Bunda untuk menyulap penampilan malaikat kecilmu. Oke?" ujar Feriza.

"Hah?!"

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Julia Yulia
lanjut bagus veritanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status