Savanah yang tadinya akan menikahi Moreno malah berakhir menjadi istri Storm Schaeffer, kakak tiri Moreno yang berandalan dan pengangguran. . Bagaimanakah masa depan pernikahan Savanah dan Storm, si bisu dan berandalan pengangguran? . "Jika kau mau menerima pernikahan ini, aku tidak akan menyia-nyiakanmu sebagai istriku. Aku memang berandalan, tapi aku bukan pengangguran! Mereka hanya tidak tahu bisnis yang kukerjakan. Padahal, mereka membeli dan memamerkan produk yang kuhasilkan sebagai lambang kesuksesan dan prestis mereka." . Lalu apakah bisnis tersembunyi Storm yang tidak seharusnya dipandang sebelah mata? . Ikutin yuks kisah nano-nano mereka!
Lihat lebih banyakSebelum Liora menyelesaikan ucapannya, terdengar erangan panjang dari dalam.Storm langsung menyeruak masuk dan menuju sumber suara. Di saat itu, Liora juga langsung berlari masuk lagi disusul Savanah.Storm sudah berada di kamar orang tua Savanah ketika Liora dan Savanah berhasil menyusulnya.“Zach!” seru Liora menghambur masuk begitu dia tiba di sana.Savanah yang di belakangnya pun tak kalah terkejut.Ayahnya terkapar di lantai dengan kursi di sampingnya ikut terjerembap.Yang lebih mengiris hati adalah ekspresi Zach yang terlihat tak bisa bicara bahkan menggerakkan anggota tubuhnya.“Kita harus membawanya ke rumah sakit,” kata Storm sembari memapah Zach agar bisa duduk.“Ayo kita bawa dia,” ucap Liora dengan suara yang lirih. Kesedihan dan kekhawatiran tak bisa dia sembunyikan dari wajahnya.Zach sedang mengeluhkan tubuhnya yang terus terusan lemas dengan tangan yang terasa seperti
Brianna lagi-lagi mempermainkan Savanah. Dia cepat-cepat pulang membiarkan Savanah penasaran dengan segala pertanyaan menggantung di benak.Masih sempat teringat oleh Brianna saat dia diam-diam mengintip Savanah di cafe sedang memesan kue untuk dibawa pulang. Brianna berjinjit pelan lalu mengarah ke pintu samping tempat keluar masuknya staff.Cepat-cepat Brianna menuju mobil lalu tancap gas dari sana.Dia tidak akan mau memberitahu Savanah kenapa dia bisa seyakin itu tentang Storm. Biarlah Savanah penasaran dengan semua itu.Selain menurut Brianna ini hal lucu melihat Savanah penasaran akut, juga karena dia merasa bukan hak dan urusan dia untuk mengatakan apapun tentang Storm.Tak berapa lama, ponselnya berbunyi dan ternyata pesan dari Savanah.[Kenapa kau sudah pulang? Kau sengaja menghindariku? Aku jadi semakin yakin ada yang kau ketahui tentang Storm tapi sengaja kau menyembunyikannya dariku! Aku bahkan bisa mencium bau sumsung tulang belakang panggang dari punggungmu!]Brianna mel
“Jangan sembarangan bicara!” hardik Brianna sembari memelototi Milka. Tapi Milka pun tak mau kalah. Dia berkacak pinggang lalu balas menghardik Brianna. “Aku tidak sembarangan bicara! Moreno sendiri yang memberitahuku! Seperti dugaanku bukan? Mobil yang dibawanya itu hasil pemberian orang lain! Tidak mungkin dia membelinya sendiri! Huh, pantasan bisa membawa mobil bagus!” Milka membuang wajah sembari mendengus sinis. Tiga antek-anteknya di belakang Milka ikut mendengarkan dengan seksama. Clara pun akhirnya menambah minyak di api. “Ya, namanya juga pengangguran, pastilah mencurigakan kalau sampai bisa membawa mobil yang harganya segitu! Ternyata benar kecurigaan kita. Mobil itu bukan hasil keringatnya sendiri!” “Hahahha! Dari awal juga sudah bisa ditebak bukan? Mobil itu lebih mahal dari mobil Moreno. Ya kalau bukan hasil curian pastilah hasil pemberian orang lain! Dan ternyata benar! Tidak terkejut juga sih!” Reese pun menambahkan. Lalu Freya ikut berkomentar, “Untung kau bisa me
BRIANAAAAAAA ...!Nama itu bergema dan memantul-mantul dalam benak Savanah. Andai dia bisa menyuarakannya, dia pasti sudah meneriaki sahabatnya itu untuk segera diam.Sungguh setiap kata yang Briana ucapkan membuat dia dalam posisi memalukan.Namun, Savanah juga sadar semua itu hanyalah candaan belaka.Dan memang seperti itulah dia.Urgh!Savanah akhirnya hanya mampu memelototi Brianna yang masih juga tampak menyengir seolah tanpa dosa sama sekali.Melihat cengiran Brianna, hati Savanah terasa geram. Dia tahu dengan jelas bahwa Brianna sedang mengolok-oloknya.Dengan segala kekesalannya, ketika Brianna memandang ke arah lain, Savanah cepat-cepat menyambar sebotol krim kocok di sudut mejanya, menuangnya di tangan, lalu dia gegas menghampiri Brianna.“Lho kenapa, Sav? Ada apa?” tanya Brianna tanpa curiga.Savanah berhenti tepat di depan Brianna dengan tangannya dia letakkan di belakang tubuhnya, menyembunyikan krim di telapak tangannya.“Kenapa ya?” tanya Brianna masih tak menduga jika
Savanah akhirnya menyimpan ponselnya ke dalam tas. Perjalanan menuju Paradise Cakery pun jadi sunyi dan sepi.Wajah Storm terus berfokus pada lampu lalu lintas yang mereka lewati.Melihat itu Savanah jadi teringat pada jepretan blits kamera saat Storm melanggar lampu merah kemarin.‘Oh, mungkin Storm hanya tidak ingin kembali mengulangi kesalahan kemarin. Pikirannya pastilah penuh beban dengan surat tilang yang sebentar lagi akan diterimanya. Mungkin karena itu juga dia tak menggubris kata-kataku tadi.’Savanah menghibur dirinya sendiri agar tidak terlalu kecewa hanya karena Storm tidak menyahuti kata-katanya tadi. Ketika tiba di parkiran Paradise Cakery pun Savanah langsung membuka seat belt dan membuka pintu.Melihat itu, Storm gegas melompat turun dan memutar ke arah Savanah. Tepat saat Savanah mulai menjulurkan kakinya untuk menapak turun, tangan Storm sudah terulur untuk Savanah jadikan pegangan.‘Trims, Storm
Storm kembali merasa kesulitan untuk tidur. Membayangkan ada Savanah di tempat tidurnya sendiri, itu selalu berhasil menyulut api gairah dalam dirinya.Sekalipun mereka tidak tidur satu tempat, tetap saja Storm merasa panas dalam dirinya menggelora setiap kali dia mengingat ada Savanah di dalam kamar yang sama dengan dirinya, bahkan tidur di atas tempat tidurnya.Seperti malam ini, Storm gelisah, seluruh posisi sudah tak mampu membuatnya rileks. Storm pun akhirnya duduk termenung daripada dia mengganggu tidur Savanah yang tampak demikian nyenyak.Keinginannya untuk mengisap rokok mulai muncul, tapi hari sudah larut. Storm tidak ingin besok bangun kesiangan.Mulai berjalan mondar mandir di dalam kamar, akhirnya Storm tak bisa menepis keinginannya untuk merokok.Dia pun menuju balkon dan menghisap sebatang rokok sambil membiarkan dirinya diterpa angin malam yang dingin.Satu batang menjadi dua batang. Setelah habis, Storm baru masuk.Merasa pastilah Savanah tipe gadis yang tak menyukai
Milka melempar dirinya di atas ranjang empuknya lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor ibunya.Tidak berapa lama kemudian, terdengarlah suaranya berbicara di telepon.“Mom, aku tadi bertemu Savanah dan suaminya di grocery store. Masa iya, Mom, suaminya punya kartu debit platinum? Dan tadi dia membayar belanjaan mereka banyak sekali, Mom. Sampai hampir 400 dolar.”“Yang benar kamu? Paling-paling itu hanya akal-akalan mereka saja agar tidak tampak memalukan. Mungkin Savanah yang meminjamkan kartunya supaya bisa mengangkat citra diri suaminya?”“Nggak, Mom. Nama di kartu nama si berandal itu, Mom. Tapi kata Moreno, kemungkinan ya karena ayahnya masih memberi uang saku pada kakak tirinya itu. Tapi Tn. Braxton nya memang tidak mengakui. Entah karena ada istrinya atau hanya tidak mau mengakui.”“Oh, ya kalau begitu mungkin saja. Kalau dia mengisi rekeningnya dengan sedikit uang tapi setiap bulan rutin, ya lumayan juga. Cukup lah untuk membayar biaya administrasi dan biaya transaksi lai
Fokus Milka kini sudah tidak ke topik kartu Platinum itu lagi, sekalipun mereka masih belum menemukan bagaimana bisa seseorang seperti Storm memiliki kartu Platinum.Milka mulai membahas hal lain.“Begitulah, Mom. Dari awal dia sudah begitu. Tadi pagi saja, dia memukul kap mobil Moreno! Kuat sekali, Mom!”“Apa? Benar begitu, Moreno?” tanya Ny. Miranda dan Misty berbarengan.Moreno yang kesal karena Milka terus mengadu pada ibunya hanya sanggup mengangguk.“Kenapa kau biarkan dia berbuat tak sopan seperti itu, Moreno?” tanya ibunya lagi.Moreno hanya pura-pura tak mendengar, malahan menyuap makanannya ke mulut.Karena itulah, Milka yang berseru pada Moreno, “Beib, kita harus minta ganti rugi dong, Beib. Kap mobilmu siapa tahu kempot?”“Ah, tak perlu lah. Aku malas berurusan dengannya. Tadi juga sudah kulihat, tidak kempot, kok.”“Iiiih, keenakan dia kalau begitu! Kamu jangan mau kalah dong, Beib!”“Haiiiiz, kau kan tahu sendiri dia berandalan begitu! Aku sangat malas berurusan dengan o
“Ap- Apa? Itu tidak mungkin!” bisik Milka pada Moreno, tapi terdengar jelas oleh Savanah.Savanah sampai tersenyum mendengarnya. Dia merasa lega luar biasa meskipun masih menjadi misteri bagaimana bisa Storm memiliki kartu debit Platinum.Memang tipe Platinum bukan tipe tertinggi. Masih ada tipe Rhodium yang memasang biaya bulanan dan limit transaksi yang jauh lebih besar dari tipe Platinum, juga mensyaratkan limit deposito luar biasa besar dalam jangka waktu minimal 5 tahun. Kartu jenis ini cocok untuk para crazy rich yang memiliki uang nganggur dalam jumlah besar.Memang milik Storm di bawah Rhodium, tapi tetap saja, kartu tipe platinum tetap saja di luar nalar untuk dimiliki seorang Storm.‘Ah, entahlah. Aku rasa aku akan menanyakannya pada Storm nanti. Untuk sekarang, biarkan saja dulu. Yang penting Milka mengetahui jelas bahwa kartu itu milik Storm. Nama Storm yang tertera pada kartu.’“Silakan pin-nya, T
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.