Share

Ini Uangku, Mas!
Ini Uangku, Mas!
Penulis: Rita Febriyeni

Part 1

Ini uangku, Mas

Part 1

 

"Ga, lihat tu istrimu beliin Tia hp, belagak orang kaya saja. Sayang, 'kan uang cuma buat benda tak berguna," cerocos ibu mertua saat suamiku baru masuk ke rumah, pulang kerja.

 

"Masak iya, Bu?" tanya mas Aga dengan alis bertaut. Sudah pasti ia juga sepemikiran dengan ibunya.

 

Aku melirik sambil membuatkan secangkir kopi. Seperti biasa, jika ibu tak suka dengan yang kuperbuat, pasti mengadu ke mas Aga sambil menyindir, disertai adik ipar yang mengompori ibu. Aku diam menunggu reaksi suamiku. 

 

"Ini kopinya, Mas," ucapku sambil meletakkan secangkir kopi di meja.

 

"Mita, benar kamu beliin Tia hp?" tanya mas Aga sambil membuka sepatu.

 

"Iya, Mas, Tia sudah kelas 1 Smp, lagian hp tu penting untuk sekolahnya."

 

"Sudah kubilang jangan kasih anak hp! Ini memanjakan seperti orang kaya saja, sadar kondisi lah, bukannya lebih baik kamu tabungkan uang itu!" Suara mas Aga terdengar lantang. Urat lehernya timbul berucap 

 

"Loh, Mas, hp ini penting untuk Tia belajar daring," jawabku.

 

"Kan, bisa pakai hp, Mbak. Itu saja repot," sanggah Ima--adik iparku.

 

"Hpku buat kerja, Im," jelasku.

 

"Paling buat buka pesbuk, seperti nggak ada kerjaan saja," tukas ibu menatap miring.

 

"Iya, Bu, hp buat buka pesbuk, tapi untuk kerja juga," jelasku.

 

"Sudah lah, Mit, kalau salah jangan membantah, lagian bisa pakai hp mu buat belajar Tia, kamu saja yang keganjenan buka pesbuk, seperti gadis saja."

 

"Lagian aku beli pakai uangku, Mas." Kesal saja, aku melawan tiga mulut di rumah ini.

 

"Itu namanya tak diuntung! Punya uang bukannya membantu suami malah berfoya-foya."

 

"Loh, kok aku dibilang berfoya? Berapa banyak uangmu yang kufoyakan, Mas? Bahkan untuk beli baju daster saja, aku usaha sendiri cari uang."

 

Tentu saja aku kesal. Pagi tadi aku beli ponsel baru seharga dua jutaan dari hasil menulis cerbung di aplikasi prabayar. Ponsel itu kugunakan untuk putriku belajar daring semenjak covid. Sementara ponselku kugunakan untuk mengetik cerita, karena setelah berhenti kerja, hanya itu kegiatanku mencari uang tambahan.

 

Gaji suamiku hanya  dua juta lima ratus ribu. Belum dipotong uang saku suamiku tiga ratus ribu, untuk listrik dua ratus ribu, untuk jajan ibu tiga ratus ribu. Yang makan di rumah ini selain keluarga kecilku, ada ibu, Ima dan Mimi putrinya Ima. 

 

Ima bukan seorang janda. Suaminya sekali dua minggu pulang kerja dari luar daerah. Jarak umur putrinya dengan putriku hanya satu tahun. Tia kelas satu SMP sedangkan Mimi kelas dua SMP. Bahkan gaji suaminya yang dikirim selalu disimpan dalam bentuk perhiasan emas. Untuk urusan perut selalu nebeng dengan uang dapurku. Jika membantah, aku dibilang perhitungan dan sampai malam tak hentinya ibu mengomel. Suamiku juga ikut marah disertai ucapan Ima mengompori.

 

"Jadi istri tau diuntung lah, aku kerja di luar, seharusnya kamu pandai menyimpan uang. Ini beli hp yang tak penting!"

 

"Hp ini penting, Pa, Tia bisa cari uang juga lewat hp." Tiba-tiba Tia ikut bersuara.

 

"Cari uang dari mana? Paling kecentilan goyang-goyang," tukas Ima sewot.

 

"Bibi mana ngerti? Pengikutku banyak, ini aku lagi nunggu pencairan."

 

"Kamu kira aku bodoh? Aku tu lihat kamu cuma goyang-goyang tak jelas depan hp, mana mungkin dapat uang, bilang aja kamu mau dilihat kaya di sekolah. Anak dan Ibu sama sok kaya."

 

"Betul kok, Bun, Tia banyak pengikutnya, ia artis tik tok sekarang." Kali ini Mimi membenarkan perkataan Tia.

 

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status