Share

Indigo (True Story)
Indigo (True Story)
Penulis: YaeRim_11

Chapter 1 : Awal mula

Pagi hari.

06.42 AM.

Semua bermula pada hari ini..

Pagi itu aku bangun dari tidur dan bergegas untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.

15 menit kemudian.

Aku selesai mandi dan memakai seragam sekolah dasar ku. Ayahku menungguku di meja makan sedangkan ibuku masih berkutat dengan alat masak di dapur, tidak ada yang aneh saat itu. Ayah segera menyuruhku untuk makan agar cepat bergegas berangkat ke sekolah agar tidak terlambat. aku segera memakan sarapan ku agar tidak memakan banyak waktu, ditambah aku takut terjadi macet ketika dijalan.

Butuh waktu 18 menit untukku menyelesaikan sarapanku, setelah itu aku bergegas menyusul Ayah yang sudah siap di bangku pengemudi. Ayah mengantarkan ku ke sekolah. 

Sesampainya di sekolah aku segera masuk karena bel sudah berbunyi. di kelas aku mengikuti pelajaran seperti biasanya, tidak ada hal aneh yang terjadi namun ketika jam istirahat tiba, aku seolah terhipnotis tubuhku tidak bisa bergerak setelah melihat seorang anak kecil berdiri di depan papan tulis putih. banyak darah ditubuhnya, aku merasa tidak asing dengan wajahnya ku coba mengenali wajahnya.

Ternyata dia adalah anak kecil yang pernah menemani ku bermain saat aku masih berumur 4 tahun, tepatnya saat aku masih TK ( taman kanak-kanak ). Tubuhku menggigil, keringat bercucuran, jantungku berdetak tak karuan. ternyata, anak yang dulu ku anggap sama sepertiku bukanlah anak kecil biasa. ia mendekat lalu berucap ;

"Aku korban dari kekerasan yang dilakukan oleh orang tuaku, mereka membunuh ku karena aku tidak normal"

Dan aku menjawab ;

"Tidak normal? dibunuh?"

Ia tidak menjawab pertanyaan ku dan aku juga belum mengerti tentang apa yang ia katakan karena masih sangat kecil, aku diam dengan terus berfikir dan mencoba mengerti apa yang ia bicarakan tetapi mustahil aku tidak bisa mengerti tentang perkataan nya barusan. lalu ia mulai berbicara ;

"Aku harus pergi, aku memaafkan bunda dan papa. terimakasih karena bisa melihat ku, aku merasa tidak begitu kesepian"

Aku menjawab ;

"Memangnya kamu tidak punya teman?"

Ia menjawab ;

"Tidak"

"Aku ingin berpamitan saja"

Setelah itu aku tidak bisa melihatnya lagi hingga aku jatuh dan aku hanya ingat aku membuka mataku di UKS sekolahku, entah apa yang terjadi sehingga membuat mataku berat kemudian terjatuh tepat setelah ia menghilang. mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal yang mustahil tetapi, itu benar-benar terjadi di kehidupan nyata ku.

Setelah kejadian itu aku sering melihat hal-hal aneh yang membuat hidupku tidak tenang dan pikiranku kacau akibat ketakutan. sering kali aku diganggu dan aku tidak tau harus bagaimana, teman-teman ku mulai melihatku dengan tatapan aneh. seiring berjalannya waktu ketakutan ku semakin menjadi-jadi semakin hari hal-hal yang menurutku belum terlalu seram ternyata ada juga.

Aku hampir putus asa karena tidak bisa hidup dengan tenang, aku tidak bisa beristirahat seperti dulu karena selalu ada yang menggangguku dan membuatku terbangun. 

Sampai akhirnya usiaku sudah menginjak kelas 7 SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) aku memutuskan untuk "menutupnya". aku datang ke rumah Ustadz yang biasa mengajariku mengaji, disitu aku di ruqyah. Alhamdulillahnya tekhnik itu berhasil tetapi seiring berjalannya waktu penglihatan ku mulai kembali lagi bahkan bertambah jelas, ingin rasanya aku bercerita kepada keluargaku tentang keluhan ku pada saat itu tetapi aku tidak ingin dan tidak berani untuk menceritakannya, aku takut jika nantinya respon dari beliau malah bertolak belakang dengan apa yang aku inginkan. aku juga tidak ingin menambah beban pikiran bagi beliau. aku juga takut jika nantinya aku tidak bisa diterima karena ini.

2 tahun kemudian.

Aku mulai terbiasa melihat mereka ada disekitar ku, disitu juga aku sudah bisa mengendalikan emosiku agar tidak berpengaruh ke dunia nyata dan mulai membedakan antara yang nyata dan yang tidak nyata (Ghaib). di umur 15 tahun aku sering mendapatkan mimpi aneh yang tidak bisa ku artikan, tetapi seiring berjalannya waktu mimpi itu terjadi secara nyata yang bikin kagetnya ketika aku marah aku bisa mengangkat barang yang ketika aku tidak marah aku tidak bisa mengangkatnya apalagi dengan satu tangan itu mustahil, ketika kelas 9 SMP (Sekolah Menengah Atas) aku pernah bertengkar dengan teman cowok ku karena suatu hal. ada dorongan agar aku mengangkat meja guru yang ada di depan dan ketika aku mencobanya aku bisa mengangkatnya dengan menggunakan satu tangan.

Apakah itu mungkin?

Jawabannya adalah tidak, karena ketika aku mencobanya lagi aku sudah tidak bisa melakukannya. Lalu, bagaimana bisa tadi aku mengangkat meja guru itu dengan sangat mudah?.

Keesokan harinya, ada kesurupan massal yang terjadi karena ada salah satu adik kelas (7) yang membuang pembalut di area terlarang di sekolah. 25 anak kesurupan, dengan sangat terpaksa sekolah memulangkan para murid karena semakin lama semakin banyak korban. sedangkan yang kesurupan dijemput oleh orang tuanya masing-masing. 

Setelah tragedi kesurupan massal itu banyak murid yang tidak masuk sekolah karena "katanya" roh yang ada di tubuh mereka belum mau keluar. anak-anak kelasku hanya tinggal 8 orang (yang tidak kesurupan) kita belajar seperti biasa tetapi, di hari ini aku merasakan hal yang aneh ketika aku menoleh ke arah bangku sebelah kiri. aku melihat "pocong" nempel di punggung salah satu temanku. aku bertanya dengan sedikit berbisik ;

"Hei Lan, kamu gapapa?"

Lalu, ia menjawab ;

"punggungku berat, istirahat masih lama ya fa?"

Aku menanggapi pertanyaannya hanya dengan senyuman, aku berpikir bahwa aku akan memberitahunya ketika istirahat saja.

Aku terus terdiam seolah tidak ingin memperdulikan "pocong" itu yang terus mempelototi ku, semakin lama ia semakin mendekat ke arahku tetapi aku tahu betul bahwa si "pocong" itu tidak akan bisa bicara karena mulutnya seperti sobek. 

30 menit kemudian, jam istirahat pun tiba. aku tetap ada di kelas untuk menanyakan sesuatu pada "Lan" ketika yang lain sudah keluar, aku mencoba bertanya pada "Lan" ;

"Lan ada yang harus aku omongin tapi kalo kamu ga mau jawab ga usah dijawab ya?"

Lalu, "Lan" Tersenyum kemudian ia berkata ;

"Tanya aja fa"

Aku menjawab ;

"Lan ada sesuatu di punggung kamu, 3 hari ini kamu sering diikuti sama dia"

Dia menjawab ;

"Fa keluargaku memakai jasa dukun untuk menjual mie ayam"

Aku hanya mengangguk-angguk saja.

Aku memutuskan untuk tidak lagi membahas hal itu karena terlalu privasi, lalu aku mengajaknya ke kantin agar ia tidak terus menerus memikirkan "pelaris ghaib" peliharaan keluarganya. aku merasa kasihan karena ia selalu merasa berat dan kenapa anaknya yang harus menanggung ini, aku melihat "pocong" itu terus mengikuti kami hingga sampai di kantin. 

15 menit kemudian bel masuk bunyi, aku dan "Lan" segera berlari menuju ke kelas. aku dan "Lan" melewati area terlarang agar cepat sampai, kita mencoba berjalan dan berprilaku se-sopan mungkin. setelah melewati area itu, aku dan "Lan" berjalan di lorong gelap di dekat gudang.

(di lorong yang depannya banyak tumbuhan)

Setelah itu ada salah satu guru yang memanggilku, aku berjalan ke arah guru itu sendirian sedangkan "Lan" ia segera menuju ke kelas. ternyata guru itu adalah Pak Sukalis, kakak dari ayahku yang kebetulan berpindah tugas. beliau menyuruhku untuk membantunya di area labkom 2 dan akan mengizinkanku pada guru mapel, aku senang karena mapel IPA gurunya killer hehe.

fyi : Disamping labkom 2 itu lab IPA, lab IPA sering kali gelap karena jarang adanya praktek.

Aku membantu beliau mengoreksi nilai, jujur aku lebih suka mengobrol dengan beliau daripada mengobrol dengan teman-teman ku yang lain karena aku selalu bisa lebih terbuka kepada beliau tentang apa yang aku lihat. beliau selalu mensupport ku, tak lama beliau harus harus pergi ke kantor untuk mengambil kacamata nya yang tertinggal. aku sendirian.

Area labkom 2 sepi karena jauh dari kelas, tetapi aku mendengar ada yang menggedor tembok dari ruangan sebelah. aku berusaha untuk tidak menggubrisnya tetapi mustahil semakin lama bunyinya semakin keras, aku terpancing untuk keluar dan mengecek Lab IPA. diluar sepi, perpustakaan tutup. aku melihat lab IPA terkunci dan digembok itu artinya tidak ada yang sedang praktek disana, aku menengok ke arah atas diwaktu yang bersamaan kedua temanku lewat tepat di belakangku dan mengagetkan ku. mereka berkata ;

"Ea onok sing seneng ga melu mapel guru killer" -DN

(Ea ada yang senang ga ikut mapel guru killer)

Aku menjawab ;

"Hahaha, lapo rek kok lewat kene kan sepi. bolos yo?"

(Hahaha, ngapain rek kok lewat sini kan sepi. bolos ya?)

mereka tertawa kemudian menjawab ;

"izin ke kamar mandi terus ke kantin Rif" -FK

aku hanya tertawa mendengar perkataan mereka, karena hal itu sudah biasa terjadi tetapi jika ketahuan oleh guru murid itu akan di point dan di pamerkan saat upacara hari Senin. tak puas dengan itu "FK" bertanya kembali ;

"Lapo Rif kok nde jobo?"

(Ngapain Rif kok diluar?)

Aku tidak menjawab, melainkan hanya menatap jendela kaca atas. mereka ikut melihat ke atas dan anehnya si "FK" dan "DN" langsung lari dan menangis, dengan segera aku mengikuti mereka ke kelas dan meninggalkan catatan di labkom 2 agar Pak Sukalis bisa melihatnya ketika kembali nanti. dikelas aku melihat anak-anak mengerubungi tempat duduk "FK dan "DN" ketika wali kelas datang beliau bertanya ;

"Ada apa?"

"FK" menjawab ;

"Tadi ada rambut Bu panjang di lab IPA"

Karena tidak percaya Wali kelasku mengutus 2 anak laki-laki untuk mengecek ke arah lab IPA, 5 menit kemudian mereka datang dan salah satu diantara mereka berkata ;

"Tidak ada Bu"

FK dan DN beradu mulut karena ingin memperkuat argumennya ia sangat yakin itu rambut karena ada mata, aku tidak ikut campur karena aku tidak ingin membuat suasana semakin keruh tak terkendali. Wali kelasku bertanya padaku ;

"Kamu tadi lihat fa?"

Aku menjawab ;

"Benar Bu, tadi memang ada"

Wali kelasku mengangguk, seperti sedang mencerna cerita yang ada dari 2 hari yang lalu.

Bersambung~

Hai guys!❤️ btw terkait nama-nama diatas aku sudah izin kepada orang-orangnya ya🌼 Btw terimakasih buat yang always support💜🌈 Love you Readers😍🥰

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status