Share

Part 3. Joshua Menard

Aku berjalan menatap Joshua dengan perasaan sebal saat dia muncul di depanku dalam rapat mingguan para senior partner Allen and Colleen LLP, London .

“Menjauh dariku Josh!” Aku Charlotte Blaine, 32 tahun. Posisiku adalah senior partner Allen dan Collen LLP. Sebuah law firm prestigious dengan lebih dari 60 senior partner, ribuan junior partner dan paralegal yang bernaung dibawahnya, kami memiliki lebih dari lima puluh cabang di kota besar seluruh dunia. Aku sekali lagi ada di top earning partner semester ini, bukan hal yang mengherankan bagiku karena namaku sudah terkenal seantero UK untuk pengacara perceraian mahal, dan aku selalu memuaskan klienku. Dan tambahan aku pengacara termuda untuk gelar senior partner disini.

"Oke, aku tahu aku salah Charlotte, aku minta maaf sekali lagi, kau bisa membunuhku dengan tatapanmu itu. Kemarin tak berjalan baik. Itu salahku." Joshua Menard, pria tampan berumur sama denganku ini akhirnya duduk disebelahku. Jika bukan karena pamannya adalah Mayor of London, dia tak akan mungkin duduk disini sebagai senior partner. Dia disini karena punya banyak koneksi orang-orang terkenal dan tambahan ketampanannya yang membuatnya sering menjadi muka depan law firm ini. Baiklah, dia memang bagus di hukum korporasi International. Tetap saja dia punya relasi besar, bukan sepertiku yang merangkak dari bawah.

"Kita sedang meeting Josh, kau mengganguku." Aku menjauhkan diriku, aku masih marah padanya. Dia merusak liburanku dan membiarkanku menangis di depan orang asing.

Aku tahu kami memang hanya teman yang berlibur bersama, aku tahu hubungan kami tanpa status, tapi dia menggoda gadis lain saat bersamaku. Dan aku bertengkar dengannya kemarin sampai aku menangis dan minum sendiri dan berakhir bertemu Ethan. Teman mesra ini kadangkala membuatku terjebak dengan perasaanku sendiri.

Dia tak berani menentang mataku dan memilih menghindari bertatapan denganku kemudian. Aku sangat kecewa padanya, memang kami tidak punya komitmen apapun dalam hubungan kami. Tapi setidaknya dia menghargai kebersamaan kami di Monaco kemarin. Dan membuatku harus merasa begitu buruk setelahnya.

Dia terdengar menghela napas. Aku mendiamkannya. Dia dan aku teman dekat "with benefit" selama setahun belakangan, dia tahu aku tak mau terikat dalam hubungan resmi. Dan aku nyaman dengan pembawaannya yang santai dan penuh humor. Kurasa beberapa saat aku seperti menemukan penyeimbang untuk kehidupanku yang penuh tekanan dan Joshua yang penuh kesenangan. Tapi Joshua menganggap hubungan kami serius, dari pertama dia mengangapku kekasihnya.

Apa yang terjadi di Monaco adalah dia mencoba membuatku cemburu dengan menggoda gadis lain. Dan setelahnya aku merasa terpuruk.

"Charlotte makan malamlah denganku. Bagaimana kalau kita menonton pertunjukan ballet. Kau tidak dalam kasus penting bukan. Ada Bolshoi Don Quixote sedang pentas aku sudah membeli tiketnya." Joshua menyusul langkahku seusai meeting menuju ke ruanganku.

Dia sedang merayuku untuk permintaan maaf , dia tahu aku menyenangi ballet. Sebaliknya dia tidak menyukainya, pernah sekali dia malah tertidur di tengah pementasan balet klasik yang kutonton dengan penuh penghayatan.

"Pergilah Josh!" Ada Bolshoi Rusia pentas! Don Quixote, aku belum pernah menonton cerita cinta Kitri dan Basil itu. Aku ingin menontonnya, tentu saja. Tapi tanpa dia karena aku sedang kesal dengannya, dengan cepat kuketikkan nama pentasnya, sial VIP sudah habis, tinggal tiket biasa di podium umum. Itu jauh dan tidak memberikan view bagus untuk pertunjukan istimewa seperti itu.

Aku menghenyakkan diriku dengan kecewa sesampainya diruanganku. Joshua yang tetap mengekoriku duduk dimejaku sekarang.

“Kenapa kau disini!” Aku tetap belum mau berdamai dengannya.

"Tidak ada lagi sisanya sekarang, sudah habis. Tapi aku punya dua untuk Jumat Malam." Dia menyeringai lebar, sambil melipat tangannya dan aku menatapnya dengan kesal.

"Serahkan tiketnya padaku!"

"Makan malamlah denganku." Makan malam, itu berarti aku merindukannya lagi menyentuhku. Dia selalu bisa membuatku merasa istimewa.

"Tidak." Aku membuang muka.

"Mereka baru pentas lagi tahun depan di London, dan belum tentu dengan cerita yang sama. Dan kejutan ..... Ada ... Artemy Belyakov ... " dia berdiri didepanku dan menyebutkan nama itu didepan mukaku dengan penekanan. Itu nama aktor ballet tampan yang sedang melejit sekarang.

"Kau menyebalkan..."

"Aku tahu, tapi demi celana ketat Belyakov kau pasti menganggapku baik hati.” Aku mati langkah, dia tersenyum lebar.

"Keluar dari kantorku!" Aku mengulum senyumku, dan dengan cepat dia tertawa karena merasa menang.

Dia beralih duduk didepanku. Aku menatapnya saat dia mengambil tanganku dan membawanya ke pangkuannya.

“Aku minta maaf, kau tahu aku hanya mengedipkan mata padanya untuk bercanda, tapi kau mengangap aku serius, kau bereaksi terlalu berlebihan, apa aku pernah tidak memperhatikanmu selama ini. Jika aku tidak perduli padamu, apa kita tetap bersama setahun ini. Charlotte, apa yang kau inginkan katakan padaku." Aku masih tak menjawabnya. “Kau cemburu pada gadis yang namanya saja aku tak tahu? Akan kukatakan kau jadi pacarku kepada semua orang di kantor ini. Tapi kau selalu hanya mengatakan aku hanya teman, apa yang kau inginkan sebenarnya.” Aku tak bisa menjawabnya. Dia selalu berkata aku terlalu keras pada diriku sendiri, mungkin dia benar.

“Maafkan aku sweetheart...”

Aku juga tak tahu. Aku ingin berteman, tapi kami jelas-jelas lebih dari teman. Aku tak suka komitmen. Tapi Josh bersedia melakukannya dan sialnya aku terperangkap perasaanku sendiri padanya. Aku memang menyukainya....

“Fine! Jumat malam!” Aku menyerah, dia terlalu manis. Aku membutuhkannya. Dia tersenyum lebar dan memberiku ciuman.

"Sampai jumpa jumat sore, aku akan menjemputmu jam 4... Aku harus ke Brussel dulu. Love you Honey..." dia melambai dengan gaya yang dibuat-buat membuatku ingin melemparkan sesuatu kepadanya.

"I hate you Josh..."

"I know, but you need me Honey."

"Get out bastard!" Aku meremas kertas tak terpakui dimeja dan melemparkan padanya. Dia menangkapnya dengan tertawa dan dengan cepat menutup pintu sambil menyeringai lebar.

Aku menghela napas panjang. Haruskah aku mencoba menerimanya. Cinta? Cinta membuat Ibuku harus hidup sendiri, berjuang sendiri, setelah ayahku meninggalkannya, membuatku merasa terbuang bertahun-tahun. 

Aku tak mempercayai cinta. 

"Nona, Ny. Anna Bowen sudah datang." Aku mendengar intercomku berbunyi kemudian.

"Baiklah, pandu dia ke ruangan meeting Gina. Minta Albert dan Elly bersiap mendampingiku."

Aku mempersiapkan diri menerima tamuku. Elly menerima high value cases, sebuah kasus perceraian yang menyertakan "marital wealth" dengan jumlah fantastis dan wanita itu dengan jelas menyebutkan namaku yang dia inginkan untuk mendampinginya.

Aku belum menbaca salinan kasusnya, biasanya aku langsung bertemu klienku dulu untuk melihat apa aku akan mendampinginya.

Aku masuk ke ruang meeting dan seorang wanita yang rambutnya sudah memutih bersama seorang pria yang sepantaran dengannya terlihat disana.

Apa mereka orang tua orang anaknya yang akan bercerai? Tak biasanya orang tua mengurus kasus perceraian anaknya. Aku berpikir kemungkinan dari kasusku.

"Nyonya Bowen ini miss Charlotte Blaine,  Miss Charlotte ini Nyonya Bowen yang memintamu mendampinginya dalam permintaan perceraiannya dengan Tuan Alan Bowen." Aku terkejut, aku memandang wanita ini setidaknya kurasa dia sudah berumur 60 tahun. Sangat jarang ada kasus di umur seperti ini.

"Nyonya Bowen, senang bertemu Anda." Aku menjabat tangannya.

"Miss Charlotte, kupikir kau akan sedikit lebih ... matang. Ternyata kau masih begitu cantik, maafkan aku, aku berpikir seorang pengacara perceraian sudah pasti berusia lebih matang, tapi ternyata kau sangat muda." Bukan sekali dua kali aku mendapatkan pernyataan seperti itu, aku tersenyum.

"Bukan Anda saja yang mengatakannya Nyonya, dan saya pun terkejut mendapat calon klien di usia seperti Anda. Maafkan saya rata-rata klien saya sedikit lebih muda." Kami berdua tertawa bersama. Nampaknya dia tidak tersinggung dengan perkataanku.

"Saya tahu, tapi saya berpikir di sisa umur saya, saya ingin merasa bahagia lagi. Anak-anak  saya sudah besar, mereka sudah menemukannya dunia mereka sendiri. Ada kalanya saya ingin merasa dicintai sekali lagi di sisa umur saya, jadi saya memutuskan menemui Anda." Dia mengenggam tangan laki-laki  disampingnya. Ini pastinya kekasih barunya. Ini menggelikan bagiku  dan sangat absurd. Tapi aku tak perduli. Dia calon klienku dengan jumlah persentase dollar yang tinggi tentunya.

"Baiklah, sebelum saya meriview kasus Anda. Ceritakan tentang perkawinan Anda dan apa yang Anda inginkan dari saya." Aku mulai membuka buku catatanku dan duduk bersender di kursiku.

Wanita dengan rambut sudah hampir seluruhnya abu-abu yang  bernama Anna itu mulai bercerita dan aku mendengarkan dengan tenang sambil mencatat apa yang dia katakan.

Dan kesimpulan dari semua ceritanya adalah sang wanita ingin bercerai tapi suaminya tak ingin melepaskannya.

Well, harus kukatakan kali ini adalah kasus berat. Aku berkali-kali menghela napas panjang tertahan mendengar semua ceritanya selama hampir setengah jam kemudian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status