Hot Uncle My Husband

Hot Uncle My Husband

By:  Rindu Hujan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
41Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Nay, kamu diantar siapa?” Tanya Rama pada putrinya. “E-diantar, E-sendiri Pa, kenapa?” Tanya Naya gugup menutupi kebenarannya. “Ya sudah ganti baju gih, kita makan siang sama sama.” Naya melipir menuju kamar dengan degup jantungnya yang sulit dikendalikan. Napasnya seolah tercekat karena mencari alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan papanya, sedari kecil Naya tak pernah berbohong. Namun jika sudah menyangkut Doni, Naya bisa apa selain menyembunyikan hubungannya dengan Om yang digadang-gadang akan menjadi suaminya kelak, itulah harapan Naya dan Doni.

View More
Hot Uncle My Husband Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Iella Dylla
next episode please
2024-03-12 21:40:02
0
user avatar
klasik asik
ceritanya ringan tapi drama tapi seru haha jadi banyak tapinya kan terusin thooooorrrr
2023-10-24 20:14:09
0
41 Chapters
1. Kuning/Orange?
Pagi yang cerah, seorang lelaki dewasa sudah terlihat rapi sedang memasuki rumah teman sekaligus menjadi keluarga untuknya di beberapa tahun terakhir. Doni Sujatmiko yang berteman baik dengan Rama Adi Suryo selaku ayah dari Naya Emilia Adi Suryo. Mereka merupakan keluarga sejak tinggal bersama ketika mereka mengemban ilmu di fakultas yang sama.Pagi ini Doni datang dengan senyum yang terkembang, karena akan bertemu dengan kekasih kecilnya. Iya kekasih kecil, karena Doni dan Naya sudah menjalin hubungan sejak seminggu yang lalu. Doni memiliki perasaan khusus untuk Naya, perasaan antara Om dan keponakan hilang tergantikan dengan perasaan sayang antara laki-laki dan perempuan.Naya Emilia Adi Suryo yang baru saja menginjak usia 21 tahun dan baru saja memasuki semester 6. Kini mulai menjalin kisah kasihnya dengan Doni, laki-laki yang sejak kecil ada di sampingnya, di samping keluarganya. Tanpa sepengetahuan Rama selaku ayahnya, mereka menjalin hubungan tersebut. Naya ingin hubungannya den
Read more
2. Simbiosis Mutualisme
“Ris inget ya jangan bocorin rahasia kita.” Ucap Doni ketika si kembar sudah turun dari mobil. Kini di dalam mobil hanya ada mereka bertiga, mereka lebih leluasa dalam komunikasi jika hanya ada mereka. Jika ada si kembar bisa dipastikan informasi sekecil apapun pasti langsung bocor pada Rama atau Bella selaku kedua orangtua mereka.“Rebes lah Om, asal jangan resek! Semua rahasia aman terkendali.” Naya hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Doni mendengkus kesal mendengarnya. Bagaimana tidak, bisa saja Risma ember lalu membocorkan kisah kasih mereka pada Rama atau Bella nantinya. Risma ini lebih pro pada Bella jika sudah ember ketimbang pada Naya.“Ris jangan begitu ah.” Rajuk Naya merengut kesal pada Risma yang terkekeh geli melihat pasangan kekasih ini sedang menahan emosi masing-masing.“Ya harusnya gimana Nay? Kalian sama-sama resek sih ya, makanya saling bela kalau salah satunya resek.” Ucap Risma yang setia duduk di belakang setelah si kembar turun, Risma juga tak membiarkan Na
Read more
3. Pelit
“Ram masih lama enggak?” Bisik Doni ketika mereka sedang menghadiri rapat bersama dengan divisi pemasaran. Duduk Doni sudah tidak setenang tadi, kini dia mulai memperhatikan jam yang ada di tangan kanannya. Rama yang melihat kegelisahan Doni hanya menatapnya heran tanpa berkomentar apapun.“Ram, gue cabut duluan ya? Boleh kan?” Tanya Doni lagi ketika pertanyaannya tadi tak mendapat respon sama sekali. Duduknya mulai gelisah dan tidak fokus mendengar penjelasan yang dipaparkan oleh peserta rapat.“Mau kemana sih kok gelisah begini?” Tanya Rama namun tatapannya tetap terfokus pada seorang peserta yang sedang mempresentasikan materi.“Mau jemput Naya, tadi udah janji. Nanti ngamuk Ram.” Ucap Doni jujur namun mendapat gelengan kepala dari Rama.“Biar dijemput sama Pak Man, biar gue chat Pak Man-nya.” Ucap Rama lalu mengambil ponselnya yang ada di saku jas.“Jangan!” Pekiknya yang membuat seorang peserta yang sedang presentasi langsung diam, bukan hanya dia seorang melainkan seluruh pesert
Read more
4. Sawer Menyawer
“Jadi mau nanya apa Om?” Tanya Risma yang sudah mengembalikan uang Doni pada Naya untuk dipegang, dia sudah berjaga untuk mengambil satu lembar uang berwarna merah itu dari tangan Naya.“Jelasin aja dulu.” Pinta Doni yang mendapat gelengan kepala dari Risma.“Dih ogah banget, rugilah akunya, Om. Om yang menang banyak kalau begitu, Om denger penjelasan tanpa nanya apapun ke aku.” Pekik Risma yang membuat Doni makin salut dengan otak dagang teman kekasihnya ini.“Jelasin aja gak apa-apa Ris, nanti setiap berhenti ambil seratus ribu. Ngerti?” Risma mengangguk setuju lalu mengambil napas dalam untuk memulai bercerita dengan Doni.“Jadi gini Om.” Risma berhenti lalu mengambil satu lembar uang seratus ribuan itu. “Bagas itu udah lama naksir Naya.” Risma kembali mengambil satu lembar, “Bagas naksir dari pertama masuk ospek, Om.” Risma lagi-lagi mengambil uang yang dipegang oleh Naya. Naya menepuk pelan tangan Risma yang akan kembali mengambil uang.“Kebiasaan gragas, terlalu memanfaatkan pel
Read more
5. Kado
“Kita udah dapet ijin dari Bos besar, mau makan kemana sayang?” Tanya Doni setelah panggilannya dengan Rama usai. “Ke resto Om aja yang ada disekitar sini.” Ajak Naya yang membuat Risma mengangguk antusias. “Kenapa ngangguk-ngangguk begitu?” Tanya Doni yang membuat Risma cengengesan. “Hehe seneng aja Om, di sana pas sama lidahya aku rasanya. Aku seneng kalo di sana, bisa makan sepuasnya tanpa khawatir bayar mahal.” Ucap Risma sambil nyengir. “Emang pernah bayar sendiri kalo makan sama Om Doni?” Ketus Naya yang terdengar kesal. “Weits sabar bestie, ngapa jadi ngegas? Ya enggak pernahlah, lawong Om Doni orang pengertian kok sama kantong-kantong bocil. Pasti Om Donilah yang bayar. Iya kan Om?” Doni hanya mengangguk agar pertengkaran mereka segera selesai. “Udah ah jangan pada berantem, bentar lagi sampek loh.” Lerai Doni yang membuat keduanya diam. --- “Alhamdulillah kenyang banget.” Ucap Risma sambil mengelus perutnya yang kini terasa penuh. “Iyalah kenyang, orang semua menu di
Read more
6. Kemana?
Mereka pulang dengan senyum merekah karena mendapat kehbahagiaannya sendiri-sendiri. Naya yang sedari tadi mengulum senyumnya menatap gelang yang dibelikan oleh Doni, Risma yang bahagia karena mendapat kalung dan gelang untuk diberikannya pada Yuni diulang tahunnya nanti. Doni yang menatap bahagia kekasih kecilnya yang sedari tadi tersenyum dan mengelus lembut gelang yang dipakainya. “Assalamu’alaikum….” Salam mereka ketika sampai di rumah Rama. “Wa’alaikumsalam, sore banget Kak.” Jawab Bella sekaligus menggerutu karena putrinya pulang sangat sore. “Iya maaf Ma, keasikan soalnya.” Ucap Naya lalu mencium tangan Bella. “Maaf Bel, anak-anak pada heboh abis makan minta ke Mall.” Ucap Doni yang akhirnya dimengerti oleh Bella. “Wih ada yang seneng nih, nenteng apa tuh?” Tanya Bella ketika melihat Risma senyum semringah menatapnya. “Ini tadi dibeliin Om Doni, Mbak. Mau buat kado si Mamah yang ulang tahun bulan depan.” Jelas Risma yang membuat Bella ikut senang. “Ya udah masuk dulu ayo
Read more
7. Kesayangan
Rama mencari Naya kesegala penjuru kamar, sampai berhenti tepat di depan pintu kamar mandi Naya. Rama mengetuknya berkala namun tak mendapat sahutan sama sekali. “Kemana ini anak.” Gumam Rama ketika tak mendengar sahutan maupun gemericik air dari kamar mandi Naya. Rama turun untuk mencari Naya barangkali ada di ruang makan atau di dapur bersama Bella, namun matanya memicing ketika melihat pintu kamar Doni yang terbuka sedikit. Rama mengetuk pintu kamar Doni untuk memastikan jika pikirannya tidak benar. “Don, Naya ada di dalem?” Tanya Rama sambil mengetuk pintu. “Gak ada Ram, masuk aja.” Jawab Doni sambil mengeraskan suaranya. Setelah mendapat izin dari Doni, Rama langsung masuk lalu mengedarkan pandangannya mencari Naya. Matanya terfokus pada kamar mandi Doni, Rama menuju ke kamar mandi untuk memastikannya. Dibukanya dengan tergesa dan ternyata tak ada siapapun di sana. “Nyari apa sih Ram?” Tanya Doni heran dengan sikap Rama. “Naya enggak ada di kamarnya Don.” Keluh Rama lalu dud
Read more
8. Di Luar Apa Di Dalem?
Doni semakin rutin mengantar dan menjemput Naya akhir-akhir ini. Bisa dikatakan Doni terserang virus pubertas kembali dan rasa bahagianya berkali-kali lipat bertambah jika sedang bersama Naya, terlebih jika melihat senyum dan tawa lepas Naya. Rama dan Bella tak menyadari kedekatan mereka karena memang mereka selalu dekat meskipun belum menjadi sepasang kekasih. Doni menutup diri dari hingar bingar wanita semenjak merasakan sakit karena pengkhianatan enggan membuka hatinya kembali. Fokusnya hanya ingin berkarir dan tiba-tiba saja berpikir jika jodohnya adalah Naya, Doni yang melihat binar mata Naya—bayi kecil yang dibawanya pulang dari rumah sakit bersama Rama itu seolah langsung tersihir. Doni fokus pada perkembangan Naya kecil, remaja hingga kini akan menginjak dewasa. Semua momen tak pernah Doni lewatkan, tingkah maupun gaya rajukan Naya dihapalnya diluar kepala. Semua terekam jelas di kepalanya kini, jika Rama enggan mewujudkan keinginan Naya maka Naya langsung mengadu pada Doni.
Read more
9. Keras Kepala
Doni sengaja pagi-pagi sudah tiba di rumah Rama untuk meminta penjelasan perihal acara rapat dengan Pak Robert. Sedari semalam Doni tak bisa tidur karena sudah berjanji dengan Naya untuk ikut serta merayakan ulang tahun Yuni. Doni memang menuruti keinginan Naya, namun dia juga memperhitungkan banyak hal, yang ada di kepala Doni adalah mereka bisa datang kesana, memantau keadaan dari kejauhan dan jika keadaan memang bisa dimasuki oleh Naya dan Doni maka Doni akan ikut serta didalamnya. “Pagi…..” Sapa Doni riang ketika memasuki rumah Rama. “Pagi Om, kesayangan aku dateng. Pagi banget Om?” Tanya Reina langsung menghambur memeluk Doni. “Iya Om ke sini pagi-pagi karena ada perlu sama Papa.” Ucap Doni lalu menatap tajam Rama yang kini tertunduk lesu di tempatnya. “Gendong Om.” Rengek Reina dengan merentangkan tangannya untuk segera disambut oleh Doni. “Adek, Om ada perlu sama Papa.” Tegur Reino yang tidak suka jika Reina selalu bermanja dengan Doni. “Bilang aja iri. Iri bilang bos.” C
Read more
10. Sarapan
“Naya udah berangkat kayaknya Kak Risma.” Jawab Bella meredupkan senyum ceria Risma.“Kok udah berangkat Mbak? Naya marah sama aku ya?” Tanya Risma menatap sendu Bella.“Mungkin pagi ini jadwalnya si Kakak piket Kak Risma.” Ucap Bella menenangkan Risma.“Perasaan gak ada kelas pagi banget deh Mbak.” Ucap Risma yang memang mengikuti aturan rumah Rama dengan memanggil mereka dengan bahasa yang sudah terpaten. Bella sebelumnya sudah berpesan pada Risma dan Naya untuk berbahasa yang baik dan sopan ketika ada adiknya. Tidak dengan bahasa keseharian mereka yang ‘gue lu’ dan memanggil langsung nama jika sedang berada di rumah. Risma selalu memanggil Naya dengan embel-embel ‘kak’, sama halnya dengan Naya yang juga memanggil Risma dengan embel-embel ‘kak’ didepan nama Risma.“Iya kah? Maaf Mbak juga gak tau soalnya.” Bohong, Bella bohong. Karena sebenarnya Bella sangat mengetahui semua aktifitas Naya.Bella berjalan ke arah Risma untuk memberi penjelasan, agar Risma nantinya tidak berselisih
Read more
DMCA.com Protection Status