Share

Hamil Anak Bodyguard
Hamil Anak Bodyguard
Author: Winter Bride

That Day

Bagaimana seorang Isabella Maria River dibungkam oleh satu demi satu fakta tentang suaminya. Pria yang telah bersamanya selama tiga tahun dalam membangun bahtera pernikahan mengkhianatinya sedemikian rupa. Kata sakit tidak bisa menggambarkan hatinya yang lebam membiru, suaminya berulang kali menyakitinya tetapi cintanya selalu mengalah untuk memaafkan pria yang terus menyiksanya secara fisik dan mental.

Isabella mendongak, menatap pria yang dicintainya dengan sedih

"Mengapa? Mengapa kau berubah, Chris?" tanya Isabella

Christian berdecak mendengar kata-kata Isabella, sama sekali tidak merasa kasihan pada kondisi mengerikan Isabella karena tindakannya,"Berubah? Aku tidak pernah berubah Isabella, Inilah aku yang sebenarnya."

Isabella terisak, dadanya sakit karena membentur ujung meja yang runcing. Beberapa kali mengerjapkan matanya mencoba untuk menjaga kesadarannya tetap terjaga

"Aku mohon berhenti, perutku sakit. Aku takut jika sesuatu terjadi pada bayi kita." Bella memeluk perutnya yang besar berusia enam bulan. 

Sekali lagi Christian berdecak, wajahnya yang arogan dan diktator mendominasi meledak di ruangan itu

"Lebih baik lagi jika bayinya meninggal. Aku tidak pernah ingin dia hadir,"

Isabella memejamkan mata, bukan pertama kalinya dia mendengar Christian tidak menginginkan bayi di perutnya, tetapi Isabella selalu merasa sakit hati ketika dia mengatakan itu.

Langkah kaki Christian bergerak mendekati Isabella yang duduk lemah di bawahnya. Kemudian Christian secara mengejutkan mengeluarkan senjatanya dari belakang punggungnya dan mengarahkannya ke Isabella

Isabella memelototi tak percaya, tubuhnya gemetar dan semakin terisak

Isabella memelotot tak percaya, tubuhnya gemetar dan menangis semakin banyak. Tubuhnya bergetar spontan dengan tubuhnya tiba-tiba mundur setiap kali Christian melangkah mendekatinya

"Christian, letakkan pistolnya! Itu tidak lucu!" teriak Isabella

Seolah tuli, Christian masih mengarahkan senjatanya ke Isabella, "Aku membencimu, aku tidak pernah menyukaimu. Kamu hanya batu loncatan menuju kesuksesanku, karena kamu tidak lagi berguna bagiku, jadi-" Christian menyela, lalu pistol itu berubah arah menuju perut Isabella

"Kamu dan bayinya harus mati."

DORRR!!

Isabella memuntahkan darah dari mulutnya, matanya berkedip saat rasa sakit menghampirinya lagi. Tangannya yang tadinya memegangi perutnya kini berlumuran darah. Sedetik kemudian, Isabella jatuh dengan mata tertutup, melalui sejuta rasa sakit untuk mendapatkan kebahagiaannya di surga.

Namun, seorang pria yang baru saja tiba dan berdiri di depan pintu membeku tatkala mendapati tubuh kaku Isabella yang berlumuran darah.

Tubuhnya membeku dengan air mata yang meleleh di pipinya, tangannya mengepal dengan wajah memerah menahan emosi yang menumpuk di kepalanya

Segera dia berlari ke tubuh Isabella, terbaring tak bernyawa dan memeluknya dengan air mata kesedihan.

Cintanya, cintanya yang selalu menjadi dunianya pergi bersamanya. Meninggalkan sejuta kenangan manis yang telah mereka lalui bersama. Tidak ada kata-kata yang bisa diucapkan pria itu selain menangisi kepergian Isabella, memeluk tubuh mungil yang selalu dipeluknya. Bahkan pelaku penembakan ia abaikan karena fokusnya tertuju pada Isabella, Isabellanya yang telah meninggalkannya sendirian di dunia ini.

Rasa penyesalan menjalar di hatinya, menyesal membiarkan Isabella memilih pria yang salah. Menyesal bahwa dia seharusnya berjuang untuk cintanya dan menghancurkan fakta bahwa mereka tidak mungkin bersama.

Dia seharusnya lebih egois sehingga Isabella bisa hidup bahagia bersamanya tanpa harus membawa rasa sakitnya sendiri, dia seharusnya menculik Isabella dan membawanya pergi sejauh mungkin. Kalau saja dia melakukannya, mungkin Isabella-nya tidak akan berakhir dengan perasaan buruk.

Cintanya hilang, dan begitu juga gairahnya. Dia seperti mayat hidup, penampilannya sangat berantakan, stres berkepanjangan dan gaya hidupnya berantakan sejak kepergian Isabella.

Tidak ada malam tanpa menangisi Isabella, malam adalah waktu terburuk baginya karena pria itu tidak bisa menutup matanya sama sekali. Bayangan tubuh Isabella yang berlumuran darah menghantuinya dan membuatnya gila

Tidak ada pria tampan nan rupawan lagi, dia seperti seenggok daging hidup yang memucat. Berulang kali memukul kepalanya saat penyesalan terus menari di kepalanya. Seandainya, andai, dan andai, kata itu bermain seperti kaset rusak yang membuatnya sering menangis mengingat penyesalannya pada Isabella.

Wanita yang dicintainya telah pergi, jadi untuk apa lagi ia melanjutkan hidupnya ketika tujuan dan semangatnya untuk hidup telah meninggalkannya. Isabella sangat tega meninggalkannya.

Perhaps, dying was the right choice to release the guilt and regret in him. Dengan begitu, dia bisa dipertemukan kembali dengan Isabella di surga. Isabellanya yang telah berubah menjadi bidadari cantik yang akan menemaninya.

Di detik terakhir hidupnya, pria itu berharap akan ada kehidupan berikutnya atau kehidupan kedua yang akan menyatukannya kembali dengan Isabella. Jadi pada saat itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk bisa bersatu kembali dengan Isabella.

"Bella, dimanapun aku dilahirkan, aku akan menemukanmu dan membawamu ke sisiku kembali."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status