Share

4 - Kebimbangan Synda

Synda hanya dapat mengerjap-ngerjapkan mata sembari melakukan penarikan serta juga pembuangan napas beberapa kali. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan. Misalkan saja menggerakkan tubuhnya, terasa sangat mustahil. Walau, sudah pernah dicobanya.

Dekapan Alexander terlalu kuat. Tidak ada celah baginya menunjukkan perlawanan. Berbaring di atas kasur bersama yang tentu membuat Syinda sangat merasa tak nyaman. Mereka berdua tidak memiliki jarak sama sekali memisahkan. Ia pun dapat merasakan napas halus dan teratur Alexander Dominiq yang sedang tertidur dengan nyenyaknya.

Sudah hampir selama dua jam, tidak mampu Synda untuk melakukan perubahan posisi mereka. Pelukan pria itu belum berkurang. Masih kencang lengan-lengan kokok sang manta kekasih memerangkapkan tubuhnya.

Synda lelah. Beragam cara telah berupaya ia lakukan. Namun, tak ada yang berhasil. Dan tidak ada pilihan lain lagi. Synda memilih menyerah. Membiarkan Alexander untuk memeluknya terus. Ia juga sudah mulai lelah dan mengantuk. Tetapi, tidak mudah memejamkan mata dengan keadaan yang baginya buruk. Synda yakin akan insomnia.

"Hei, Miss Sydney. Aku merindukanmu."

Seketika Synda disergap oleh perasaan aneh. Yang mampu menimbulkan sensasi tidak wajar untuk dirinya. Merinding sekaligus tergelitik oleh bisikan lembut diberi sang mantan kekasih di bagian telinga kiri. Nada mesra yang pernah didengarkan. Bahkan, bisa tergolong sangatlah sering diperoleh. Ya, saat mereka masih sebagai kekasih.

Dan, ketegangan pada tubuh semakin kuat Synda rasakan, saat dekapan dilakukan oleh Alexander mengencang. Bersamaan dengan wajah yang juga kian didekatkan padanya. 

"Aku sangat merindukanmu. Hampir setiap hari aku memikirkanmu. Ya, setiap saat."

Synda memilih menolehkan kepala ke sosok sang mantan kekasih. Ia ingin memastikan bagaimana sesungguhnya ekspresi dari pria itu, ketika mengucapkan kata-kata memiliki makna yang dalam tersebut dengan alunan nada suara mengesankan juga kesungguhan.

Diluar ekspektasi, Synda tak menemukan pria itu tengah memandangnya. Kedua mata Alexander tertutup dengan rapat. Embusan napas sang mantan kekasih masih teratur. Synda pun langsung menarik kesimpulan jika pria itu hanya sebatas mengigau. 

Tidak ada harapan lebih yang seharusnya terpikirkan tadi. Hanya akan jauh dari bukti dan kenyataan yang sebenarnya. Synda pun harus mengakui kebodohannya sendiri serta ekspektasi juga terlalu tinggi dibayangkan.

"Aku merindukanmu. Hanya kau yang aku masih inginkan. Bukanlah, wanita lain."

"Apa kau sungguh menginginkanku? Alasan apa yang masuk akal untuk membuktikan jika kau tidak tertarik dengan wanita lain, seperti yang kau katakan?" Synda spontan bertanya dan juga sarat ingin tahu besar.

Pertanyaan dilontarkannya memang konyol, disaat Alexander dalam keadaan mabuk. Ia justru berharap pria itu menjawab dengan benar. Keinginan yang semakin tidak masuk akal. Synda menyadari kebodohannya lagi.

Menggeruti kekonyolan pikiran dan harapan secara tak langsung ingin dipercayai. Synda merasa ia sudah sangat salah menerapkan keyakinan akan ucapan mantan kekasihnya.

"Aku belum bisa melupakanmu, sejak kita resmi berpisah. Aku tidak ingin mendekati wanita lain. Rasanya, aku tidak akan bisa."

Synda mendengar dengan begitu jelas kata demi kata dilontarkan Alexander. Ia pun telah memikirkan balasan yang tepat, tetapi tak langsung dikeluarkan begitu saja. Lebih dahulu, Synda melakukan penarikan dan pembuangan napas beberapa kali guna menetralkan kegugupan yang kian nyata. 

"Kau sedang mabuk. Lebih baik kau tidur saja dibandingkan harus berkata yan--"

Synda tidak dapat meneruskan kalimatnya karena mendapatkan ciuman tiba-tiba lagi dari Alexander. Pria itu memagut bibirnya pelan dan lembut. 

Membuat Synda melayang. Ia sering mendapatkan cumbuan seperti ini, saat mereka masih menjalin kasih bersama.

Sensasi lain mulai dirasakannya. Sering muncul dahulu ketika Alexander sudah melakukan pemanasan, sebelum sesi percintaan membara di antara mereka berdua dimulai.

Dorongan pelan dilakukan pada tubuh sang mantan kekasih hingga ciuman di bibir dilepaskan. 

Mengantisipasi secepat mungkin agar tidak semakin menciptakan hal-hal yang diluar akal sehat dan membuatnya menginginkan Alexander lebih jauh. 

Tak boleh sampai tercipta gairah besar yang berakhir dengan pergulatan panas di atas kasur nantinya melibatkan mereka.

"Kau tidak merindukanku, Sayang? Apa hanya diriku saja masih menyukaimu, Synda?"


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status