Share

8 - Memulai Perang

Alexander sudah sangat merasakan aura kemarahan Synda semakin besar yang sedang berjalan di sampingnya dengan tangan mereka saling menggenggam. Lebih tepat, dirinya begitu kencang menautkan jemari ke jari-jari wanita itu.

Diawal, saat masuk ke dalam lift, Synda menunjukkan penolakan keras. Masih tidak mau menuruni perintahnya untuk pergi ke apartemen guna mendiskusikan pekerjaan.

Synda bahkan nyaris kabur, namun berhasil dihentikan dengan pembicaraan mengarah pada ancaman tentang akan dicabut posisi cukup tinggi wanita itu dari perusahaan.

Hampir lima menit berlalu, Synda pun hanya diam. Tidak memerlihatkan perlawanan apa pun lagi. Wanita itu bahkan tak menolak saat tangan mereka ditautkan olehnya.

Tidak ada juga reaksi yang berlebihan, sekan sentuhan yang ia berikan biasa saja. Tak seistimewa dulu. Ya, ketika masih menjadi pasangan kekasih, Synda sangatlah senang jika dirinya menggenggam dengan erat tangan wanita itu.

Synda akan tersenyum lebar. Kedua mata indah yang juga memancarkan kebahagiaan dan kehangatan memandangnya. Berbeda sekarang, Synda terus melempar sorot kesal padanya.

"Awas saja jika macam-macam denganku!"

Alexander yang baru selesai menekan sederet tombol dari password apartemen pun langsung menolehkan kepalanya ke sang mantan kekasih. Seruan wanita itu lumayan kencang.

Membuat Alexander harus mengedarkan pandangan ke sekeliling, memastikan bahwa penghuni lain tidak merasa terganggu akan apa yang baru saja dilakukan oleh Synda.

Beberapa detik kemudian, barulah pusat perhatiannya kembali pada sosok sang mantan kekasih. Seringaian sarat akan tantangan diperlihatkan sebagai balasan untuk Synda.

Sudah dilepaskan pegangannya. Lalu, digerakkan tangan ke arah pinggang wanita itu, dilakukan tarikan dengan begitu cepat sehingga Synda tidak dapat menunjukkan perlawanan.

Tubuh sang mantan kekasih terlempar ke arahnya. Wajah langsung didekatkannya. Jarak tak lebih dari satu meter sekarang. Ia lantas menambahkan seringaiannya.

"Bisakah kau tidak galak?" Bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan kalimat singkat yang berisi perintah, dalam nada menggoda.

"Ada cukup banyak alasan kenapa aku harus waspada kepadamu, Mr. Dominiq."

"Ah, bisakah kau jangan mencurigaiku juga?" bisiknya di telinga kanan Synda lagi. Sengaja diembuskan napasnya di sana.

"Jika kau semakin bersikap seperti ini, aku tidak menjamin hubungan kita hanya akan sebatas rekan bisnis saja. Kau tahu apa ya--"

"Apa yang kau harapkan lagi? Apa menjalin asmara lagi denganku? Kau pasti sudah aku pernah beri tahu saat kita menjadi kekasih, jika aku tidak akan mau kembali lag--"

"Menjalin asmara kembali dengan mantan kekasihmu? Berlaku juga untukku?" potong Alexander, kali ini. Membalas Synda.

"Tentu saja! Prinsipku tidak berubah!"

Alexander menambah seringaian. Sangatlah menjadi hiburan menyenangkan membuat Synda kesal. Saat mereka dulu bersama, ia juga kerap suka mengerjai wanita itu. Synda jengkel akan ulahnya. Namun, tak seseram sekarang. Sang mantan kekasih secara nyata menunjukkan ketidaksukaan kepadanya. Ia justru tambah ingin melancarkan gurauan.

"Bagaimana jika kau harus menyingkirkan prinsipmu demi menjaga rahasiamu?"

"Kau berniat mengancamku? Wow!"

Synda menajamkan tatapan, setelah terlolos balasan dalam seruan cukup keras. Ia pun merasa terkejut Alexander melakukan mendadak bekaman di mulutnya. Ia segera berupaya melepaskan. Namun, tak berhasil. Walau demikian, masih terus mencoba.

"Bersikaplah yang manis, Sayang. Kau pasti tahu kita sedang ada di mana. Jika sampai salah satu dari tetanggaku mengenalimu, kita akan dikira kembali menjalin asmara."

Synda merasa merinding kembali. Bukan karena perkataan mantan kekasihnya, tetapi embusan napas pria itu di bagian leher. Ia pun dengan refleks dihadapkan lagi dengan memori-memori sensual di masa lalu yang ada kaitan akan percintaan panas mereka.

"Kau tidak mau menciptakan skandal bukan melibatkan kita, Miss Sydney?"

Sedetik kemudian, Alexander pun menerima dorongan di bagian dada. Mau tak mau disudahinya rengkuhan. Synda sudah membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu. Namun, tidak dibiarkan. Segera ditarik tangan wanita itu guna mengikutinya masuk ke dalam apartemen. Sedikit memaksa.

"Yah lepaskan aku! Jangan bersikap seenak jidat kau saja kepadaku! Aku juga pun--"

Synda tak dapat menuntaskan ucapan sebab sudah dilepaskan pegangan tangan pria itu. Kini, mereka pun sudah sampai di bagian ruang tamu apartemen Alexander. Suasana yang tenang karena gaya minimalis dipilih pria itu dengan dominasi warna putih. Tak ada terlalu berubah sejak terakhir dirinya datang berkunjung, sebelum hubungan di antara mereka selesai sebagai kekasih.

Synda kembali dilanda keterkejutan karena Alexander merangkulnya. Ingin berkelid. Tetapi, ia terlambat. Dan, perlawanan lagi tak membuahkan hasil. Saat wajah mantan kekasihnya itu mendekat. Ia memilih diam. Firasat memberi tahu jika Alexander akan penyampaian sesuatu kepada dirinya.

"Aku masih menyimpan video-video saat kita bercinta. Bisa aku gunakan untuk bukti kepada Mr. Sydney. Bagaimana menurutmu, Sayang? Jika aku perlihatkan, maka apakah yang akan terjadi pada kita berdua, Synda?"


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status